Bab 451
Ternyata sindikat rekayasa genetika juga diam-diam mengawasi Sanny.
Sanny tidak sepolos yang terlihat.
Dia berpura-pura menjadi orang biasa dan lemah, tetapi diam-diam merencanakan kecelakaan demi kecelakaan bagi orang-orang yang mengganggunya. Kecelakaan itu direncanakan dengan memanfaatkan IQ-nya yang tinggi sehingga tidak ada yang curiga. Dia pun bisa tertawa puas di belakang layar.
Di antara para korbannya ada suami istri Keluarga Wibowo yang ditangkap karena kasus perdagangan manusia. Selain itu, cucu laki-laki Keluarga Wibowo yang cerdas juga tiba-tiba saja demam tinggi hingga otaknya rusak. Balasan untuk nenek Keluarga Wibowo datang bertubi-tubi, kemiskinan, putranya masuk penjara, cucunya mengalami keterbelakangan mental, dan lain sebagainya.
Sanny menggunakan segala cara untuk membalas dendam. Modusnya adalah dengan menyasar orang-orang terdekat korban.
Dia tahu bagaimana cara mempermainkan perasaan orang lain.
Dia tahu bagaimana cara membuat orang hidup menderita, membunuh pelan-pelan dengan menyakiti perasaannya.
Contohnya adalah Merry.
Meskipun Merry merebut pacar Sanny, Sanny sepertinya tidak pernah jatuh cinta pada siapa pun. Dia seperti sengaja memberikan pacarnya kepada Merry karena ingin lepas dari pria itu dan melanjutkan penyamarannya.
Kami ternyata telah meremehkan Sanny.
Dia juga salah satu subjek eksperimen.
Aku menatap data eksperimen itu dan terdiam cukup lama.
Namun, jika Sanny secerdas itu, bagaimana dia bisa mati?
Dia dipilih oleh Keluarga Isman sebagai kandidat untuk melanjutkan keturunan dan diboyong ke Kediaman Keluarga Isman. Namun, dia tiba-tiba meninggal karena serangan jantung yang diakibatkan overdosis obat dan secara kebetulan, aku bereinkarnasi di tubuhnya.
Apakah ini semua hanya kebetulan?
Selain itu, ada pula soal buku harian Sanny.
Saat aku kembali ke Kediaman Keluarga Wibowo, bagaimana bisa aku kebetulan menemukan buku harian Sanny dengan begitu mudah di gudang?
Sekarang kalau dipikir-pikir, Sanny sepertinya sudah merencanakan semua ini.
Belum lagi, Yuna juga mengatakan bahwa aku bukanlah Shani, melainkan Sanny.
Sampai detik ini, aku sendiri masih bertanya-tanya.
Siapa sebenarnya aku ini? Apa arti keberadaanku?
Eksperimen apa yang mereka lakukan?
Apakah sindikat rekayasa genetik menjadikan kami sebagai subjek eksperimen hanya untuk menguji modifikasi gen?
Dibandingkan dengan Davin atau Vincent yang datanya lebih lengkap dan dianggap sebagai produk sukses, keberadaanku sudah tidak memiliki nilai eksperimen lagi. Namun, sindikat rekayasa genetik ternyata masih mengawasi kami.
Ini berarti, aku, Sanny, dan mungkin subjek kloning lainnya masih menyimpan rahasia yang lebih mengerikan.
Aku mengikuti Davin pulang ke rumahnya.
Di depan pintu rumah Davin, Xixi sudah menunggu.
Anjing itu menyambut kami dan mengibas-ngibaskan ekornya dengan gembira.
Dalam ingatanku, Zorro juga begitu. Dia sangat galak kepada semua orang dan hanya patuh padaku atau Davin.
"Apa kamu sudah makan?" Aku berjongkok dan mengusap kepala Xixi. Karena kebiasaan, aku tanpa sadar mengangkat tangan kananku.
Ini adalah gerakan yang sering aku lakukan saat melatih Zorro.
Zorro biasanya akan duduk dengan patuh, menjulurkan lidahnya sambil menatapku, dan menunggu perintah selanjutnya.
Tanpa diduga, Xixi juga duduk dengan patuhnya, sama seperti Zorro, menunggu perintahku.
Aku terdiam sejenak, lalu menunjuk ke arah mangkuk makanan Xixi di taman. "Ambilkan itu," ujarku.
Seolah-olah memahami perintahku, Xixi berlari ke taman dan menggigit mangkuk makanannya, lalu kembali dengan riang.
Davin duduk di ayunan di taman, memperhatikan interaksiku dengan Xixi.
Aku mengelus-elus kepala Xixi dan memeluknya. "Anjing pintar ... "
Anjing ini sama patuhnya dengan Zorro.
"Guk!" Tiba-tiba saja, Xixi menggonggong ke arah gerbang.