NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 505

"Nggak akan!" Aku buru-buru berseru, "Jangan pikir sembarangan, oke? Mana bisa rasa suka anak kecil disebut cinta?" Carson menatapku dalam diam, tidak bersuara. Aku sekali lagi mengungkapkan cintaku. "Dengar baik-baik, aku suka kamu, hanya suka kamu dalam seumur hidup ini." "Sedangkan ingatan di masa kecil, jangankan aku sudah lupa sekarang, bahkan kalau sudah ingat, itu juga bukan masalah." "Aku masih kecil saat itu, nggak paham soal cinta. Omonganku nggak bisa dianggap serius." Detik berikutnya, aku sadar Carson sedang menatap ke arah pintu dengan tatapan suram. Aku mengernyit dan menolehkan kepala secara refleks. Pintu bangsal sudah dibuka entah sejak kapan. Ricky berdiri di depan pintu. Aku menoleh ke sana dan Ricky tersenyum padaku. Senyuman Ricky penuh rasa sinis. Ricky melirikku dengan ekspresi mata ironis, lalu berbalik badan dan pergi. Aku secara refleks ingin mengejar Ricky. Baru berjalan beberapa langkah, aku teringat akan Carson. Aku segera berbalik badan dan berkata pada Carson, "Jangan salah paham, aku hanya pergi jelaskan pada Ricky." Carson mengangguk. Tidak ada ekspresi di wajahnya. Saat aku menyusul ke luar unit rawat inap, aku melihat Ricky duduk di pondok sambil merokok. Fajar baru terbit sehingga cuaca masih dingin. Di rumah sakit masih sepi. Aku berjalan ke sana dan menatap Ricky. "Maaf." Ricky yang bersandar pada tiang tersenyum padaku. "Kenapa tiba-tiba minta maaf denganku?" "Aku lupa tentangmu di masa kecil, juga lupa dengan janji yang mungkin sudah kuberikan padamu." "Aku minta kamu ingat tentangku, tapi aku malah melupakanmu." "Aku bahkan belum ingat kembali sampai sekarang." "Tunggu sampai kamu sudah ingat," ujar Ricky dengan tenang. Aku menatap Ricky dengan perasaan hati yang agak kompleks. Sebenarnya, tanpa ingatan itu, Ricky tetap asing bagiku. Akan tetapi, selalu ada rasa bersalah di hatiku saat melihat Ricky begini. Apa yang seharusnya dijelaskan harus dijelaskan agar tidak menimbulkan lebih banyak kesalahpahaman. Aku merapatkan bibir, lalu berkata dengan serius, "Ricky, aku suka Carson." Ricky mendongakkan pandangan padaku dan menyeringai sinis. "Aku tahu." "Jadi, kalaupun aku sudah punya ingatan itu lagi, aku tetap suka Carson." Ricky tidak bersuara. Hanya saja, tangannya dikepal. Rokok yang diapit di jari Ricky langsung patah. Puntung rokok jatuh di punggung tangannya. Punggung tangan Ricky yang putih memerah. Hatiku menegang. Aku secara refleks memanggil nama Ricky. Ricky perlahan memejamkan mata, seperti sedang berusaha menenangkan perasaannya. Lama kemudian, Ricky tersenyum sinis padaku. "Di tahun itu, kamu bilang kamu sangat suka bersamaku. Kamu bilang sifat Carson nggak baik dan sangat murung, kamu benci dia." "Aku gembira sekali. Gadis yang kusukai juga menyukaiku." "Aku selalu pikir kita pasti akan jadi pasangan kalau bertemu lagi di masa mendatang dan hidup bahagia." "Kamu minta aku untuk selalu mengingatmu, berarti kamu akan menungguku, 'kan?" "Tapi sekarang, kamu malah beri tahu aku kamu jatuh cinta pada Carson, jatuh cinta pada orang yang dulunya paling kamu benci." "Meisya ...." Ricky tersenyum padaku. Kemarahan dan kesedihan tersembunyi di balik senyumnya. "Kamu pun menipuku bersama mereka." "Nggak!" Hatiku menegang tanpa sadar karena tuntutan Ricky. Aku meminta maaf, "Maaf, ada banyak hal di dunia ini yang nggak bisa dikontrol, apalagi soal cinta." "Ricky, lupakan saja ingatan itu. Semua ini salahku. Maaf sudah membuatmu menunggu bertahun-tahun dengan sia-sia." "Aku hanya nggak bisa terima."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.