NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 822

Di telepon, terdengar suara yang dingin dan menyiratkan emosi, juga sedikit familier. Speaker di rumah masih dinyalakan. Suara musik sangat ribut. Orang di telepon sepertinya mengatakan sesuatu, tetapi aku tidak mendengarnya dengan jelas. Hanya saja, suara itu makin terkesan familier. Sepertinya ... hmm, sepertinya suara Carson yang menyebalkan itu. "Minum! Minum lagi!" Bella yang berbaring di sofa tiba-tiba mengangkat tangan dan berteriak. Aku menoleh pada Bella dengan linglung dan terkekeh. "Minum, aku pergi beli bir. Hehehe, minum lagi ...." Aku mengakhiri panggilan telepon. Sambil memegangi ponselku, aku berjalan sempoyongan ke arah pintu. Begitu aku membuka pintu, seseorang yang jangkung berlari ke dalam. Dia segera mendorong bahuku ke rak dekat pintu. Aku menatap orang itu dengan linglung. "Siapa kamu? Keluar!" "Meisya!" Pria itu berteriak sambil menggertakkan gigi. Lalu, pria itu menekan sakelar lampu di samping. Sebelumnya, Bella mematikan semua lampu di rumah agar suasana lebih heboh. Hanya ada penerangan dari lampu malam yang redup. Rumah langsung menjadi terang begitu pria itu menekan sakelar lampu. Aku pun mengenali bahwa pria di depanku adalah Carson. Aku terkekeh. "Kamu ... kenapa datang ke sini?" Carson menatapku dengan ekspresi mata suram. Dia langsung mengernyit ketika melihat keningku. Kemudian, Carson memandang ke dalam rumah. Melihat botol bir dan barang lain yang berserakan di lantai, Carson marah hingga menarik napas dalam-dalam. Carson mencengkeram kerah bajuku dan mengangkatku. Dia menghardik dengan marah, "Kenapa kamu nggak minum sampai mati saja?" Sudah kuduga, Carson membenciku dan selalu berharap aku akan mati. Hatiku menjadi sedih. Aku mendorong Carson dan berteriak, "Itu bukan urusanmu. Pergi kamu." "Pergi? Kamu suruh siapa pergi?" Wajah Carson menjadi masam. Aku menatap Carson dengan linglung dan merasa bingung. Ini rumahku, rumah yang baru dibeli. Carson tiba-tiba menerobos ke dalam rumahku dan mengutukku. Apa salahnya aku mengusir Carson? "Kamu suruh aku pergi? Kamu berharap Ricky yang datang, 'kan?" tanya Carson dengan suara dingin seraya menghampiriku. Aku menggerutu "dasar gila" sambil mendorong Carson. Aku berkata, "Lepaskan aku. Aku mau pergi beli bir. Aku masih mau minum ...." "Minum, minum, minum! Minum sampai mati saja!" Carson berteriak dengan marah. Dia benar-benar melepaskanku. Aku berjalan sempoyongan ke arah pintu dan tersenyum padanya. "Apa kamu mau minum? Kalau kamu mau, aku ... erk, aku beli banyakan ...." "Nggak mau!" Carson berseru dengan suara dingin. Dia mengeluarkan ponselnya, entah menelepon siapa. Aku cemberut. "Bagus. Lagi pula, kamu hanya merusak suasana." Setelah itu, aku menghiraukan wajah Carson yang dingin dan berjalan sempoyongan ke luar. Di belakangku, Carson berteriak dengan marah, "Pacarmu bisa mati karena minum bir. Cepat ke sini dan jemput dia!" Ehm .... Dengan siapa Carson bertelepon? Siapa yang dia maksud dengan wanitanya? Sudah, lupakan saja. Aku mau minum bir. Aku ingin minum bir lagi dengan Bella. Hanya saja, aku baru berjalan sampai ke depan lift. Tiba-tiba, sebuah tangan yang kekar merangkul pinggangku. Kemudian, aku digendong olehnya. Carson memelototiku dengan marah. "Sudah mabuk begini, mau ke mana kamu?" "Turunkan aku .... turunkan aku ...." Aku berusaha melawan di dalam pelukan Carson. "Aku masih mau minum bir. Turunkan aku, aku mau pergi beli bir!" Makin aku melawan, makin erat Carson memelukku. Aku marah hingga akhirnya memeluk leher Carson dan menggigit dagu Carson.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.