NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Misteri KematiankuMisteri Kematianku
Oleh: NovelRead

Bab 448

Aku mengangkat kepala, tersadar kembali dari lamunanku. "Nggak, nggak ada yang sakit ... " "Nggak ada masalah dengan tubuh dan organ dalammu. Semuanya baik-baik saja," dokter itu berbicara lagi. "Oh ya, hasil pemeriksaan dari Kementerian Kesehatan juga sudah keluar. Hasilnya baik-baik saja, nggak ada masalah." Clara menghela napas lega. "Huh, kita beruntung ... " "Kementerian Kesehatan?" Aku mengernyit heran. "Kepala sekolah luar biasa yang ditemukan dalam kondisi trauma itu mengidap HIV. Di antara orang-orang yang dikurung bersama kita, ada satu orang yang mengidap HIV dan tiga orang di antara kita tertular." Clara menjawab kebingunganku. "Berdasarkan hasil penyelidikan, diketahui kalau Qiara-lah yang mengidap HIV. Gaya hidup Carlo nggak sehat, sudah seperti itu dari sebelum Qiara menikahnya. Suaminya itu bukan cuma terjerumus dalam seks bebas, tetapi juga sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga dan sering mabuk-mabukan. Qiara ... tertular virus HIV dari Carlo." Aku terkesiap, menarik napas dalam-dalam. Terjebak dalam situasi yang penuh kekacauan saat permainan maut berlangsung memang berisiko tinggi tertular HIV, terutama bagi orang-orang yang ditikam oleh Qiara. "Rara! Kamu sudah diperiksa?" tanyaku panik, secara refleks mencengkeram pergelangan tangan Clara dengan khawatir. Dia juga sempat ditikam oleh Qiara. Kalau sampai ada kontak darah ... "Sudah diperiksa, kok. Aku nggak apa-apa. Jangan khawatir," Clara buru-buru menjelaskan sambil tersenyum. "Nasibku beruntung sekali, mungkin aku bisa menang lotre saking beruntungnya ... " Aku tertegun sejenak, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Sebelum mengetahui fakta bahwa Qiara mengidap HIV, tiga orang yang tertular mungkin tidak berpikir untuk minum obat pencegah penyebaran virus. Ketika akhirnya tahu Qiara pengidap HIV, sudah terlambat untuk pencegahan. "Pak Davin, Yuna tertular HIV dan sekarang ini sedang terpuruk. Arya sedang menemaninya." Fendi datang untuk menjemput kami keluar dari rumah sakit, lalu berbisik di telinga Davin, melaporkan situasi terbaru. Aku duduk dengan tubuh yang masih seperti mati rasa di tepi tempat tidur. Yuna tertular HIV ... Sepertinya Qiara sengaja melakukan ini. Kalau dia tidak bisa membunuh Yuna untuk sementara waktu ini, maka solusinya adalah membiarkan Yuna hidup menderita dengan membuatnya terinfeksi penyakit menular yang tidak bisa disembuhkan. "Bukannya fakta tentang penularan HIV atau insiden pembunuhan kali ini masih dirahasiakan dari publik? Bukan kebetulan berita ini bisa sampai ke telinga Lennon. Bagaimana bisa Yuna terinfeksi dan kenapa beritanya bisa tersebar?" Aku mengangkat kepala, bertanya penasaran pada Fendi. Fendi dengan sigap mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sesuatu padaku. "Ada orang yang sengaja mengunggahnya di sosial media. Begitu dilacak, ternyata unggahan ini dibuat di luar negeri. Polisi punya dugaan sementara kalau ini adalah perbuatan Qiara." Kedok Qiara sudah telanjur terbongkar, jadi sekarang dia tidak perlu sembunyi lagi dan berani terang-terangan membuat unggahan seperti ini. "Halo, semuanya. Aku adalah salah satu eksekutor di balik permainan maut yang sedang ramai dibicarakan ini. Aku nggak lebih dari seorang wanita yang malang. Keluargaku mengharapkan anak laki-laki, tetapi aku malah lahir sebagai perempuan. Sejak kecil, aku dibuang di rumah nenek. Tidak pernah sedikit pun aku merasakan kasih sayang seorang ayah dan ibu. Nggak ada yang mencintaiku, bahkan aku selalu dimanfaatkan. Aku dijual dan dipaksa menikah dengan seorang bajingan yang nggak berpendidikan cuma demi mahar sebesar dua puluh juta." "Nggak cuma sampai di situ, aku juga korban kekerasan dalam rumah tangga. Setiap hari, aku disiksa oleh suamiku dan bajingan itu sengaja menularkan HIV padaku. Aku putus asa, dan nggak akan ada seorang pun di dunia ini yang mengerti." "Sampai aku mendengar tentang rencana penghapusan orang-orang jahat ini." "Dunia ini terlalu gelap, terlalu kotor. Ada terlalu banyak parasit yang perlu dibasmi. Jadi, kami merencanakan permainan maut ini." "Sejak awal permainan berlangsung, aku sengaja berbaur di tengah-tengah para pemain dan akhirnya menikam beberapa orang dengan pisau yang sudah dilumuri darahku sendiri, termasuk Yuna Tanoto, Clara Firmawan, Vincent Isman, dan Sanny Wibowo." Sepertinya, Qiara memang sengaja mengungkapkan semuanya di media sosial dengan membuat unggahan ini. Aku menoleh ke arah Davin, kekhawatiran terpancar jelas di wajahku. Suamiku itu hanya menggeleng. "Aku nggak akan tertular virus HIV. Tubuhku sudah punya kekebalan alami karena modifikasi gen." "Lalu kenapa aku dan Rara ... " tanyaku dengan bingung. Pandanganku mendarat di wajah Clara, menatap sahabatku dengan tatapan dalam. Sanny dan Shani adalah klon eksperimen dari embrio yang sama. Shani adalah subjek eksperimen modifikasi gen, tetapi bagaimana dengan Sanny? Apa Sanny, alias tubuhku ini juga salah satu kelinci percobaan? Kalau benar tubuhku saat ini telah diperkuat berkat eksperimen modifikasi gen, tidak heran aku bisa kebal terhadap virus HIV, tetapi Clara ... Clara gemetar, kini wajahnya memucat ketakutan. "Aku bisa selamat murni karena keberuntungan."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.