NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Misteri KematiankuMisteri Kematianku
Oleh: NovelRead

Bab 461

"Jangan percaya sama mereka. Jangan percaya sama orang-orang yang dulu pernah dekat sama kamu ... " ujar Davin sambil meraih pergelangan tanganku. Sorot matanya menunjukkan kecemasan. Arya menatap Vincent dengan muram, lalu beralih ke Liora. "Apa ini yang kamu nggak berani katakan padaku selama ini?" Liora gemetar ketakutan. Gadis itu menggenggam tangan Arya dan bersembunyi di belakangnya dengan tubuh menggigil. Sorot mata Liora menunjukkan bahwa dia tidak sedang berbohong. "Ayah ingin melindungimu. Jadi, aku juga harus melindungimu," seru Liora dengan mata berkaca-kaca, memohon agar aku untuk tidak bersama Davin. "Shani, Liora nggak pernah bilang apa-apa padaku soal ini. Dia cuma bilang kalau aku harus membawamu pergi menjauhi Vincent. Ternyata dia anggota sindikat itu." Arya terlihat marah. Tatapannya yang penuh rasa curiga tertuju kepada Davin. "Vincent, apa yang kamu rencanakan untuk Shani?" "Shani." Davin menarikku ke pelukannya, lalu menatap tajam ke arah Arya dan Liora untuk memperingatkan mereka. "Arya, jangan dekati Shani lagi!" "Vincent, kamulah yang seharusnya menjauhi Shani!" Arya yang tampak terkejut mendengar perkataan Liora segera mendorong Vincent dan menarikku ke sisinya. "Aku nggak akan biarkan kamu melukai Shani lagi." Tangan Davin yang memegang gagang payung terlihat bergetar. Matanya menatapku dengan cemas. "Shani, jangan percaya sama dia. Dari awal aku sudah merasa kalau ada yang beres sama dia. Dia sudah gila!" Arya memegang pergelangan tanganku dengan erat. "Ayo, ikut aku ... " "Heh! Apa salahnya kalau pria gila dan perempuan gila bersama?" timpal Yuna dari dalam mobil sambil menggertakkan gigi. Dia jelas takut aku pergi dengan Arya. Dia takut jika aku bersama Arya, Arya tidak akan peduli padanya lagi. Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum licik. "Aku sudah bilang, kalau kamu ingin aku ikut denganmu, kamu harus usir perempuan itu. Aku muak lihat dia." Yuna tersadar dan menatap Arya dengan panik. "Arya, aku pasti akan mati kalau meninggalkanmu dengan keadaanku yang seperti ini." Perempuan itu sepertinya sudah berniat untuk terus bergantung pada Arya. Arya terdiam sejenak sebelum berkata, "Shani, aku bisa usir dia nanti." Aku tersenyum sinis. "Nggak usah repot-repot. Biarpun kamu usir dia, kamu tetap akan mengurusi dan merawatnya di belakangku, 'kan?" Mata Yuna yang mulai berkaca-kaca menatap Arya. "Arya ... " Tubuh Arya menegang setelah mendengar ucapanku. Dia tidak tahu harus berkata apa. Terlihat jelas bahwa tebakanku tadi benar. "Shani, aku janji, aku nggak akan membiarkan dia tinggal bersama kita lagi. Aku bisa mengusirnya. Tapi, dia masih bekerja di Perusahaan Japardi. Dengan keadaannya sekarang ... aku nggak bisa memecatnya," ujar Arya dengan suara pelan, berusaha membujukku. Aku menarik tanganku dari genggaman Arya dan menggeleng. Dia masih tidak mengerti bahwa cinta pada dasarnya egois. Perempuan mana yang bisa diam saja jika pasangannya memperhatikan perempuan lain? Apalagi, perempuan yang diperhatikan itu adalah Yuna, orang yang sudah membunuh Shani. Lucu sekali. Arya berpura-pura baik untuk menunjukkan penyesalannya, tetapi pada akhirnya dia tidak merasa ada yang salah dengan sikapnya. "Shani ... " Davin akhirnya bicara. Tangannya yang memegang payung terulur ke depan. Pria itu berdiri sendirian di tengah hujan. Meskipun aku ditarik ke sisi Arya, payung Davin selalu berada di atas kepalaku. "Apa hubunganmu dengan sindikat itu?" tanyaku sambil menatap Davin. Davin menunduk, tidak berusaha menjelaskan. "Sejak kapan kamu terlibat?" tanyaku lagi. Sorot mata Davin berubah sayu dan sedikit mengiba. Padahal, saat menatap Arya, dia terlihat seperti ingin menelan Arya hidup-hidup. Namun, cara ini ternyata berhasil meluluhkanku. "Kita ... sejak kita gagal melarikan diri." Davin mendongak dan menatap mataku. Dia tidak menjelaskan lebih jauh, tetapi berharap aku memercayainya. Jadi, itu bermula sejak aku mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatanku, lalu hidup biasa dan jatuh cinta pada Arya ... Aku menarik napas dalam-dalam. Tenggorokanku terasa panas. Selama ini dia selalu sendirian. Apa saja yang telah dia lakukan? "Shani, dia sudah mengaku," kata Arya sambil mengerutkan kening ke arah Davin. Sambil menarikku, dia melanjutkan, "Orang gila ini sangat berbahaya." "Kakak, ayo ikut kami," ujar Liora yang juga menarik tanganku. Arya ingin segera mengajakku pergi. Namun, seperti yang selalu terjadi selama ini, Davin hanya berdiri terdiam. Meskipun matanya meluapkan kesedihan, dia tidak pernah memintaku untuk tetap tinggal.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.