Bab 9
Valen tampak seperti tidak melihat Siena. Valen tersenyum lembut seraya berkata pada Shella, "Terserah Shella mau panggil apa."
Ricky mendongakkan pandangannya dengan kesal. "Kenapa kamu ke sini?"
Siena paham ketika bertemu dengan sorot mata Ricky yang cuek.
Ricky sepertinya salah paham.
Seperti yang diduga, Harley Seran menyindir dari samping, "Nona Siena benar-benar hebat, bahkan bisa mengekori Ricky sampai ke tempat pertemuan kami. Kami semua berbudi pekerti. Apakah kamu nggak merasa malu atas perbuatanmu?"
Apa lagi alasan Siena datang ke sana?
Pasti menangkap basah perselingkuhan.
"Lucu sekali, kamu jelas tahu Ricky nggak suka kamu." Harley menggelengkan kepala, dengan sok merasa dirinya memahami Siena.
Kala itu, Siena sengaja mengatur reporter untuk mengambil foto diam-diam setelah 'kejadian ranjang'. Jika bukan karena tindakan cepat Ricky dalam menekan berita itu, nama baik Keluarga Lunda pasti sudah tercoreng.
Terhadap wanita yang menggunakan reputasinya untuk mencapai tujuannya ....
Mereka semua memandang rendah wanita seperti itu.
Siena sudah lama terbiasa dengan sindiran semacam itu. Sebagai teman-teman Ricky, mereka semua membenci "ketidaktahumaluannya".
Valen duduk dengan tenang di samping Ricky, menuangkan jus untuknya dengan ekspresi lembut dan tenang. Valen bahkan tidak menatap Siena. Valen bersikap sangat anggun dan percaya diri.
Valen sama sekali tidak takut berkonfrontasi dengan Siena.
Bagaimana mungkin Siena tidak paham? Itulah kesombongan orang yang dipilih kasih.
"Kakak Ipar, jangan-jangan kamu marah?" Shella menatap Valen dengan gugup. Shella khawatir Valen akan marah dengan kedatangan Siena, wanita yang merebut telah kakaknya ini.
Valen tidak menggubrisnya, hanya tersenyum lembut.
Wajah Ricky sangat dingin, seperti khawatir Valen akan salah paham. "Kita bicarakan di luar."
Siena mengalihkan pandangannya dari ruangan itu.
Di lorong, Ricky menatap Siena dengan cuek, "Bagaimana kamu bisa tahu aku di sini?"
Nada bicara Ricky tenang, tetapi Ricky meyakini bahwa Siena sengaja membuntutinya dan ingin mendekatinya.
Saat bertemu dengan tatapan Ricky, jantung Siena tetap terasa sakit.
"Kamu terlalu banyak berpikir, aku bukan datang untuk mencarimu. Aku juga nggak peduli kamu bersama siapa."
Mereka akan segera bercerai, maka Siena tidak ingin mencampuri urusannya lagi.
"Kamu bilang kamu nggak peduli, tapi kamu sengaja cuti karena sakit untuk menghindari membersihkan nama baik Valen. Kamu nggak merasa kamu terlalu emosional?" tanya Ricky dengan ekspresi acuh tak acuh.
Siena mempunyai seorang paman yang sakit kronis. Mana mungkin Siena rela mengundurkan diri dari pekerjaan gaji tinggi itu?
Bagaimanapun, Siena bukan lulusan top seperti Valen.
Siena bertemu dengan sorot mata Ricky yang remeh dan menghujat.
Siena pun kehilangan niat untuk menjelaskan.
Siena mundur selangkah. "Untuk urusan cerai, tolong segera kamu urus."
Siena tidak ingin terlibat dengan Ricky lagi. Alasan bahwa dia datang ke sana karena Shella juga tak lagi penting.
Shella tidak terkejut melihatnya barusan. Jelas sekali gadis itu sengaja menyiksanya.
Shella enggan mengaku, maka tidak artinya penjelasan Siena.
Siena hanya berharap bisa mendapatkan surat cerai secepatnya.
Ricky tertegun sejenak. Matanya yang dingin dan muram melekat pada Siena.
Seperti kaget.
Siena tidak mengerti apa yang membuatnya kaget. Bukankah surat perjanjian cerai sudah dikirimkan pada Ricky?
Siena berbalik dan hendak pergi.
Seorang pelayan berlari dari depan dan menabrak bahu Siena. Siena kehilangan keseimbangan dan jatuh tak terkendali ke belakang, ke dalam sebuah pelukan yang lebar dan kekar.
Aroma dingin kayu cendana putih menyusup ke dalam paru-paru.
Tiga tahun bergumul dalam dekapan mesra, aroma itu telah terukir sangat dalam bagi Siena.
Siena mendongak. "Maaf, aku bukan sengaja ...."
Ricky mengernyit karena mencium bau obat. "Kamu nggak enak badan?"
Hati Siena menegang. Jika Ricky tahu dia mengidap penyakit kanker, dengan sifat Ricky yang tak berperasaan, Ricky tidak akan membantunya merahasiakan informasi tersebut.
Nanti jika nenek dan paman menanyakan alasan mengapa mereka bercerai, Ricky mungkin akan mengatakan bahwa dia sedang sekarat sehingga tidak ingin menjadi bebannya.
"Bukannya ke rumah sakit, apa gunanya kamu mencariku?" Ucapan tenang itu membuat Siena terbengong.
Walau Siena sudah tidak peduli lagi, hatinya tetap tersakiti.
Tanpa menunggu jawaban Siena, Ricky tiba-tiba menyeringai sinis karena perbuatan Siena. "Kamu cukup mahir berakting."
Siena baru saja kabur dari rumah dan berpura-pura ingin bercerai, lalu sekarang Siena melakukan ini.
Siena termangu.
Siena paham bahwa Ricky salah paham lagi padanya.
Siena ingin menjelaskan.
Namun, Ricky mendorong Siena seraya mengernyit, lalu masuk ke ruangan.
Siena merasa dadanya sesak. Lipstik di bibir terkikis oleh gigitan Siena, memperlihatkan warna bibir aslinya yang pucat. Perlahan, rasa sakit mulai menggeliat di perut Siena.
Siena ingin pergi, tidak ingin membuat dirinya tampak lemah.
Tak disangka, Siena berpapasan dengan seorang pria jangkung.
Pria itu menatap Siena sambil tersenyum sinis dan berkata, "Banyaklah belajar kalau bodoh."
Siena mengernyit, tetapi pria itu sudah masuk ke ruangan tanpa memberinya kesempatan untuk membalas.
Pria itu juga adalah teman Ricky, Darvin Jikan.
Darvin jelas melihat kejadian tadi dan salah mengira Siena sedang "menggoda" Ricky, lalu ditolak dengan jijik.