Bab 103
Carlo perlahan bangkit dan melangkah masuk ke aula.
Rosie sudah tertidur di atas meja, sudut matanya masih dipenuhi air mata.
Wanita ini, menangisi pria itu lagi?
Carlo menghela napas, lalu berjongkok untuk melepas sepatu hak tingginya.
Dia melepas jas yang dipakainya, menyelimuti tubuh Rosie, lalu membopongnya.
Rosie membuka matanya yang perih, menatap garis wajah Carlo yang sempurna dengan linglung.
"Carlo?"
"Hmm."
Saat mendengar suaranya, Rosie menggesekkan wajah di dada bidangnya, kedua tangannya melingkar di leher Carlo, bersandar di lekuk lehernya.
Rosie bersendawa, aroma alkohol pekat menyembur ke leher Carlo.
Kaki Carlo lemas, nyaris kehilangan kendali.
"Kamu kapan datang?"
"Aku dari tadi ada di sini." Suaranya dalam, agak serak.
"Kamu dengar semua yang aku katakan?" tanya Rosie dengan linglung.
"Aku dengar semuanya."
"Carlo ...."
"Hmm."
Rosie berusaha menegakkan tubuhnya, kedua tangan bertopang di bahu Carlo. Kepala Rosie menjauh dari leher Carlo.
Dia menatap ekspresi wajah Ca

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda