NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Misteri KematiankuMisteri Kematianku
Oleh: NovelRead

Bab 450

Tidak disangka, seseorang yang dianggap kerabat justru yang paling berambisi menguasai harta keluarga ... "Ayahku, Joko Isman, meninggal karena menentang modifikasi gen, menentang hal-hal keji yang nggak manusiawi ini. Aku dibuang ke panti asuhan karena dianggap sebagai produk cacat dari modifikasi gen. Dia berusaha keras melakukan berbagai upaya untuk membawaku pulang, tetapi Kakek Jordan dan seluruh keluarga Isman menentang. Bagi mereka, keberadaanku hanya akan menjadi aib keluarga ... Setelah itu, dia mendedikasikan dirinya untuk berjuang melawan organisasi ini, menentang eksperimen-eksperimen yang kejam dan nggak berperikemanusiaan." Akibat keberadaan eksperimen ini, bahkan seorang Joko Isman yang merupakan pewaris terbaik dari keluarga berpengaruh di Kota Hairo bisa mati dengan alasan yang tidak jelas. Kakek Jordan kehilangan putranya yang luar biasa, tetapi hanya diam berpangku tangan. Dia bahkan tidak berusaha menuntut kasus itu. Ini menunjukkan betapa menakutkannya para kapitalis di balik eksperimen ini. "Kenapa Lennon mau bekerja sama dengan kita?" tanyaku seraya melihat ke arah Davin. "Orang itu juga menentang eksperimen ini. Dia menentang modifikasi gen," jawab Davin. Aku terbelalak. Lennon juga menentang eksperimen ini? "Kita menentang eksperimen keji ini karena nggak kuasa menyaksikan kematian dan penderitaan orang yang kita cintai. Kita menentang eksperimen yang nggak manusiawi ini untuk mencegah tragedi dan bencana terulang lagi supaya nggak menimpa orang lain. Tetapi Lennon berbeda. Dia menikmati IQ yang lebih tinggi dari manusia biasa, menikmati keunggulan palsu yang sekarang dia punya. Dia nggak mau ada lebih banyak manusia dengan IQ tinggi di dunia ini. Dia nggak mau repot-repot bersaing dengan orang lain untuk menjadi penguasa." Ah ... Aku mengangguk mengerti. Ternyata begitu, ya. Jadi, yang benar-benar ingin dilawan oleh si pembunuh itu adalah organisasi yang melakukan eksperimen modifikasi gen. Sementara itu, Shani adalah subjek eksperimen paling penting yang dimiliki organisasi kriminal genetik itu ... Sudah pasti mereka akan membunuhku untuk menyatakan perang. Malam itu, meskipun Yuna tidak mengajakku keluar, aku tetap akan mati. Tidak ada bedanya. Semua hanyalah masalah waktu. Itu karena namaku sudah masuk ke dalam daftar kematian mereka. "Sanny! Mati kamu!" Saat kami keluar dari rumah sakit dan hendak masuk ke mobil, tiba-tiba seseorang menggila dan berlari ke arah kami dari tengah kerumunan. Orang itu memegang pisau buah dan mengarahkannya padaku. Aku refleks mengangkat tangan, berusaha menangkap pisaunya. Namun, reaksi Davin lebih cepat dariku dan dia sudah memegang gagang pisau itu terlebih dahulu. "Sanny, kenapa kamu nggak mati! Kamu sengaja, 'kan? Kamu tahu Qiara punya HIV, hah? Kubunuh kamu, Sanny. Mati kamu!" Orang yang berteriak histeris itu adalah Yuna. Penampilannya acak-acakan. Dia menggila, meraung-raung, dan berteriak ingin membunuhku. "Kamu menghancurkan hidupku! Kamu merusak semuanya!" Yuna terus menangis dan berteriak sambil duduk di tanah, sementara Arya yang berusaha mengejar Yuna mencoba menahannya dengan panik. "Yuna!" teriak Arya kencang. "Kita pulang!" Namun, Yuna terus meraung dan meronta. "Orang itu menghancurkan hidupku! Aku bersumpah nggak akan pernah membiarkan jalang itu hidup tenang! Nggak akan kulepaskan! Arya, bunuh dia! Bantu aku bunuh orang itu! Dia bukan Shani. Dia bukan Shani!" Air mata Yuna tak henti-hentinya jatuh saat berusaha melawan. Aku paham, tertular HIV tidak ada bedanya dengan menerima hukuman mati. Dengan kata lain, hidupnya sudah berakhir sekarang. Aku menunduk, menatap Yuna yang menggila dan histeris di tanah. Lalu, dengan ringan, aku berkata, "Manusia nggak seharusnya menentang hukum alam. Penghakiman takdir pasti akan datang. Cepat atau lambat, nggak akan ada satu pun yang bisa mengelak." Inilah balasan untuk Yuna Tanoto. Inilah harga yang harus dibayar dari kejahatan yang dia lakukan. "Kamu pikir kamu siapa, hah? Orang suci? Darah di tanganmu itu lebih merah daripada di tanganku, Sanny. Dosa-dosamu lebih banyak dibandingkan dengan dosaku. Jangan pura-pura lagi, berhenti jadi orang munafik! Meskipun kamu pura-pura menjadi korban yang lemah, kebohongan dangkal seperti itu nggak akan mengubah sifat aslimu!" Yuna dengan histeris melemparkan beberapa foto dan dokumen. "Vincent, Arya! Kalian semua jangan mau ditipu si jalang ini! Kalian lihat saja sendiri. Aku mencuri data hasil observasi organisasi modifikasi gen tentang Sanny. Lihat baik-baik!" Yuna masih berteriak-teriak sambil menatapku dengan penuh kebencian. Sorot matanya sarat akan hinaan dan kutukan seolah sedang mengutuk iblis. (Teman-teman semua, ingat 'kan aku bilang kalau setiap detail dalam cerita ini penting? Masih ingat nggak, waktu 'Shani' hidup lagi dan langsung pergi ke gudang keluarga Wibowo, dia langsung menemukan buku harian Sanny tanpa perlu susah-susah mencari sana-sini? Waktu itu, ada beberapa dari kalian yang sudah merasa kalau kejadian itu terlalu kebetulan. Nah, ada yang curiga nggak sih kalau Sanny ini sebenarnya menyembunyikan sesuatu? Hehehe.)

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.