NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 500

Suaranya serak, menunjukkan sedikit kelemahan. Kelemahan itu bercampur dengan sedikit kebencian. Aku membuka mulutku, mencoba menjelaskan sesuatu, tapi tertahan di tenggorokanku dan aku tidak tahu harus berkata apa. Akhirnya aku berkata, "Lepaskan dulu." Carson tidak melepaskannya, tapi mengencangkan cengkeramannya di pergelangan tanganku. Sebenarnya, ini perasaan suka dan peduli Sekarang mengingat kejadian yang dulu, Carson akan membatasi kebebasanku seperti ini dan kemudian selalu marah tanpa alasan. Kalau dipikir-pikir dari sudut lain, sebenarnya itu bukan rasa jijik, tapi perhatian dan cinta. Setelah memikirkan hal ini, hatiku sedikit melunak. Aku memegang tangannya erat-erat, membungkuk sedikit lalu mencium bibirnya. Matanya langsung melotot dan menatapku dengan tidak percaya. Aku tersenyum padanya dan menjawab, "Lepaskan aku dulu, aku akan menyalakan lampunya. Kamarnya gelap sekali." Meski aku mengatakan itu, Carson tetap tidak melepaskannya. Aku tersenyum tak berdaya dan tidak punya pilihan selain mengulurkan tangan untuk menarik tangannya. Setelah akhirnya melepaskan tangannya, dia menatapku lagi, matanya terpaku padaku. Aku menyalakan lampu, berbalik dan berkata kepadanya, "Jangan khawatir, aku nggak akan pergi." "Barusan kamu bersiap untuk pergi." Masih ada sedikit kebencian dalam nada bicara Carson. Memang benar, aku barusan tidak tahu bagaimana menghadapinya, jadi aku berencana pergi sebelum Carson bangun. Namun, kini, begitu menghadapinya, tiba-tiba aku menyadari bahwa sebenarnya tidak ada yang sulit untuk dihadapi. Carson tidak menyalahkanku, 'kan? Aku duduk di samping tempat tidur sambil menatapnya, "Apa kamu baik-baik saja? Apa lukanya masih sakit?" "Kamu masih peduli padaku." Nada suara Carson terdengar penuh dengan kebencian. "Bukankah kamu nggak pernah menanyakan keadaanku? Aku pikir kamu sudah lama melupakanku saat kamu bersama Ricky." "Kamu juga nggak menanyakan keadaanku, kamu juga bersama Riris dan mengabaikanku begitu saja," ucapku sambil memelototinya dengan marah. Jadi kami hanya saling menatap. Raut wajahnya muram, aku juga sangat marah. Setelah marah, tiba-tiba aku tertawa. Kalau dipikir-pikir, setiap kali kami bertengkar, sepertinya kami salah mengira bahwa kami mengabaikan satu sama lain demi orang-orang tertentu. Namun, nyatanya aku tidak berani menanyakan informasi tentangnya. Aku pikir hidupnya tidak lagi dalam bahaya, dengan Riris yang merawatnya dengan baik, Carson seharusnya dalam kondisi baik, jadi tidak perlu bertanya. Namun, menurutnya, Carson merasa aku mengabaikannya karena aku bersama Ricky. Jadi, kalau dipikir-pikir dari sudut lain, apa ada alasan kenapa dia tidak menanyakan kabarku? Aku harus menanyakan alasannya dengan jelas daripada menebak secara sembarangan seperti ini, 'kan? Begitu melihatku tiba-tiba tertawa, Carson mengerutkan kening kesal. "Kenapa kamu tertawa lagi? Kenapa? Kamu tiba-tiba teringat saat-saat bahagia bersama Ricky?" Lihat, Carson juga punya masalah dengan cara bicaranya. Carson selalu menebak secara sembarangan yang mana membuatku sangat kesal, jadi terkadang tanpa sadar aku menggunakan kata-kata yang tidak menyenangkan untuk menyerangnya. Sebenarnya mungkin bukan itu yang Carson maksud, 'kan? Saat memikirkan hal ini, aku tiba-tiba menjadi paham. Aku menghampirinya dan sengaja berkata kepadanya, "Ya, kamu benar, tiba-tiba aku teringat saat-saat bahagia bersamanya." Raut wajah Carson tampak menjadi suram. Carson mendengus dan tersenyum. "Pantas saja kamu bahkan nggak menanyakan keadaanku. Kalau begitu, kenapa kamu datang menemuiku? Untuk melihat apakah aku sudah mati?" Lihat, Carson menjadi sama seperti sebelumnya, rendah diri, berpikiran sempit dan tidak masuk akal. Aku berkata, "Bisakah kamu berhenti bicara seperti itu?" "Lalu apa yang harus aku katakan? Kalau menurutmu aku nggak masuk akal dan nggak mau melihatku, pergilah! Aku nggak butuh sikap sok perhatianmu di sini."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.