NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Misteri KematiankuMisteri Kematianku
Oleh: NovelRead

Bab 457

"Shani ... " Davin terkejut dengan perilaku menyakiti diriku. Dia tahu bahwa aku merasa tidak berdaya terhadap orang-orang yang menjadikanku subjek eksperimen. Dia hanya tidak ingin aku melukai diriku sendiri. Daripada Shani yang mengingat semuanya, dia lebih memilih Shani yang amnesia. Setidaknya dengan begitu, aku tidak tersakiti. Inilah sebabnya aku dibiarkan kehilangan ingatan selama bertahun-tahun. Davin lebih memilih untuk menahan perasaan dan menjaga jarak demi melindungiku. Dia takut aku akan mengingat masa lalu jika dia mendekatiku. Dia takut aku kembali hidup dalam neraka yang penuh penderitaan. Dia ingin menyelamatkanku. Jadi, dia tidak berani mendekat dan terpaksa melihatku jatuh cinta pada orang lain. Dia pasti sangat menderita. Bahkan mungkin seratus kali lipat lebih menderita daripada aku. Melihat orang yang dicintai melupakannya dan jatuh cinta pada orang lain pasti sangat berat. "Shani, lihat aku! Lihat aku, tolong, lihat aku!" Suara Davin terdengar sangat jauh. Tubuhnya bergetar ketika memohon padaku untuk melihatnya. Aku mengarahkan pandanganku ke matanya. Matanya tak terselami seperti lautan yang dalam. Aku pernah berharap bisa mati tenggelam di matanya. Kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan sebuah pembebasan bagiku. Namun, sayang ... Aku seperti makhluk yang dikutuk. Setelah mati pun aku hidup kembali. "Shani." Davin mengajakku pulang dan kami bersembunyi di ruang bawah tanah. Dia memelukku dan berkata pelan, "Shani, kita pasti akan menang." "Apa nggak bisa kalau kita lari saja?" tanyaku kepada Davin. Waktu berumur delapan belas tahun, aku juga meminta Davin untuk membawaku pergi dengan mengajukan pertanyaan yang sama. "Kita nggak akan lari lagi." Kali ini, Davin memberikan jawaban yang berbeda. Davin yang dahulu tidak berusaha mencegahku. Dia bahkan meyakinkanku bahwa kami pasti bisa melarikan diri. Namun, kami gagal waktu itu. Kami yang masih muda tidak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk melawan para pemodal besar. Kali ini, Davin mengatakan dia tidak ingin lari lagi. Baiklah. Kalau begitu aku juga tidak akan lari. Mereka adalah mimpi buruk kami, tetapi kami juga bisa menjadi mimpi buruk mereka. "Kita nggak akan lari lagi ... " Aku memegang pipi Davin dan menciumnya. Davin meraih bagian belakang kepalaku dan memperdalam ciuman itu. Aku sepertinya tidak terlalu pandai berciuman. Aku tidak bisa bernapas dan merasa seperti tercekik. Davin dengan lembut mencium pelipisku dan menghapus air mataku dengan penuh kasih sayang. Napasnya mulai memburu. "Shani, aku nggak tahan." Dia meminta persetujuanku. Jika aku berkeberatan, dia tidak akan menyentuhku. Aku teringat saat remaja, saat hormon kami meledak-ledak, kami juga akan berciuman seperti sekarang dan merasakan tubuh kami dikuasai hasrat. "Bercinta itu kalau ada dua hati yang saling mencintai. Kalau satu pihak memaksa, itu namanya pemerkosaan." Aku ingat, aku pernah mengatakan hal ini pada Davin. Bercinta harus dengan persetujuan kedua belah pihak. Pada saat itu, Davin tampaknya mudah dikuasai oleh hasrat. Namun, dia bisa menahan diri. Demi Shani, dia mampu menahan naluri dan nafsunya. Dahulu, Davin seperti binatang buas dan Shani adalah satu-satunya pengekang. Jika naluri binatang buas adalah membunuh, melawan naluri itu adalah bukti cinta Davin pada Shani. "Shani, kita sudah punya surat nikah." Davin menatapku dengan penuh semangat seakan ingin memamerkan diri. Sekarang berbeda dengan pada saat itu. Dahulu, kami baru saja dewasa dan belum mampu bertanggung jawab satu sama lain, jadi kami harus menahan hasrat dengan sekuat tenaga. Namun, kami sekarang memiliki surat nikah. Bercinta bukanlah hal yang tabu. Aku terdiam sejenak dan menatap Davin dengan mata yang mendamba. Kegelisahan hatiku berangsur lenyap. Aku selalu merasa ada suara yang berkata, "Peluk dia, percayai dia, penuhi semua permintaannya." Telingaku terasa panas. Aku baru menyadari bahwa saat terlarut dalam keputusasaan tadi, aku sudah didudukkan di pangkuannya. Davin memeluk pinggangku dengan kedua tangannya. Posisi kami benar-benar intim.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.