NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 342

“Hahaha! Lupakan saja. Bukan masalah besar,” jawab Gerald menolak halus. “Nggak, Gerald. Aku memaksa! Kamu nggak sedang meremehkan kami, kan? Kamu pasti nggak akan sampai hati membuat temanmu kecewa, kan? Atau kamu memandang rendah kami karena kamu diterima di Universitas Mayberry sementara kami berkuliah di kampus biasa? Ooh.. begitu rupanya. Aku paham sekarang!” ujar Lilian menyindir. “Tentu saja aku nggak bermaksud begitu. Oke, baiklah aku akan ikut.” Ujar Gerald menyerah. Dia menghela napas berat. Fiuhh.. Lagipula ini cuma makan-makan biasa. Dia akan menyelesaikannya dengan cepat dan segera pulang. Begitu pikir Gerald. Toh, dia tidak akan rugi apapun. Lagipula, ini mungkin akan menjadi kesempatan bagi Gerald untuk membuat mereka tidak banyak berkomentar lagi tentangnya di waktu ke depan. Dia turuti saja kemauan dua gadis itu dan melihat apa yang akan terjadi nanti. Gerald mengangguk mantap sebelum kemudian berbalik pergi. *** Ternyata Lilian tidak memilih restoran di area Mayberry Commercial Street. Dia justru pergi ke rumah makan biasa di kawasan lain yang tidak jauh dari sana. Tak berapa lama, Gerald tiba di rumah makan yang telah ditentukan. Sementara itu, Sharon memesankan berbagai makanan yang lezat untuk Gerald. Setelah berbasa-basi sebentar, akhirnya tiba saatnya Lilian melempar pertanyaan utama. "Jadi, Gerald. Beritahu kami bagaimana ceritanya kamu tiba-tiba menjadi kaya?" Sharon yang duduk di sebelahnya bersiap menyimak jawaban Gerald. "Kaya? Memangnya kapan aku menjadi kaya? Aku masih tidak punya apa-apa," jawab Gerald sambil berusaha menahan tawanya demi melihat ekspresi di wajah Lilian dan teman-temannya. Mereka berdua terlihat konyol. Gerald kini sudah tidak lagi merasa marah. Sebaliknya, hatinya sedang senang. Karena itu dia menjawab pertanyaan yang dilontarkan Lilian dengan santai. Setelah menjawab demikian, Gerald mengambil beberapa potong daging babi panggang dan nasi. "Hahaha! Kamu benar-benar jahil, ya. Aku tahu kamu cuma akting, kan?" lanjut Lilian sambil tertawa. Dia sudah pernah belajar seni peran dan sempat menjadi anggota komunitas teater sebelumnya. Jadi dia bisa lebih luwes dalam mencairkan suasana. Tidak kaku seperti Sharon dan Hayward. Sambil berkata begitu, Lilian mencubit paha Gerald pelan. "Apa? Aku benar-benar nggak punya uang," jawab Gerald bersikukuh. "Hmmm..kalau kamu nggak punya uang, lalu kenapa kamu bisa membeli ponsel seharga 10.000 dolar? Bahkan, hari ini kamu membeli dua gelang giok yang salah satunya berharga 32.000 dolar! Kamu nggak bisa mengelak lagi, Gerald." Gerald mengerang pelan mendengar Lilian yang terus menginterogasinya. Sementara Sharon dari tadi hanya menatap Gerald lekat. "Oh, itu? Uang itu bukan milikku. Aku hanya disuruh oleh seseorang untuk membelinya. Sebentar lagi aku akan mengantar gelang ini kepada pemiliknya," jawab Gerald berbohong. Dia tidak ingin memberitahukan yang sebenarnya kepada mereka. Dengan berbohong begini, bisa dipastikan bahwa mereka akan berlanjut memperlakukan Gerald dengan buruk seperti kemarin. "Ooh, begitu rupanya. Jadi uang itu benar-benar bukan milikmu?" Lilian dan Sharon saling pandang. Keduanya merasa lega. Rasanya seperti ada beban berat yang diangkat dari pundak mereka. "Sharon, bisa kamu ambilkan daging kaki babi yang di sana itu? Aku nggak bisa menggapainya." pinta Gerald. Ia sengaja ingin melihat bagaimana reaksi Sharon. "Sialan! Kamu ini saudara babi atau bagaimana? Kamu sudah menghabiskan banyak makanan. Lihat bagaimana rakusnya dirimu!" bentak Sharon dengan nada sinis. ‘Kupikir kamu benar-benar kaya, itulah alasan kenapa kamu diajak ke sini. Ternyata kamu cuma disuruh orang lain!’ Sharon sibuk dengan pikirannya sendiri. Sementara itu, Lilian perlahan mulai menjauh dari Gerald, dia lalu berkata, “Oh, Gerald Crawford. Dulu aku kira meskipun kamu miskin, kamu masih punya masa depan cerah karena kamu cukup pintar dalam pelajaran. Tapi setelah melihat kamu sekarang, sepertinya masa depanmu memang tidak bisa diharapkan.” “Bukankah kalian sendiri yang bilang bahwa kita harus saling mendukung karena kita tinggal di kota yang sama? Karena nasib kalian lebih baik dariku, maukah kalian memberiku bantuan? Lagipula kita pernah sekelas selama tiga tahun di SMA,” pinta Gerald dengan nada memelas. “Ya, Tuhaaan... meskipun kami membantumu, apa yang bisa kamu lakukan? Jangan ungkit lagi soal SMA. Aku bahkan sudah lama tidak berkomunikasi denganmu. Lebih baik kamu ngobrol dengan Sharon, dulu kalian sangat akrab, kan? Sharon mungkin masih menyimpan perasaan padamu!” ujar Lilian dengan lantang. Dia sengaja mengatakan itu agar didengar oleh Hayward. Sharon yang mendengar itu langsung menimpali, “Apa maksudmu, Lilian? Bagaimana bisa aku suka pada Gerald? Aku tidak pernah menyukainya!” bentak Sharon sambil membanting sumpitnya ke atas meja dengan penuh amarah. Berikutnya, dua gadis itu mulai berdebat. Hayward yang berada di antara mereka berusaha menengahi. Ah, sulit juga rupanya menjadi tampan dan kaya seperti dirinya. Sementara itu, Gerald tidak peduli. Dia dengan santai terus melahap makanan yang terhidang di depannya sambil menikmati suasana rumah makan. Tak berapa lama, tiba-tiba pintu ruangan dibuka dengan kasar. Sekelompok polisi masuk dengan langkah terburu. “Apakah itu mereka?” tanya seorang polisi dengan nada dingin sambil menunjuk ke arah Gerald dan teman-temannya.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.