Bab 463
Davin mengerutkan kening dan akhirnya buka mulut. Dengan marah, dia menatap Yuna. "Apa otakmu isinya kotoran? Pantas saja kamu suka bicara omong kosong. Kalau IQ-mu jongkok, mending diam. Jangan bikin malu dirimu sendiri!"
Davin benar-benar emosi. Ketika Liora mengatakan bahwa dia terlibat dengan sindikat rekayasa genetik, dia tidak marah. Namun, saat Yuna mengatakan bahwa aku adalah ciptaannya, dia berang karena merasa Yuna menghina kecerdasan dan perasaannya.
Jujur, aku jarang melihat Davin marah dan bahkan sampai mengumpat.
Dia biasanya malas berbicara, kecuali benar-benar perlu.
Mendengar hinaan Davin, ekspresi Yuna berubah menjadi pucat pasi. "Kamu marah karena perkataanku benar, 'kan?"
Davin tidak ingin lanjut berbicara dengan Yuna. Memakinya saja sudah buang-buang waktu.
"Orang-orang yang menciptakan Sanny dengan meniru Shani terpaksa melakukannya karena anak-anak mereka diculik oleh sindikat perdagangan manusia. Kasus ini akan segera terungkap dan pada saat itu, kita akan tahu kebenarannya," ujar Arya dengan tangan terkepal erat. Dia seperti menyadari sesuatu sehingga dia dengan marah menatap Davin.
"Vincent, sebaik apa pun berpura-pura, kamu nggak akan bisa menyembunyikan hal ini selamanya. Suatu hari nanti, aku akan melepas topengmu dan membongkar kejahatanmu." Arya yakin bahwa semua ini ada hubungannya dengan Davin.
Arya kemudian menatapku. Dia seperti ingin berbicara, tetapi akhirnya hanya diam.
Aku tidak memedulikannya dan terus menggenggam tangan Davin dengan erat.
"Shani, kamu bakal menyesal." Arya tersenyum getir. Di mataku, sosoknya yang berdiri di tengah hujan justru terlihat konyol dan menyedihkan.
"Menyesal?" Aku balik bertanya dan berkata, "Seingatku, kamu meninggalkan Shani sendirian di Bar Yesso pada hari ketika dia dianiaya dan dilecehkan. Waktu orang-orang itu menyeretnya ke gang, hujan juga turun seperti ini."
"Kamu tanya, kenapa aku lebih percaya sama Davin daripada kamu. Jawabannya sudah jelas, 'kan?" Aku menatap Arya dan berbicara lagi, "Kamu bilang aku akan menyesal. Tapi, Arya, apa sekarang kamu nggak menyesali perlakuanmu pada Shani dulu?"
Ketika dia menangis dan berteriak meminta tolong di gang, Davinlah yang datang mengusir orang-orang itu.
Orang yang diam-diam menjagaku bukanlah Arya.
Seberat apa pun konsekuensinya, aku tidak akan menyesali keputusanku ini.
Aku rela tenggelam demi orang yang benar-benar mencintaiku.
"Dia nggak mencintaimu! Dia sama sepertimu, dia nggak tahu apa itu cinta. Semua ini cuma kepura-puraannya saja. Shani ... kamu nggak bisa terus menghukumku karena kesalahan yang aku lakukan. Aku juga punya perasaan. Aku cuma nggak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Setidaknya, aku nggak dengan sengaja menipu, menyakiti, atau memanfaatkanmu. Sejak awal, pertengkaran kita cuma karena salah paham, bukan karena hal lain."
Arya berusaha menjelaskan dengan mata yang merah. "Shani ... apa seseorang yang melakukan kesalahan nggak pantas diberi kesempatan kedua? Apa aku benar-benar nggak bisa kamu percayai lagi?"
Aku hanya diam dan menunduk tanpa mengatakan apa-apa.
"Arya, buat apa lagi kamu membohongi dirimu sendiri?" Yuna tersenyum sinis dari dalam mobil. "Kamu menolak bukti yang aku tunjukkan kalau dia bukan Shani. Dia adalah Sanny yang memiliki ingatan Shani. Kenapa kamu nggak percaya sama aku?"
"Kalian semua bodoh kalau mengira kalau dia adalah Shani. Sayangnya, Shani sudah mati dan dia nggak akan hidup lagi! Inilah kenyataannya." Yuna memukul-mukul kursi mobil dan menarik-narik rambutnya seperti orang gila. "Kamu juga nggak percaya sama aku, 'kan? Dulu kamu pernah bilang, kamu akan selalu baik padaku. Kamu juga bilang kalau kamu akan menikahiku ... "
"Arya, bahkan sampai sekarang ... kamu lebih memilih mencintai boneka daripada menepati janjimu padaku!" Yuna menangis dan berteriak.
Arya berdiri terdiam di tengah hujan.
Perasaannya pasti berkecamuk sekarang.
Dia dihadapkan pada dua pilihan yang sulit.
Namun, orang yang menempatkannya di situasi ini adalah dirinya sendiri.
Di satu sisi, dia mempertahankan hubungan dengan Yuna karena merasa berutang budi. Di sisi lain, dia terbebani rasa bersalah dan ingin menunjukkan penyesalannya kepada Shani.