NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 8

Si asisten pun mencoba membujuk, "Tuan Muda Jason, Tuan Besar pasti marah sekali kalau sampai tahu …." Namun, Jason langsung berujar dengan tegas, "Tato." Jarum listrik itu pun berdengung, setiap tusukannya seolah membuat hati Jane berlubang dan mengeluarkan darah. Dua jam kemudian, Jason keluar sambil memegangi dadanya yang berdarah. Wajahnya tampak pucat, tetapi dia bersikeras untuk masuk ke dalam mobil. "Pergi ke Tebing Bulan," katanya kepada sopirnya. "Nggak boleh! Tempat itu terlalu berbahaya. Tuan Muda baru saja membuat tato …." "Sekarang." Jane yang sedang duduk di dalam mobil mendadak teringat tipe ideal yang Nadia sebutkan. "Tipe yang akan menato namaku di dada mereka." "Ada bunga di Tebing Bulan .... Dia harus memetiknya buatku." Jane pun tertawa. Saat tertawa, air matanya mulai menetes. "Kita pergi," kata Jane kepada si sopir. "Nggak usah mengikutinya lagi." Malam itu, Jane melihat Instagram Nadia. Dia mengunggah foto bunga mawar berduri yang mekar di tebing dengan keterangan. "Ada yang rela mendaki gunung dan melewati lembah demi memetikkan bunga ini buatku." Jason baru pulang pukul 03.00. Tubuhnya berlumuran darah dan tangan kanannya patah, tetapi sudut bibirnya menyunggingkan seulas senyuman kecil. Keesokan harinya, tepat saat Jane hendak keluar, Jason baru keluar dari kamar. Wajahnya tampak pucat, lengan kanannya diperban dan kerah kemejanya sedikit terbuka. "Nona Jane," panggil Jason dengan suara yang terdengar agak serak. "Tadi malam aku kecelakaan mobil, jadi perlu beristirahat selama beberapa hari lagi. Aku nggak bisa melindungi Nona untuk saat ini." Kecelakaan mobil? Jelas-jelas dia terjatuh saat memanjat tebing. Akan tetapi, Jane juga tidak membongkar kebohongan Jason. Dia hanya balas mengiakan singkat, lalu berjalan keluar. Hari ini adalah hari Jane mengucapkan selamat tinggal kepada sahabat-sahabatnya. Di dalam ruang privat VIP di sebuah klub kelas atas. "Ayo, ayo, kita mabuk malam ini!" kata Sasha Riman, sahabat Jane, sambil merangkul bahu Jane. "Nona Jane akan segera menikah dan menjadi menantu Keluarga Adijaya. Kita harus merayakannya!" Ruang privat itu penuh dengan teman-teman terdekat Jane selama ini. Sinar lampu membuat menara sampanye tampak berkelap-kelip. Alunan musik terdengar memekakkan telinga, tetapi Jane justru merasa suasananya sangat sunyi. "Kalau menurutku, punya suami koma itu banyak enaknya!" kata Sasha yang sudah mabuk sambil menggoyangkan gelas anggurnya. "Dia kaya, tampan dan nggak usah ditunggu-tunggu. Itu sih pernikahan yang ideal!" "Iya, iya!" sahut teman lainnya menyetujui. "Ke depannya, aset Keluarga Adijaya yang sangat banyak itu juga akan menjadi milikmu!" Jane terkekeh sambil mengelus tepi gelas dengan ujung jarinya. "Setelah menikah, aku harus jadi lebih patuh dan menjaga citraku di hadapan Keluarga Adijaya." Semua orang sontak tertegun, lalu segera mengubah kata-kata mereka. "Tuan Muda Erick pasti akan sadar!" "Kamu 'kan cantik banget, mana mungkin dia rela terus tidur tanpa melihatmu?" "Iya, iya! Jane, kamu itu wanita tercantik di kalangan kita! Mana mungkin kamu jadi janda?" Jane hanya tersenyum mendengarkan kata-kata mereka sambil meminum gelas demi gelas anggur. Ketika mereka mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya, Sasha tiba-tiba memeluk Jane dan berujar dengan tercekat karena isak tangis, "Ayahmu benar-benar bajingan .... Terus, apa kamu mau membantumu memberi si Nadia itu pelajaran?" "Nggak usah." Jane menepuk punggung Sasha. "Begitu aku pergi, semua ini nggak ada lagi hubungannya denganku." Jane memeluk satu per satu temannya, membuat mata mereka semua menjadi berkaca-kaca. Setelah membayar, Jane mendengar suara yang familier saat melewati ruang privat di sebelahnya. "Ini beneran bunga yang sulit dipetik itu?" "Iya! Tim pendaki gunung profesional sekalipun nggak berani mendaki Tebing Bulan begitu saja." Dari pintu yang setengah terbuka, Jane bisa melihat Nadia yang sedang memainkan mawar berdurinya. Sahabat Nadia bergosip dan berkata, "Dia nekat banget memetik ini. Waktu dia mengirim bunga ini kemarin, kayaknya aku melihat namamu deh ditato di dadanya! Jangan-jangan dia memang berencana mengejarmu?" "Dia itu cuma seorang pengawal, memangnya dia pantas?" "Sekarang, aku ini disukai oleh si pangeran dari Keluarga Royan," sahut Nadia sambil membelai kelopak bunga mawar yang patah itu. "Tapi, Kak Jason memang ganteng banget sih. Nggak ada salahnya juga kalau dia sesekali jadi kekasihku."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.