Bab 504
Aku ingin melawan secara refleks, tetapi tidak berani bergerak karena teringat akan luka Carson.
Aku buru-buru menegurnya, "Cepat lepaskan aku. Awas lukamu robek lagi."
"Nggak apa-apa."
Carson memelukku dengan erat.
Meskipun Carson tidak menunjukkan kegirangan atau kegembiraan setelah aku mengungkapkan cinta padanya, tapi jelas bahwa suasana hati Carson jauh lebih baik.
Nada suara Carson saat berbicara denganku juga menjadi sangat lembut.
Aku tidak terbiasa dengan Carson yang seperti ini.
Apakah aku dan Carson sudah berbaikan?
Sambil berusaha untuk tidak menyentuh luka Carson, aku menumpu tanganku pada ranjang dan berkata pada Carson, "Carson, kita jangan bertengkar lagi, oke?"
Carson menatap lurus padaku. Lama kemudian, Carson tersenyum seraya menjawab, "Oke."
"Nada suara dan kebiasaanmu saat bicara denganku juga harus diubah. Kamu selalu tebak sembarangan, lalu ucapkan kata-kata yang ketus untuk menyakitiku."
"Coba kamu ganti sudut pandang. Kalau aku ucapkan kata-kata yang ketus untuk menyakitimu, kamu juga akan menyakitiku dengan kata-kata yang nggak sesuai dengan isi hati, bukan?"
"Seperti tadi, kamu tanya apakah aku teringat akan masa bahagia bersama Ricky."
"Aku sengaja jawab ya. Lalu? Kamu marah dan usir aku."
"Kalau dulu, aku benar-benar akan marah dan pergi. Hanya saja, tadi aku sudah memahami banyak hal. Lalu, aku sengaja mau pergi dan paksa kamu ungkapkan isi hatimu."
"Kamu lebih pandai berbohong dibanding perempuan."
Carson menatap lurus padaku. Dia tersenyum geli seraya memprotes, "Kenapa kamu seperti mendidik anak kecil?"
"Memang ya, sifatmu terlalu pendiam. Untung aku sudah memahami banyak hal. Kalau nggak, nggak tahu sampai kapan kita akan bertengkar. Kalau ada apa-apa, kamu harusnya langsung beri tahu aku. Jangan pendam di hati dan tebak sembarangan."
Setelah mendengar omonganku, mata Carson tiba-tiba menjadi redup.
Carson menundukkan kepala dan menyeringai sinis. "Dulu, sudah sering kamu bilang kamu benci aku. Kamu bilang aku ini sampah dan menjijikan."
"Jadi, bukan aku nggak percaya diri, tapi aku nggak berani bilang aku suka kamu."
"Aku takut hanya akan mendapat sindiran dan penghinaan darimu."
"Aku, aku bukan sengaja bilang begitu."
Meskipun aku tidak ingat aku pernah mengatakan itu, Ricky dan Bella meyakinkanku bahwa aku pernah berkata demikian. Aku mungkin benar-benar membenci Carson ketika dulu.
Akan tetapi, sekarang tidak.
Sekarang, segenap hatiku sudah diisi oleh Carson. Aku sedih melihat Carson terluka. Aku juga cemburu ketika melihat Carson bersama wanita lain.
Bukankah ini suka?
Aku menimang wajah Carson dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Maaf, aku tarik kembali semua yang kukatakan sebelumnya. Carson, aku beritahukan dengan serius sekarang, aku suka kamu dan hanya suka kamu."
Wajah Carson tetap tenang. Entah ilusi atau bukan, aku merasa ada sedikit kekhawatiran yang tersembunyi di dalam mata Carson yang tenang.
Carson menanyaiku, "Kamu benar-benar nggak ingat tentang aku dan Ricky di masa kecil?"
Aku menggelengkan kepala dengan bimbang.
Aku benar-benar sudah tidak punya ingatan tentang itu.
Sebelumnya, saat Carson menuntutku karena telah melupakan janji padanya di masa kecil, aku berpikir Ricky salah mengira diriku sebagai orang lain.
Akan tetapi, Ricky juga mengatakan ada sengketa antara kami bertiga di masa kecil. Itu berarti aku memang telah lupa, sedangkan mereka berdua masih ingat.
Adapun mengapa aku bisa melupakan ingatan itu, aku pikir aku harusnya menanyai orang tuaku atau kakakku.
Aku masih ingat tentang sekolah dasar, tidak mungkin hanya melupakan ingatan tentang mereka berdua.
Mata Carson tiba-tiba menjadi lebih gelap. Kekhawatiran di dalam matanya juga lebih pekat.
Carson menyeringai dan berujar dengan sarkas, "Kamu sudah lupa, tapi kamu tahu nggak, orang yang paling kamu sukai saat itu adalah ... Ricky."
Aku menatap Carson dengan sangat kaget. "Siapa, siapa bilang? Apalagi, anak kecil mana tahu tentang cinta?"
Carson menundukkan pandangan dan tersenyum. Senyumannya sinis dan sedih.
Hatiku menjadi cemas. "Tunggu, jangan bilang kamu pikir sembarangan lagi."
"Kamu sudah jelaskan padaku sekarang, aku nggak akan pikir sembarangan."
"Hanya saja, waktu itu, kamu sendiri yang bilang kamu suka Ricky, kamu benci aku dan nggak mau lihat aku."
"Sekarang kamu suka aku karena kamu sudah lupa. Tapi saat kamu sudah ingat, rasa sukamu padaku akan pindah, 'kan?"