Bab 335
“Kamu nggak usah khawatir, Yacob. Aku baik-baik saja, kok," jawab Giya dengan nada acuh tak acuh.
Pemuda yang dipanggil Yacob itu berpakaian jas rapi, parasnya cukup tampan. Meski Giya tidak terlalu menghiraukannya, tetapi Yacob sama sekali tidak marah.
"Ya, ampun, Giya! Gelang kamu rusak!" pekik Tammy setelah mengetahui bahwa gelang Giya sudah berada di lantai.
"Gerald, kamu ceroboh banget, sih! Kamu nggak suka Yacob datang ke sini?" tanya gadis yang lain.
Perkataan gadis itu menarik perhatian Yacob.
Sudah lama Yacob mengejar-ngejar Giya, tetapi gadis itu sama sekali tidak memiliki perasaan apa-apa padanya. Meski Yacob berasal dari keluarga terpandang, tetap saja itu tidak membuat hati Giya luluh.
Meski begitu, tidak mungkin juga Giya langsung memiliki perasaan pada Gerald yang baru dikenalnya hanya karena pria itu menolongnya.
Teman-teman Giya paham betul hal itu. Karena itulah mereka iseng mempermainkan dan menggoda Gerald. Padahal semua orang di sana tahu tadi Yacob menarik Gerald dengan kasar sehingga membuat Gerald tanpa sengaja menjatuhkan gelang Giya.
"Tidak apa-apa. Toh cuma gelang. Nanti aku bisa beli lagi." jawab Giya pendek. Dalam hati dia merasa sungkan pada Gerald atas perilaku teman-temannya.
"Yacob! Kamu dan Gerald yang menyebabkan gelang Giya rusak! Kalian berdua harus menggantinya!" ujar Tammy penuh drama.
"Oke, aku akan belikan gelang baru tanpa bantuan pria ini. Toh dia tidak mungkin bisa membayar separuhnya." Yacob mendengus saat melihat Gerald. Terlihat jelas dia tidak suka.
"Oke, kalau sudah tidak ada lagi yang harus kuurus, aku mau pergi. Kalian jaga Giya baik-baik," kata Gerald berpamitan.
Dia yakin pasti akan menjadi bulan-bulanan teman-teman Giya kalau dia ada di sana. Terlebih lagi, tatapan tajam Yacob terus tertuju ke arahnya.
Ditambah lagi, dia sudah tidak berhasrat melawan gadis-gadis itu. Kejadian tadi hanya kebetulan saja yang membuat Gerald bertemu dengan Giya. Dia tidak ingin terlalu jauh terlibat.
Dan soal gelang Giya yang rusak, Gerald sudah memikirkannya. Karena itu juga kecerobohannya, dia berniat akan membelikan Giya gelang yang mirip. Maka masalahnya akan selesai.
Saat melihat Gerald meninggalkan ruangan, Giya sebenarnya ingin sekali menahan Gerald agar tidak pergi. Tetapi dia urungkan karena Giya yakin Gerald belum terbiasa berada di tengah lingkaran pertemanannya.
Mungkin nanti akan ada kesempatan untuk Giya bertemu dengan Gerald lagi.
Sementara itu, setelah meninggalkan klinik, Gerald langsung bergegas menuju perpustakaan untuk belajar.
Saat itu tepat tengah hari ketika kemudian Gerald mendapat telepon dari Zack.
"Semua sudah beres, Tuan Crawford. Rye Group tidak akan ada lagi di Kota Mayberry," kata Zack sambil tersenyum puas.
"Aku tahu aku selalu bisa mengandalkanmu," kata Gerald.
Yang dilakukan Zack cukup mudah, dia hanya perlu melakukan sedikit paksaan.
Di waktu yang lalu, kedua keluarga besar itu memiliki bisnis masing-masing, keduanya menjalankan bisnis dengan damai dan saling menghormati. Namun, Rye Group mencoba melawan Keluarga Crawford, padahal keduanya tidak sebanding.
"Satu hal lagi, Tuan Crawford. Saya membutuhkan kartu identitas Anda untuk beberapa proyek besar di Mayberry. Apakah Anda sedang sibuk? Jika tidak, ada beberapa dokumen yang harus ditandatangani. Kalau Anda tidak bisa datang ke sini, biar saya yang menghampiri Anda," ujar Zack dengan hormat.
"Oh, tidak perlu. Biar aku yang ke sana," jawab Gerald cepat.
Dia hampir rampung membaca bukunya. Gerald juga berencana akan pergi ke toko perhiasan untuk membeli gelang giok yang mirip dengan milik Giya sebelumnya.
Saat itu, hujan sudah reda. Gerald langsung menyetir mobilnya menuju Wayfair Mountain Entertainment. Setelah selesai menandatangani beberapa dokumen, dia kemudian pergi ke toko perhiasan di Mayberry Commercial Street.
Setibanya di toko, Gerald segera menyampaikan maksudnya pada pelayan toko. Tak berapa lama, dia menemukan gelang yang mirip dengan milik Giya.
"Aku mau membeli gelang giok yang itu."
"Pilihan yang bagus, Tuan. Gelang giok itu terbuat dari batu giok hetian yang sangat bagus. Harganya sangat mahal. Anda yakin mau yang itu?" tanya pelayan toko. Meski bertanya dengan tersenyum, tetapi ekspresi ragu tidak bisa ia sembunyikan. Pria di depannya sungguh tidak meyakinkan. Di tambah lagi, gelang yang dia pilih adalah yang mahal.
Namun demi menjaga profesionalitas, pelayan itu hanya menyimpan prasangkanya di dalam hati.