Bab 569
Jerry berpikir dalam hati. Sekarang dia memiliki beberapa resep yang dapat meningkatkan kultivasi. Pas ada banyak kios di sana yang menjual berbagai resep obat. Jika bisa mengumpulkan semua bahan obat yang diperlukan, khasiat dari resep dapat dimaksimalkan.
Meski begitu, Jerry tidak terburu-buru untuk mengambil tindakan. Jerry tahu betul tidak baik untuk mengekspos kekayaannya. Jika terlalu mencolok di tempat asing seperti ini, mudah bisa mendatangkan masalah yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu, Jerry memutuskan untuk membeli bahan obat pelan-pelan setelah pertandingan seni bela diri berakhir.
Prioritas saat ini adalah segera memahami lingkungan tempat ini. Itu akan memberi bantuan dan kemudahan untuk rencana Jerry di kemudian hari.
Jerry memikirkan tentang masa depan sambil berkeliling bersama Walton.
Setelah meninggalkan area kios, Jerry mengikuti Walton ke area lain. Apa yang dilihatnya pun berubah.
Seperti yang Walton katakan sebelumnya, bangunan di lahan kosong itu menjadi banyak. Sebagian besar di antaranya adalah restoran, bahkan samar-samar bisa mencium wangi makanan dari sana.
"Pesan dua kamar, lalu antarkan sekaleng arak bagus. Cuaca terlalu dingin, harus hangatkan tubuh dulu." Walton merogoh sepuluh koin emas dari dalam saku dan melemparnya ke meja.
Mata uang umum di dunia bela diri adalah kristal roh, tetapi sebagian besar orang tetap bertransaksi menggunakan koin emas. Tidak semua orang memiliki tambang seperti Jerry.
Pelayan menuntun mereka berlima ke lantai dua. Arno yang berjalan di belakang barisan menundukkan kepala, seperti takut dikenali oleh orang.
"Tuan-tuan, sekarang masih ada daging segar dan sayuran-sayuran liar di dapur kami. Semuanya adalah produksi khas lokal, dijamin aman dan nggak ada bahan tambahan, serta kaya akan nutrisi! Kalau butuh, aku langsung suruh orang antarkan ke kamar kalian!" seru pelayan seraya tersenyum. Dia jelas pandai berbisnis.
Walton secara naluriah ingin menolak pelayan itu. Di gunung salju yang jauh dari pemukiman, ada banyak barang yang sulit didapatkan. Makanan-makanan itu pasti sangat mahal.
Namun, ketika Walton hendak berbicara, Jerry tiba-tiba menyela. Jerry tersenyum dan bertanya, "Berapa harganya?"
"Tuan-Tuan, dua kristal roh saja. Dijamin Tuan puas. Gratis satu kaleng arak juga!" jawab pelayan dengan antusias.
Harganya termasuk mahal, tetapi Jerry tidak menawar harga. Jerry langsung mengeluarkan dua kristal roh dan melemparkannya pada pelayan. "Cepat antarkan."
Melihat Jerry membayar dua kristal roh dengan lugas, pelayan buru-buru menangkapnya dengan hati-hati. Terbersit keserahakan di mata pelayan. Senyumannya makin lebar dan ria.
Pelayan berkata dengan hormat, "Tuan-Tuan, mohon tunggu sebentar. Aku suruh dapur segera buatkan!"
Jerry mengangguk, menyuruh pelayan segera pergi mengaturnya. Pelayan langsung berlari ke dapur, seperti takut Jerry akan berubah pikiran pada detik berikutnya.
Suara percakapan antara Jerry dan pelayan tidak nyaring, tetapi tetap terdengar oleh orang-orang di lobi. Seketika, beberapa orang memusatkan perhatian pada Jerry.
Tatapan mereka penuh rasa pengamatan dan spekulasi. Mereka sedang bertanya-tanya siapakah Jerry.
Orang yang begitu kaya jelas bukan dari keluarga biasa.