NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2

Suara gaduh di luar perlahan menghilang. Selena tidak peduli dengan apa yang terjadi di luar, mengenakan penyumbat telinga dan penutup mata, lalu tidur nyenyak sampai pagi. Karena sudah memutuskan untuk kembali dan mewarisi harta keluarga, dia harus mengundurkan diri dari perusahaan. Sejak melahirkan Simon, dia jarang muncul di perusahaan. Saat Niko mengambil alih bisnis keluarga, Selena selalu berada di sisinya, mendampingi Niko membangun segalanya dari nol. Prestasi Grup Astron yang kini menempati peringkat pertama nasional, tidak lepas dari kontribusi Selena. Karena itulah, meskipun tidak lagi bekerja penuh waktu, Selena tetap menerima dividen dan bonus dalam jumlah besar setiap tahun. Pagi ini, Selena menatap dirinya di cermin. Rambut panjang cokelat gelap bergelombang, wajah mungil berbentuk oval yang indah, dan sepasang mata berbentuk persik yang tidak menyimpan sedikit pun senyuman. Selena memang cantik. Meskipun kini menjadi ibu rumah tangga dan menjalani hari-hari penuh kerja keras, kecantikannya tetap tidak terpengaruh. Hanya saja, penyiksaan mental karena mual kehamilan dan perlakuan dingin dari keluarga, membuat sepasang matanya tampak hampa, seperti ikan sekarat yang telah kehilangan semangat hidup. Di lantai paling atas kantor Grup Astron, Selena sedang menunggu laporan pengunduran dirinya dicetak. Saat itu, suara beberapa karyawan terdengar dari belakang. "Kalian lihat unggahan Susan di media sosial belum?" "Belum, dia unggah apa lagi?" "Banyak banget, kelihatannya dia lagi rayain ulang tahun seseorang. Cepat lihat deh." Para karyawan tertawa dan bercanda. Namun, saat menoleh dan melihat Selena, senyum di wajah mereka langsung pudar. "Bu Selena?" "Bu Selena, tumben hari ini ada waktu datang ke kantor?" Selena hanya mengangguk pelan. Para karyawan pun hanya menyapa, lalu segera kabur dengan panik. Saat pergi, terdengar lagi bisikan suara mereka. "Sial banget, kenapa Selena datang ke kantor sih?" "Sudah jadi istri presdir, apa lagi pamer di depan kita?" "Aku lihat, hubungan Pak Niko dengan dia biasa saja. Mungkin bentar lagi mereka cerai." Selena tidak merespons terhadap apa yang didengarnya. Hubungannya dengan orang-orang di kantor memang buruk, dia pun sudah terbiasa. Seandainya dia tidak mengalami berbagai bentuk perundungan di tempat kerja dan banyak dibantu oleh Niko, mungkin dia tidak akan jatuh cinta pada Niko. Karena bosan menunggu, Selena membuka media sosial di ponselnya. Yang langsung terlihat adalah sembilan foto yang diunggah Susan. Foto pertama adalah pesta ulang tahun Simon semalam, dekorasinya mewah, dan kue tiga tingkat di tengah sangat mencolok. Yang menarik perhatian Selena adalah foto di rumah sakit. Tiga tangan dengan ukuran berbeda saling bertumpuk, terlihat sangat harmonis. Hanya luka bakar, kenapa harus ke rumah sakit lagi? Selena tersenyum sinis, lalu membuka kolom komentar. Isinya hampir semua ucapan selamat dan rasa iri. [Wah, pesta ulang tahun si kecil ya? Bahagia banget!] [Lagi pamer kemesraan, siapa sih suaminya? Nggak dikasih lihat ke sahabat nih?] [Apa pun yang terjadi, asal keluarga bersama, itu yang paling membahagiakan.] [ ... ] Selena tahu, Susan sengaja mengunggah semua itu untuk memancing amarahnya. Dengan begitu, dia akan bertindak gegabah, mempertanyakan semua ini dengan histeris ke Niko. Dulu, dia memang tidak tahan melihat gaya wanita licik seperti ini. Tidak tahan melihat suami dan anaknya justru bersama wanita yang meniru dirinya dari ujung kepala sampai kaki. Sekarang, dia sudah memutuskan untuk pergi, jadi tentu tidak peduli lagi. Sudut bibir Selena terangkat sedikit, dia menekan ikon hati di layar ponselnya. Setelah surat pengunduran diri selesai dicetak, Selena langsung menuju kantor presdir dan menyerahkannya kepada asisten pribadi Niko. Orang-orang di Departemen Sekretariat awalnya sama seperti karyawan yang bergosip tadi, menganggap kedatangan Selena hanya untuk pamer. Namun, begitu melihat surat pengunduran diri itu, mereka langsung terkejut dan berseru. "Aku ... nggak salah lihat, 'kan?" "Bu Selena mengundurkan diri?!" Ekspresi asisten yang menerima surat itu seketika tampak panik. "Bu ... Bu Selena, Pak Niko sedang rapat penting. Bagaimana kalau surat pengunduran ini diserahkan setelah rapatnya selesai?" "Nggak perlu. Posisiku hanya sekadar nama. Kamu punya wewenang untuk setuju pengunduran ini, jadi nggak perlu repotin dia," ujar Selena sambil tersenyum kecil. Orang-orang di sekitar mulai berbisik lagi dengan suara pelan, "Jangan-jangan rumor itu benar? Hubungan Selena dan Pak Niko sedang bermasalah? Orang ketiganya Susan?" "Kenapa Susan? Bukannya dia sudah menikah?" "Kamu bodoh ya? Lihat tangan di foto yang dia unggah itu, itu jelas tangan Pak Niko. Di seluruh Kota Bellis, siapa lagi yang bisa pakai Rolex semahal itu?" "Benar. Sejak Bu Selena cuti melahirkan, semua tugasnya diambil alih Susan, 'kan?" "Sekarang dia mengundurkan diri, mungkin memang sengaja menyerahkan posisi ke yang lebih layak!" Selena tahu betul betapa gemarnya mereka bergosip. Dulu, dia akan merasa sakit hati saat mendengar omongan seperti itu. Sampai-sampai, malam harinya, dia menangis diam-diam di bawah selimut. Kini, dia tiba-tiba menyadari bahwa jika sudah bisa melepaskan, semuanya jadi tidak penting. Dia tersenyum kepada semua orang seperti tidak mendengar apa-apa, lalu membungkuk dengan hormat. "Terima kasih atas kerja sama kalian selama sepuluh tahun ini." "Semoga Grup Astron terus berjaya dan berkembang." Semua orang terdiam canggung. Selena pun kembali ke mejanya, mulai membereskan barang-barang yang telah dia kumpulkan selama bertahun-tahun. Sebagai karyawan senior selama sepuluh tahun, mejanya sangat penuh. Ada buku-buku referensi yang dia beli saat baru mulai bekerja, juga catatan pribadi tentang kebiasaan atasannya saat menjadi sekretaris pribadi Niko. Tertulis jelas: [1. Dia setiap pagi harus minum kopi yang digiling tangan.] [2. Dia tidak suka terlambat.] [3. Dia tidak mengizinkan wanita pakai parfum.] [ ... ] Semua catatan yang ada adalah hasil kerja keras Selena. Tidak ada yang tahu betapa besar pengorbanannya untuk menjadi sekretaris yang baik. Banyak orang menganggap posisi "sekretaris" hanyalah mainan pria, bisa dijalani dengan tubuh saja. Hanya Niko yang tahu, Selena lembur hingga larut malam, membaca kontrak, membuat presentasi, mempelajari semua pesaing Grup Astron, dan hafal semua berita bisnis besar. Karena Selena cukup gigih, "putra mahkota" yang dulunya tidak tersentuh itu pun turun dari singgasananya. Selena pernah berpikir, Niko adalah orang yang paling memahami dirinya seumur hidup. Sayang sekali, pikirannya itu salah. Sepuluh tahun berlalu, semua kenangan mendalam antara mereka akhirnya menjadi abu. Saat Selena sedang fokus membereskan meja, rapat pun selesai. Susan keluar lebih dulu. Awalnya dia tampak ceria, tetapi begitu melihat Selena, wajahnya langsung kaku. Kenapa wanita ini datang? Sudah lihat postingan di media sosial kah? Mau mengamuk di sini? Begitu Susan memikirkan itu, dia langsung bersemangat dalam hatinya. Dengan hati tidak tenang dia kembali ke mejanya, menunggu datangnya badai besar. Dia segera menunduk, memasang wajah sedih dan mata berkaca-kaca, seolah sedan menahan kesedihan besar. Niko akhirnya keluar. Saat melewati ruang Departemen Sekretariat, dia agak terkejut melihat Selena datang ke kantor. Meja kerja Selena paling dekat dengan kantor Niko. Dulunya merupakan simbol kemesraan mereka berdua. Sekarang, hanya melihat sosok Selena saja sudah membuat Niko merasa jengkel. Terutama karena Selena tampak tenang, membaca buku sambil tersenyum-senyum. Sementara di meja sebelah, Susan menunduk lesu, diam-diam menyeka air mata dengan tisu. Dia mengernyit. "Masuk ke ruanganku." Niko mengetuk sudut meja Selena, memberi perintah. Selena mengangkat kepala, wajahnya tetap tampak tenang saat menjawab, "Baik." Begitu masuk, kalimat pertama yang dia dengar dari Niko adalah ... "Perusahaan saat ini nggak butuh kamu. Kalau nggak ada situasi khusus, ke depannya jangan datang ke Grup Astron."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.