Bab 697
Ciuman itu tanpa teknik, Nadira hanya sekadar menggosokkan bibirnya ke bibir Beni. Pria itu menarik napas dalam-dalam, membuka mata dan menatap Nadira dua detik, lalu balas melumat bibir perempuan itu.
Ciuman panjang itu perlahan berakhir saat bibir Beni perlahan menjauh.
Tangannya mencengkeram dagu mungil itu. Bibir Nadira yang merah tampak menggoda. Beni hanya bisa mengutuk dalam hati.
Mata hitamnya menyipit. Napas mereka masih memburu. "Nadira. Apa maksudnya ini?"
Kata-kata itu terdengar sangat serak.
Nadira tersengal. Pipinya tampak kemerahan.
Dia juga tidak tahu harus berkata apa. Dia bahkan tidak sadar apa yang baru saja dia lakukan. Karena tidak ada pilihan, dia nekat.
Perempuan itu mengangkat alis. Tatapannya menantang dan senyumnya manis. "Pak Beni besok mau menikah, 'kan? Kita pernah jadi suami istri. Masa nggak boleh mengucapkan selamat tinggal?"
"Ini caramu mengucapkan selamat tinggal?" Suara Beni bergetar. Nadanya sulit ditebak.
Namun, ekspresinya jelas terlihat tidak sena

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda