Bab 823
Carson merintih dan memelototiku. "Memangnya kamu anjing?"
Aku cemberut dan berkata, "Turunkan aku. Aku mau pergi beli bir."
Carson tidak merespons. Carson segera menggendongku ke dalam dan dengan kasar mendudukkanku di kursi.
Ketika aku ingin bangun, Carson langsung berteriak dengan marah, "Jangan gerak!"
Aku bergidik karena diteriaki. Kesedihan membubung tinggi dalam hatiku.
Aku lebih sedih lagi ketika memikirkan betapa menyebalkan dan keterlaluan Carson. Carson menerobos ke dalam rumahku dan terus meneriakiku.
Aku berkata dengan suara parau, "Ini rumahku. Pergi kamu."
Carson berdiri di depanku sembari memelototiku. Ekspresi matanya dingin dan marah.
Aku cemberut seraya mencungkil ujung meja. Aku berujar dengan suara kecil, "Aku juga nggak takut kalau kamu pelototi. Kamu ... kamu tetap harus keluar ...."
Carson mendengus. Tanpa menghiraukanku, Carson mengambil ponselnya lagi dan menelepon.
"Sekaligus bawakan salep dan kain kasa."
Orang itu terkejut.
"Tenang saja, pacarmu nggak terluka. Cepat ke sini!"
Usai bertelepon, Carson tetap tidak melihatku. Carson pergi mematikan speaker.
Kemudian, Carson berjongkok untuk mengemasi botol bir yang berserakan di lantai.
Ketika aku ingin bangun, Carson langsung melemparkan tatapan dingin padaku. "Duduk diam di sana!"
Aku cemberut. "Ini rumahku!"
"Satu kompleks ini milikku," ucap Carson.
Aku pun diam dan memelototinya dengan marah.
Tidak tahu mengapa Carson tiba-tiba datang ke rumahku. Aku belum puas minum bir. Aku masih ingin minum bir dengan Bella.
Menyebalkan sekali. Kapan Carson akan pergi?
Carson mengemas semua botol bir ke dalam kotak. Lalu, Carson membuang tusuk sate dan sate-sate yang belum habis di makan ke dalam tong sampah.
Aku ingin memprotes bahwa aku masih mau makan. Carson tiba-tiba melirikku dengan ekspresi mata dingin dan membuatku tidak berani bersuara.
Emosi! Carson sangat galak dan begitu menakutkan!
Carson membuka dua jendela untuk ventilasi. Lalu, Carson melirik Bella yang tidur pulas di sofa. Pada akhirnya, Carson berjalan ke arahku.
Carson mendengus. "Nyaman sekali hidupmu. Rumahmu hampir dijadikan bar. Apa perlu aku carikan dua model pria untuk kalian?"
"Oke!" Aku mengangguk tanpa sadar. Aku tersenyum seraya menatap Carson.
Sejak kapan Carson menjadi begitu pengertian dan teliti?
Carson perlahan memicingkan mata. Carson tampak seperti sedang marah, tetapi juga tidak.
Aduh, perasaan hati Carson memang sulit ditebak dari dulu.
Lupakan saja, model pria lebih penting.
Aku meraih tangan Carson dan tersenyum sembari berkata, "Dua sepertinya nggak cukup. Carikan empat untuk kami. Erk ... dua untuk Bella, dua untukku."
"Aku ... erk, mau peluk dua, kiri kanan ...."
"Hehehe, aku kaya sekarang. Carikan empat model pria terbaik untuk kami. Harus yang paling tampan dan punya otot perut."
"Aku ... erk, kasih kamu uang, kasih kamu uang ...."
Sambil berkata, aku mencari ponselku. Aku tidak memperhatikan mata Carson yang menjadi sedingin es.
"Otot perut?"
Carson menyeringai sinis.
Bayangannya menyelimutiku.
Carson memerangkapku di antara dirinya dan kursi. Carson mendekatiku seraya bertanya, "Kamu masih suka otot perut?"
Carson benar-benar di depan mataku. Napasnya hangat dan mata hitamnya berapi-api.
Carson seperti pusaran lahar yang ingin menyedotku dan meleburkanku.
Aku mendorong dada Carson. "Minggir, panas."
Akan tetapi, Carson memegang pergelangan tanganku.
Carson tersenyum dingin. "Ayo jawab. Kamu suka otot perut?"
Aku mengangguk dengan linglung. "Suka, mau raba. Aku mau model pria."
Carson menyeringai sinis. Dia menggiring tanganku ke bawah menuju perutnya.