NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Permainan TakdirPermainan Takdir
Oleh: NovelRead

Bab 4

Seluruh ruangan gempar. Suasana di sekeliling seakan mati seribu bahasa. Saskia menatap wajah Mason yang tampan dan dingin, dan hatinya juga sedikit berdebar. Malam itu, saat mabuk berat, dia hanya bisa mengingat potongan-potongan adegan yang sangat kabur. Kini, saat dia mendekat lagi, aroma wangi mewah dari tubuh pria itu terasa seperti menusuk hati di tengah dinginnya malam, membuat Saskia hampir menarik tangannya kembali. Namun pria itu hanya mengeluarkan suara "hm" pelan. "Aku nggak akan melakukannya lagi lain kali." Tanggapan ini benar-benar membuat semua orang terkejut. Apalagi beberapa orang yang cukup akrab dengan Mason, mereka benar-benar tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejut mereka. Mereka serentak menoleh ke arah Johan, seolah-olah dia baru saja dipermalukan di depan umum, dan yang "mempermalukannya" adalah Mason. Meskipun mereka sering minum dan makan bersama, tak seorang pun benar-benar tahu latar belakang Mason. Yang mereka tahu hanyalah Mason berbisnis di bidang investasi keuangan, pendiam, tak dekat dengan wanita, dan soal kekayaannya, tak seorang pun berani menebak. Di pergelangan tangannya terpasang jam tangan custom eksklusif bernilai miliaran, yang sulit ditemukan duanya di dunia. Bagi orang seperti dia, membuat seseorang jatuh hati jelas bukan hal sulit. Namun, mereka tidak menyangka Saskia ternyata berhasil menarik perhatiannya. Saskia sama sekali tak terkejut. Semalam, Mason sudah berani setuju "bermain-main" dengannya, tentu pria ini tak takut berselisih dengan Johan. "Kemarin kamu terlalu banyak minum. Hari ini jangan mabuk lagi, ya. Mau temani aku ambil jus buah?" tanya Saskia dengan nada manja. Kata-kata itu sangat menggoda dan ambigu, sehingga orang-orang di sekitarnya kesulitan menangkap maksudnya. Namun, Mason kembali mengangguk setuju dengan tenang. "Baiklah, terserah kamu." Interaksi mereka begitu alami, membuat Johan tak tahan melihatnya. Saat dia hendak melangkah maju untuk menegur mereka, Gisel menahannya. "Johan, ada apa denganmu? Siapa wanita ini? Sepertinya kamu sangat peduli padanya?" Hati Johan bergetar sejenak, dan dia menahan amarahnya sambil menenangkan dengan suara lembut, "Hanya wanita biasa yang sedikit licik. Mana mungkin aku peduli pada wanita seperti dia." Seakan ingin bersaing, dia tiba-tiba menarik Gisel ke pelukannya, menempelkan kepala mereka dan menggosok-gosokkan hidungnya dengan mesra. "Gadis bodoh, apa kamu terlalu sayang padaku?" Gisel menatap wajah tampannya, lalu dengan malu-malu dan manja, menyandarkan diri ke pelukannya, membuat banyak orang di sekitarnya tersenyum menggoda. "Pak Johan dan Bu Gisel benar-benar mesra, bikin iri saja." Johan pura-pura tersenyum anggun sambil mengangguk, tapi tatapannya menusuk dingin ke arah Saskia yang tak jauh darinya. Tatapan mereka pun bertemu. Saskia tiba-tiba melengkungkan bibir merahnya. Senyumannya begitu menggoda hingga membuat siapa pun yang melihatnya merasa terusik. Saskia perlahan berjinjit, mendekat ke telinga Mason hingga bibir merahnya hampir menempel. "Yang semalam ... kita teruskan, ya." Mason terkejut dan menoleh, hingga hidung mereka saling bertabrakan, dan bibir mereka nyaris bersentuhan. Itulah adegan yang diinginkan Saskia. Dia sengaja melingkarkan tangannya di leher Mason, lalu tersenyum menggoda seolah benar-benar akan mencium pria itu di depan semua orang. Dalam sekejap, pinggang Saskia ditarik erat ke dalam pelukan pria itu. Hembusan napas Mason menyapu pipinya, disertai suara rendah yang menggoda. "Di sini?" Sekilas, Saskia teringat kejadian semalam ketika pria ini menekannya ke dinding saat dirinya mabuk, membuat nyalinya mendadak menciut. Sambil tersenyum, dia mendorong Mason menjauh, lalu meneguk segelas jus dalam sekali minum untuk menenangkan detak jantungnya yang kacau. Baru saja dia meletakkan gelas, Mason sudah menyodorkan segelas jus lagi. "Segitu hausnya?" Nada suaranya yang menggoda membuat tenggorokan Saskia terasa kering. Pria ini pasti sengaja. Saskia cepat-cepat mengambil gelas itu dan meneguk setengah isinya. "Aku ke toilet dulu." Setelah berkata begitu, dia menyerahkan gelasnya dan buru-buru pergi. Begitu keluar dari bilik toilet dan sedang merapikan riasannya, Johan tiba-tiba masuk dengan tergesa-gesa, menekannya ke wastafel, sementara tangannya menyusup masuk melalui belahan tinggi gaunnya. "Saskia, apa kamu sengaja membuatku marah? Kamu tahu nggak apa yang sedang kamu lakukan!" Pria itu membungkuk dengan sikap penuh amarah, dan hendak menciumnya. Sikap dominan seperti ini sudah sering dia tunjukkan sebelumnya. Dulu, Saskia selalu mengalah dan menuruti. Namun kali ini, dia langsung meraih kotak tisu di samping dan melemparkannya dengan keras ke arah Johan. Saat pria itu meringis kesakitan, Saskia cepat-cepat menghindar, lalu menatapnya dengan dingin. "Johan, kita sudah putus. Kamu sudah nggak punya hak buat mengatur apa yang kulakukan. Apa ... kamu masih nggak puas sama yang terjadi semalam, dan ingin mencoba lagi?" Mengingat kejadian memalukan semalam, wajah Johan langsung menggelap sepenuhnya. "Kalau kamu terus bersikap seperti ini, aku benar-benar bisa marah besar." "Ayo, cium aku."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.