NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 821

Semuanya baik-baik saja. Keluargaku tidak bangkrut. Orang tuaku masih hidup. Kakakku juga menyayangiku. Semuanya begitu bahagia dan harmonis. Kemudian, Bella dikirim ke luar negeri. Aku pun berkutat dengan Carson. Perlahan-lahan, semua itu berubah. Bella tiba-tiba mengembuskan napas dengan berat. Dia tersenyum seraya berkata padaku, "Sudah, lupakan semua yang sudah berlalu itu. Ayo, minum, minum bir." Benar. Hanya ada kesedihan jika memikirkan semua yang telah berlalu itu. Setiap orang akan tumbuh dewasa dan itu ada harganya. Bella menghidupkan speaker, mungkin karena suasana tidak cukup seru. Seketika, musik dengan irama cepat memenuhi ruang tamu. Bella memegang botol bir sambil bergerak mengikuti irama musik. Bella berseru padaku, "Ayo, Mei. Ayo menari." Aku tersenyum dan berjalan ke sana membawa botol bir. Bella minum beberapa teguk bir. Bella menari sambil berteriak, "Dasar Wilson keparat! Macam aku kekurangan pria saja." "Dia bilang dia nggak mau menikah denganku. Lucu sekali, aku pun nggak mau menikah dengannya." "Benar, benar. Carson sialan itu juga. Dia selalu berwajah dingin, seperti orang lain berutang ratusan miliar padanya." "Berengsek! Aku memang meminjam puluhan miliar pada Carson dulu, tapi aku sudah punya uang sekarang. Akan kukembalikan nanti. Emosi sekali!" "Benar, pria-pria itu terlalu percaya diri dan suka bersikap dingin. Berengsek! Memangnya kita berutang pada mereka?" tukas Bella dengan marah. Bella bersulang bir denganku. "Ayo, Mei, minum! Tinggalkan pria-pria busuk itu. Kita hidup berdua saja. Itu jauh lebih baik daripada menghadapi wajah cuek mereka." "Ya, ya. Ayo, minum! Tinggalkan pria-pria busuk itu. Minum!" Pada akhirnya, aku dan Bella mabuk. Tidak tahu berapa banyak bir yang sudah kami minum. Aku dengan linglung merasakan ada banyak botol bir yang berserakan di lantai. Bella masih ingin minum lagi. Aku berjalan sempoyongan ke jendela. Setelah dicari-cari, ternyata persediaan bir sudah habis. Semua botol itu kosong. Bella juga mencari bir di lantai. Hanya saja, Bella tanpa sengaja menginjak botol bir kosong dan terjatuh. Aku berjalan sempoyongan ke sana untuk membantu Bella. "Bangun. Hati-hati." Bella sudah mabuk. Butuh upaya keras bagiku untuk menarik Bella yang berat hingga berdiri. Baru berjalan beberapa langkah, kami sama-sama jatuh di sofa. Bella mendorongku dengan mata terpejam. "Aku mau minum lagi. Beli, beli bir ...." Sebenarnya, aku juga masih ingin minum. Aku tersenyum pada Bella. "Tunggu, ya. Aku pergi beli bir. Hari ini, kita ... erk, minum ... sampai puas ...." "Hehehe, minum sampai puas." Bella berbaring di sofa dan terkekeh. Aku dengan linglung beranjak dari sofa, tetapi tanganku terpeleset. Aku jatuh dan kepalaku membentur meja sofa. Aku tidak merasa sakit, tetapi sepertinya ada sesuatu yang mengalir turun dari keningku. Aku merabanya dengan linglung. Warna merah? Darah? Namun, tidak sakit. Aku menggelengkan kepala dan berdiri dengan goyah. Aku beserdawa. Lalu, aku terkekeh pada Bella yang berbaring di sofa. "Aku pergi beli bir. Jangan tidur, tunggu aku!" "Ya, ya, aku tunggu," gumam Bella dengan mata terpejam. Aku mencari ponselku. Ternyata, ponselku yang dibuang di sudut sofa terus menyala. Sepertinya ada yang meneleponku? Aku mengambil ponselku dan terkekeh sambil menjawab telepon. "Halo?" "Buka pintu!"

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.