NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Permainan TakdirPermainan Takdir
Oleh: NovelRead

Bab 3

Tubuh Mason sedikit menegang, dan genggaman tangannya tanpa sadar melonggar. Tiba-tiba, wanita yang berada dalam pelukannya meluncur keluar seperti belut, berlari cepat ke kamar, dan membanting pintu dengan keras. "Jangan berani macam-macam!" Kata-kata itu menggema di udara seiring nyaringnya suara pintu yang dibanting. Mason bersandar pada dinding dengan satu tangan, lalu tertawa pelan. Dia masih merasa belum puas. ... Malam itu, Saskia tidur dengan nyenyak, dan itu sesuatu yang jarang terjadi. Dalam waktu setengah bulan ke depan, dia harus menyelesaikan semua urusan yang tertunda. Pekerjaan, juga merawat orang tua angkatnya. Pagi-pagi sekali, setelah mandi dan minum segelas susu, dia langsung turun ke garasi. Di sana, tiga mobil mewah sudah menunggunya, dan itu semua adalah hadiah dari kakaknya. Dia memilih yang paling sederhana, lalu mengendarainya menuju kantor Grup Kusuma. Saat lulus dari universitas, dia sudah memiliki tiga paten di bidang pengembangan perangkat lunak dan diincar oleh sebuah tim riset terkemuka untuk bergabung. Namun setelah menandatangani kontrak, dia harus bekerja secara rahasia di markas luar negeri dan tidak boleh keluar dari tempat itu setidaknya selama dua tahun. Di sisi lain, Johan berkata bahwa dia tidak bisa berpisah darinya dan melarangnya pergi. Saskia pun terpaksa menolak. Pria itu kemudian menambahkan bahwa dia tidak suka wanita yang menjadi pusat perhatian. Saskia pun menyembunyikan semua prestasinya. Setelah itu, Johan menempatkannya di Grup Kusuma sebagai model cetak kecil di departemen promosi. Selain paten yang tak diketahui orang, di sini Saskia tak punya latar belakang maupun koneksi. Orang-orang hanya menganggapnya wanita yang naik pangkat karena pesonanya semata. Johan menikmati hubungan seperti itu, jadi dia tak pernah menjelaskan apa pun pada orang lain. Saskia sempat percaya bahwa ketulusan akan dibalas dengan ketulusan. Sayangnya, delapan tahun hubungan itu telah membuatnya buta. Begitu masuk kantor, dia melihat Johan menggandeng seorang wanita yang anggun dan sopan, dan memperkenalkannya kepada semua orang. "Ini tunanganku, Gisel. Hari ini aku membawanya supaya kalian bisa mengenalnya." Meski ucapannya terdengar manis, Saskia tetap menangkap lingkaran gelap di mata Johan dan bekas samar di pergelangan tangannya. Malam tadi pasti sangat melelahkan. Suasana riang dan penuh tawa mendadak hening begitu Saskia muncul. Segalanya menjadi terasa aneh dan canggung. Rekan-rekan Saskia menatapnya dengan tatapan sinis dan merendahkan. Saskia memang sangat cantik dan tubuhnya terlalu memikat. Karena hubungannya dengan Johan, orang-orang diam-diam sering mengejeknya sebagai wanita penggoda. Kini, saat Johan hadir bersama tunangannya yang sah, semua orang menunggu momen saat Saskia akan terlihat memalukan. Saskia melangkah maju dengan langkah yang menggoda. "Selamat siang, Pak Johan. Jadi ini calon istri Pak Johan? Benar-benar terlihat polos!" Begitu melihat Saskia, wajah Johan langsung berubah suram. Namun, Johan mengabaikannya dan langsung membawa Gisel masuk ke kantornya. Setelah mereka pergi, beberapa orang tak bisa menahan diri untuk melontarkan ejekan. "Nggak peduli seberapa keras usaha wanita penggoda, tetap saja sia-sia. Apa sampai sekarang dia masih berharap menjadi istri presiden direktur? Lucu sekali." Orang-orang pun terkikik pelan. Saskia dengan anggun meletakkan tasnya di kursi. Dia mengenakan gaun panjang yang menonjolkan bentuk tubuhnya, wajah cantiknya dirias rapi, dan dia sama sekali tidak terlihat lelah atau murung. "Mereka yang nggak bisa mendapatkan perhatian seorang presdir cuma bisa menelan rasa iri. Mereka nggak secantik aku dan tubuh mereka nggak seindah tubuhku. Sekeras apa pun mereka berusaha, mereka tetap nggak akan berhasil. Berbeda denganku. Setelah bertahun-tahun bermain-main, aku justru sudah merasa bosan." Orang-orang terdiam. Saskia berbalik dan duduk di tempatnya, lalu menatap ke atas dan melihat Johan berdiri di koridor sambil memegang cangkir kopi dengan wajah tampannya yang tampak suram. Jelas, dia mendengar semua yang baru saja Saskia katakan. Saskia tersenyum dingin. Namun, hatinya terasa perih. Selama delapan tahun, dia selalu menyeduh kopi untuk Johan dengan hati-hati demi menyesuaikan rasa sesuai seleranya. Namun, dia tidak pernah mendapat ucapan terima kasih. Kini, Johan malah membuatkan kopi untuk wanita lain. Sungguh ironis. Saskia awalnya ingin langsung mengundurkan diri, tapi setelah melihat betapa mesranya Johan dan Gisel, dia tetap tak bisa menahan amarahnya. Kalau pun dia mengundurkan diri, dia tak bisa melakukannya dengan pasrah begitu saja. Dia harus membuat mereka menderita. Menjelang jam pulang kantor. Pimpinan departemen mengirim pemberitahuan di grup. Untuk merayakan masuknya calon istri presiden direktur ke Grup Juwono, malam ini pukul delapan, akan diadakan jamuan makan di Resto Panorama, dan setiap orang diminta hadir dengan pakaian resmi sebagai bentuk penghormatan. Rekan kerja di seberang Saskia menatapnya dengan penasaran. "Saskia, kalau kamu nggak mau pergi, kami bisa bantu bicara ke atasan, kok. Pak Johan pasti akan menyetujuinya." Orang-orang menatapnya dengan dingin sambil mengejek. "Sehebat dan secantik apa pun dia, tetap saja dia nggak bisa menyaingi wanita yang memang sudah istimewa. Bukankah pergi ke sana malah akan mempermalukan diri sendiri? Sekarang saja Pak Johan sudah nggak peduli padanya." Saskia menatap cermin sambil mengoleskan lipstiknya beberapa kali, membuat wajahnya terlihat semakin memikat. "Tentu saja aku datang. Dia ingin melihatku atau nggak, itu urusannya, bukan urusanku." Orang-orang di sekitarnya mengangkat alis. Mereka mengira Saskia hanya asal bicara. Lagipula, selama beberapa tahun terakhir, semua orang sudah menyaksikan sendiri bagaimana Saskia selalu tunduk pada Pak Johan. Sekarang calon istri Pak Johan sudah datang.. Kalau Saskia berani membuat onar, dalam sekejap dia bisa diusir dari perusahaan. Jika kehilangan pekerjaan dan ditinggalkan oleh pria yang membiayainya, nasib seorang gadis desa seperti dia jelas bisa ditebak. Pukul delapan malam, jamuan makan pun dimulai dengan meriah. Meski pimpinan mereka meminta semua orang tampil resmi, tak ada yang berani melebihi pesona calon istri sang presdir. Mereka semua berdandan sopan dan berkumpul di sekitar Gisel sambil melontarkan pujian manis. Beberapa orang dari departemen humas berkumpul, menatap pintu dengan waspada. "Saskia benar-benar nggak berani datang." "Si wanita nakal itu nggak akan bertahan lama di perusahaan. Bu Gisel pasti akan tahu tentang semua yang dia lakukan, dan akan mengusirnya." Saat mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba terdengar keributan di pintu. Saskia tampil memukau mengenakan gaun merah dengan belahan tinggi yang dibuat khusus. Perhiasan berlian mewahnya berkilau di bawah cahaya, sementara wajahnya yang menawan begitu memikat, tiada duanya. Kulitnya halus bak mutiara, berpadu sempurna dengan merah gaun yang menyala. Seperti mawar yang mekar sempurna, dia tak gentar menghadapi angin, badai, maupun dingin. Rambut panjangnya bergoyang mengikuti pinggang rampingnya, menambah pesona gerakannya. Beberapa pria yang menatapnya terpesona sampai-sampai menabrakkan gelas mereka satu sama lain. Gisel, yang biasanya jadi pusat perhatian, juga mengenakan gaun rancangan khusus, dipadukan dengan kalung batu zamrud mahal. Namun, tubuhnya yang kecil dan kurus sama sekali tak mampu menampilkan aura anggun dan elegan. Dibandingkan dengan kecantikan memukau Saskia, dia tampak layu seperti bunga lily yang gagal tumbuh. Melihat semua perhatian orang=orang teralihkan, Gisel pun hanya berdiri di sana dengan canggung dengan wajah yang memerah. Saskia melangkah dengan tumit yang sengaja dihentakkan di lantai yang mengilap, lalu mendekat perlahan. Matanya yang berkilau menatap Pak Johan dengan pesona yang memikat dan menggoda. Jantung pria itu berdebar kencang. Sorot matanya campur aduk antara kekaguman dan ketidaksenangan. Apalagi ketika mendengar komentar orang-orang tentang tubuh Saskia, timbul amarah seolah melihat "miliknya" diperhatikan oleh orang lain. Saat Johan baru saja hendak menegur Saskia agar pulang, wanita itu tiba-tiba memutar langkahnya dan berjalan manja menuju Mason. Lengannya yang putih dan halus melingkar di lengan Mason dengan santai sambil bergoyang manja menggodanya. "Kita kan sudah janji datang bersama. Kenapa kamu nggak menunggu aku. Jahat sekali!"

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.