Bab 479
Nomornya tidak dikenal.
Namun, nada dari kalimat itu terasa sangat akrab: [Shania, kamu nggak boleh melahirkan anak ini. Kita perlu bicara. Aku di apartemen menunggu kamu pulang. Aku akan turun menemuimu.]
"Melahirkan apanya ...!!" pikir Shania
Di dalam hati Shania, rasa kesal memuncak sampai pelipisnya berdenyut.
Rasanya seperti bersiap menghadapi Sadako yang merangkak keluar dari televisi, tetapi setelah ketakutan setengah mati, yang keluar malah orang idiot yang menakut-nakuti. Seketika dia sangat marah, tetapi juga dilanda rasa tidak berdaya menghadapi kebodohan orang itu.
"Jangan marah, jangan marah, jangan buang energi untuk orang bodoh," pikirnya.
"Kelihatannya ini cuma spam."
Suara lembut Xander terdengar dari samping.
Shania buru-buru menghapus pesan itu. "Ya, spam yang isinya nggak penting banget, sempat bikin aku kaget."
Dia mematikan ponsel dan beralih ke mode senyap, takut pria bodoh itu mengirim rentetan pesan atau menelepon lagi.
Tiba-tiba dia teringat, pria bodoh itu bi

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda