NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 492

Pria itu menatapku dengan tatapan mata sedih. Tatapan itu membuat hatiku sakit. Aku mengulurkan tanganku untuk menyentuhnya, tapi sepertinya ada sesuatu yang menghalangiku. Entah seberapa keras aku berusaha, ujung jariku tidak bisa menyentuhnya sama sekali. Siapa dia? Kenapa menatapku dengan sedih? Siapa dia? Siapa dia? Aku menutupi kepalaku dengan kesakitan dan menjerit. Tiba-tiba, sebuah nama muncul di benakku. Carson! Aku ingat, dia adalah Carson. Carson yang selalu menindasku, tapi selalu datang menyelamatkanku saat aku dalam bahaya. Sosok pria itu seakan mundur, semakin menjauh dariku. Aku cemas, memanggilnya dan berlari ke arahnya. Namun sekeras apa pun aku berlari, aku tidak bisa menyusulnya. "Carson, tunggu aku, Carson ...." Aku membentaknya, tapi sepertinya Carson tidak mendengarkanku. Aku melihat sosoknya semakin menjauh dariku, hatiku tiba-tiba terasa sakit seolah terkoyak oleh sesuatu. "Carson ...." Aku teriak, kakiku tiba-tiba terpeleset lalu aku terjatuh ke tanah karena panik. Seketika, cahaya terang menerpaku dan tanpa sadar aku memejamkan mata. Setelah menunggu lama, perlahan aku membuka mata, yang kulihat adalah langit-langit putih. Bau disinfektan yang menyengat memenuhi udara. Aku membuka mata untuk menatap langit-langit. Setelah beberapa saat, aku menyadari bahwa ini adalah rumah sakit. Kenangan sebelum pingsan tiba-tiba segera membanjiri pikiranku. Aku seharusnya diantar ke rumah sakit oleh Ricky. Bagaimana dengan Carson? Bagaimana keadaan Carson? Setelah memikirkan Carson berlumuran darah, aku merasa cemas dan buru-buru duduk dari tempat tidur, tapi dalam sekejap aku menarik jarum infus di punggung tanganku. Aku menarik napas kesakitan. Saat aku mengangkat mataku, aku melihat sesosok tubuh mendekat. Ricky. Ricky menatapku dengan tenang dengan sedikit senyum di wajahnya. Senyuman itu jelas bercampur dengan kesedihan serta kepahitan. Aku tidak peduli tentang hal lain. Aku segera meraih sudut bajunya dengan sangat tidak sabar sehingga aku tidak dapat berbicara untuk beberapa saat. Aku menarik napas dalam-dalam. Setelah beberapa saat aku bertanya padanya, "Di mana Carson? Bagaimana keadaannya?" Ricky menunduk sambil menatap tanganku. Saat ini, jarum infus di punggung tanganku sudah bengkok dan tanganku mengeluarkan darah. Ricky cemberut, mengulurkan tangan untuk mencabut jarum. Darah merah langsung keluar dari punggung tanganku. Ricky mengambil kapas dan menempelkannya dengan hati-hati ke bekas luka jarum itu. Aku cemas. Aku memandangnya dengan memohon, "Ricky, beri tahu aku, bagaimana keadaan Carson? Aku mohon, tolong beri tahu aku, bagaimana keadaannya?" Saat aku bertanya, tanpa sadar air mataku terjatuh. Hatiku sangat ketakutan, khawatir sesuatu akan terjadi pada Carson. Lagi pula, Carson ditusuk tiga kali. Ketiga tusukan itu sangat berat, Carson sudah kehilangan banyak darah. Yang paling penting adalah, aku bahkan tidak tahu Carson diantar ke rumah sakit atau tidak. Jika Ricky tidak mengantarkannya ke rumah sakit, Carson akan mati sendirian di gudang itu. Aku tidak berani berpikir lebih jauh. Aku mengambil pakaian Ricky dan bertanya padanya dengan sedih, "Katakan saja padaku, sekarang di mana Carson?"

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.