NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 334

Tiba-tiba pintu ruang perawatan dibuka dari luar, empat orang gadis masuk. “Giya! Kamu nggak apa-apa? Kamu ceroboh banget, sih?" sepertinya mereka adalah teman-teman asrama Giya. Mereka datang kesana karena tadi Giya sempat mengirim pesan. "Kakiku terkilir, tapi untungnya ada Gerald yang menolongku. Dia menggendongku sampai di sini." Giya menjelaskan sambil tersenyum memandang Gerald. "Ya, Tuhan! Jadi ada pahlawan yang menyelamatkan putri cantik kita? Hahaha! Berarti kita harus berterima kasih padanya," ujar teman-teman Giya bercanda. Saat mereka menyadari bahwa orang yang dimaksud adalah Gerald, ekspresi wajah mereka sedikit berubah kecewa. Penampilan Gerald sederhana dan berantakan. Dia terlihat sangat polos dan kumuh. Meski begitu, teman-teman Giya belum mengenal Gerald. Jadi mereka tidak berani menilai Gerald terlalu jauh. "Hai, Tampan! Jadi kamu yang sudah menyelamatkan Giya?" "Aku tidak menyelamatkannya, aku hanya membantunya," jawab Gerald gugup. Dia tidak tahu harus bersikap bagaimana berada di tengah para gadis. "Oh, begitu rupanya. Jadi, bagaimana Giya harus membalas budi padamu, Tampan?" Gadis-gadis itu terus saja menggoda Gerald. "Nah, begini saja! Bagaimana kalau kamu meminta Giya menikah denganmu?" Mereka cekikikan. "Ah, menikah terlalu berlebihan. Bagaimana kalau kalian berkencan semalam?" "Hei! Dasar memalukan!" Mereka masih terus saling melempar canda. "Stop stop, itu semua tidak perlu!" Gerald menghentikan ocehan mereka. Dia tidak menyangka gadis-gadis itu begitu genit. Ia merasa sangat malu. "Lho, memangnya kenapa? Apa menurutmu Giya nggak cantik? Itu alasannya?" tanya gadis-gadis itu sambil berdiri mengelilingi Gerald. "Ttii... tidak. Bb... bukan itu maksudku!" "Terus maksudmu apa, Tampan?" Saat teman-temannya terus menggoda Gerald, Giya hanya bisa melihat mereka dari atas tempat tidur. Ketika pandangannya tertuju pada Gerald, dia bisa melihat wajah pria itu bersemu merah karena diserang habis-habisan oleh godaan teman-temannya. Giya tidak bisa menahan tawanya. "Oke, Teman-teman, stop menggoda Gerald. Tammy, aku mau apel, kamu bisa kupaskan satu?" "Oke!" Tammy adalah seorang gadis berperawakan jangkung. Dia baru akan mengupas apel ketika kemudian gerakannya terhenti. Dia lalu menoleh pada Gerald. "Hei, Tampan, tadi kamu bilang kamu nggak bermaksud begitu, kan? Bagaimana kalau kamu saja yang mengupaskan apel untuk Giya?" "Hah? Aku?" Gerald terkejut mendengar permintaan Tammy. "Tentu saja. Dan aku nggak akan menyuruhmu tanpa imbalan. Setelah mengupas apel, kamu boleh menciumku di bagian manapun yang kamu mau. Bagaimana?" kata Tammy sambil berjalan mendekati Gerald. Gerald semakin gemetar. Tammy sungguh berani dan agresif. Setelah mempermainkan Gerald beberapa saat, Gerald semakin tidak tahan. Setelah selesai mengupas apel, mereka menyuruhnya mengupas pisang. Kemudian dia disuruh membasahi gelang di tangan Giya dengan air hangat. Gerald sudah muak dan tidak ingin berlama-lama lagi ada di sana. Dia sudah bertekad, setelah selesai melakukan tugasnya, harus segera pergi. Tepat saat Gerald sedang memegang gelang yang baru dilepas dari tangan Giya, tiba-tiba seseorang menariknya dari belakang dengan kasar. Gerald yang kaget tidak bisa menjaga keseimbangan. Gelang yang dipegangnya jatuh ke lantai. "Giya! Aku dengar kamu terluka. Kamu membuat aku khawatir setengah mati!" Suara itu datang dari seorang pria yang baru saja memasuki ruangan.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.