NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2071

Begitu mendengar apa yang dikatakan Carter, sepasang alis tajam Jeremy tiba-tiba terangkat. Saat ini dia menatap si imut di gendongan Fabian. Ketika mereka melihat tatapan dan ekspresi Jeremy, Madeline dan Fabian sama-sama merasa pasti ada sesuatu yang tidak beres. Di tengah kebingungan mereka, orang di ujung telepon satunya sepertinya telah memutus panggilan. Madeline berjalan ke sisi Jeremy. “Jeremy, siapa itu? Apakah terjadi sesuatu?” Jeremy menurunkan pandangannya dan menangkap kekhawatiran di mata Madeline. Pada saat ini, dia ragu-ragu apakah harus memberi tahu Madeline atau tidak. Madeline juga memperhatikan perilaku ganjil Jeremy, jadi dia bertanya, “Jeremy, ada apa?” Jeremy tak ingin Madeline terlalu khawatir, namun dia ingat bahwa hal-hal seperti inilah yang memicu terjadinya kesalahpahaman di antara mereka di masa lalu, jadi kali ini, dia tidak lagi memilih untuk menyembunyikannya. “Bintik-bintik merah muda di tubuh Lilly bukan dari penyakitnya. Bintik-bintik itu buatan manusia.” Jeremy menerangkan kepada Madeline dengan intonasi tenang, namun kedua alisnya telah berkerut erat. “Apa?” “Buatan manusia?” Pada saat yang bersamaan, Madeline dan Fabian sama-sama syok. Evan lalu berjalan maju dari satu sisi, tampak bingung. “Bintik-bintik itu buatan manusia? Siapa orang yang begitu keji hingga tega menyakiti seorang anak kecil?” Begitu mendengar kata-kata Evan, pikiran Madeline sepertinya langsung menjadi jernih. “Ini perbuatan Carter, bukan?” Dia bertemu dengan sepasang mata Jeremy. “Carter adalah orang yang barusan menelepon.” Jeremy mengangguk. Seperti yang dia duga, dia tak bisa menyembunyikan apapun dari Madeline. “Bajingan itu!” Seketika itu juga Fabian terbakar amarah, dan wajahnya tiba-tiba berubah menjadi gelap sekali. Akan tetapi, karena masih menggendong Lilian, dia hanya bisa menahan emosi yang sudah nyaris meledak. Jantung Madeline berdetak sangat cepat. Dia menatap Jeremy dan bertanya, “Apa yang Carter katakan di telepon? Apa maunya?” “Dia menyuruhku untuk menemuinya besok di alamat lama geng Stygian Johnson. Dia juga menyuruhku membawa Lilly .” Jeremy mengulangi apa yang tadi Carter katakan ke dirinya. “Kau tidak boleh pergi, apalagi membawa Lilly.” Fabian dengan sungguh-sungguh mengingatkannya, “Dia pasti ingin mencederai.” “Aku tahu, akulah yang dia inginkan,” kata Jeremy tanpa tergesa-gesa. Setelah itu, dia menatap mata Madeline dalam-dalam. “Linnie, aku sudah memikirkan ini…” “Kau sudah memutuskan untuk pergi sendirian?” Madeline menyela Jeremy dan mengatakan apa yang tidak sempat dikatakan Jeremy. Jeremy mengerucutkan bibirnya dan tersenyum, lalu sorot matanya melembut. “Sepertinya dibutuhkan sebuah resolusi antara aku dan Carter. Kalau tidak, dia tidak akan berhenti.” “Kau tidak boleh pergi.” Madeline menghentikan niat Jeremy dengan tatapan khawatir di wajahnya. “Apa kau tahu bagaimana kondisi mental Carter sekarang? Selama ini dia menyalahkanmu untuk semua musibah yang terjadi padanya!” Madeline menekankan ucapannya, meraih tangan Jeremy. “Tahta kerajaan St. Piaf dan anak yang gugur saat dalam kandungan Shirley. Dia akan melampiaskan semua kemarahannya padamu. Jeremy, kau tidak boleh menemui dia!” Jeremy bisa merasakan kecemasan dan kekhawatiran Madeline untuknya. Tentu saja, dia tahu itu, tapi… “Linnie, laki-laki itu menyuntik Lilly dengan semacam racun. Aku harus pergi.” “Apa? Berani-beraninya dia melakukan hal sekeji itu pada Lilly!” Fabian tak bisa lagi mengontrol emosinya. “Di mana dia sekarang? Aku akan mencari dia secepatnya!” “Fabian,” kata Jeremy menghentikan pemuda itu, sorot matanya yang lembut jatuh pada gadis kecil di gendongannya. “Fabian, aku yakin dirimu tidak mau hal-hal buruk terjadi pada Lilly, bukan?” “Jeremy, apa maksudmu?” Fabian mengerutkan kening.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.