NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 333

Gerald tentu saja sangat tidak keberatan dengan permintaan Zack. Dia tidur dengan nyenyak malam itu. Esok paginya, meski sedang hujan deras, Gerald tetap pergi ke kampus. Tugas kuliahnya sangat penting. Seperti biasa, sopirnya mengantar sampai gerbang. Karena hujan masih turun dengan deras, Gerald berjalan kaki memasuki kampus dengan membawa payung. Detik kemudian, dia mendengar sebuah teriakan. Ketika Gerald memutar badan mencari-cari sumber suara. Dia melihat seorang gadis bergaun putih membungkukkan badan, sepertinya kakinya terkilir. Satu tangan gadis itu memegang payung sementara tangan yang lain memegangi pergelangan kaki. Gerald menebak kaki gadis itu terkilir ketika membuka payung. Melihat gadis itu tidak bisa berjalan dengan normal, sepertinya keseleonya cukup parah. Tanpa pikir panjang, Gerald segera menghampirinya. "Hei, kamu nggak apa-apa? "Sakit!" gadis itu meringis sambil mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang datang. Matanya berkaca-kaca. Gerald terkejut ketika tahu siapa gadis di depannya "Kamu?" Gadis itu juga tak kalah kaget setelah melihat wajah Gerald. Dia adalah gadis baik hati yang duduk di samping Gerald ketika belajar di perpustakaan beberapa waktu lalu. Gerald merasa malu mengingat hari itu. Tidak hanya mimisan, Gerald juga sempat bersin-bersin. Ah, sungguh sangat memalukan untuk diingat! Gerald sungguh tidak menyangka akan bertemu gadis itu lagi pagi ini. "Tadi aku bermaksud memanggil taksi untuk mengantarku membeli beberapa bahan kuliah. Mungkin aku berjalan terlalu terburu-buru," kata gadis itu menjelaskan, pipinya bersemu merah. Sangat jelas bahwa dia juga masih ingat kejadian di perpustakaan tempo hari. "Karena hujannya masih deras, lebih baik kamu tunda dulu rencanamu. Aku antar kamu ke klinik," tawar Gerald memberi bantuan. Dia masih ingat kebaikan hati gadis itu ketika memberinya tisu saat momen memalukan tempo hari. Meskipun mereka tidak saling mengenal, tetapi Gerald merasa berutang budi dan memiliki kewajiban menolong. Jika dia meninggalkan gadis itu seorang diri di sana, maka Gerald pasti akan menyesal kemudian. Meskipun awalnya agak ragu, akhirnya gadis itu mengangguk setuju. Kakinya terlalu sakit untuk dipakai berjalan. Bahkan meski sudah dibantu Gerald pun, dia masih merasa kesulitan. Akhirnya, Gerald terpaksa menggendong gadis itu di punggungnya. Untungnya, gadis itu tidak memiliki prasangka buruk sama sekali, maka dia pasrah saja saat Gerald menggendongnya. Sambil digendong, dia membawakan payung untuk menaungi mereka berdua. Gerald tidak bisa menahan semu merah di pipinya ketika dengan jelas bisa mencium aroma parfum gadis itu. Ah, bukankah dia sudah punya Mila? Kenapa masih berpikir macam-macam begini? Gerald menggelengkan kepala pelan mencoba menepis semua pikiran di otaknya. Berikutnya mempercepat langkah agar bisa segera sampai di klinik. Tiiinn... tiiinn...! Terdengar bunyi klakson dari Mercedes Benz G500 saat mobil itu melewati Gerald. "Hei, Cantik! Hujan sedang sangat deras, kenapa kamu nggak masuk ke mobilku saja? Aku akan antar ke mana pun kamu mau!" Seorang remaja berpakaian rapi menurunkan kaca jendela mobil dan berteriak di antara deru suara hujan. Mendengar itu, Gerald menghentikan langkah. Dalam benaknya, semua gadis pasti menyukai mobil mewah. Sayangnya, gadis itu sama sekali tidak menoleh pada pemuda di dalam mobil. Dia justru mencubit pundak Gerald pelan. "Jangan berhenti di sini. Kakiku semakin sakit.” "Oh, baiklah." Gerald mengangguk dan berjalan lagi. Dia berusaha mempercepat langkah. Rupanya gadis itu cukup berbeda dari gadis-gadis kebanyakan yang pernah ditemui Gerald. "Sialan! Kalau aku tahu gadis itu ada di sini, pasti aku akan datang lebih awal. Gila, dia benar-benar cantik." Pemuda itu menghela napas berat sambil memukul setir di depannya. Dia hanya bisa memandang Gerald yang berjalan menjauh di antara derasnya hujan dengan gadis itu masih tergendong di punggungnya. Untungnya, lokasi klinik tidak terlalu jauh. Setibanya mereka berdua di sana, dokter segera memeriksa luka gadis itu. Melihat gadis itu sudah di dalam perawatan dokter, Gerald membalikkan badan bermaksud untuk pergi. "Tunggu! Siapa namamu? Namaku Giya!" teriak gadis itu. "Namaku Gerald." "Terima kasih atas pertolonganmu hari ini. Kamu sudah menyelamatkan aku dari kesakitan. Aku tidak tahu bagaimana aku harus pulang dengan kaki terkilir kalau kamu tidak menolongku. Oh, iya, aku lihat kamu membawa sebuah buku. Apa kamu berniat akan ke perpustakaan?" "Sebenarnya, iya." jawab Gerald sambil mengangguk.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.