NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Legenda Raja SerigalaLegenda Raja Serigala
Oleh: NovelRead

Bab 2234

"Dasar sombong!" "Hei, bocah, kamu harus membayar untuk kesombonganmu itu!" "Orang terakhir yang sombong ke kami sebelumnya, rumput di atas kuburannya sudah lebih tinggi darimu!" "Matilah kamu!" Tak berselang lama. Para pemburu itu langsung naik pitam. Mereka berteriak-teriak seperti orang gila dan menyerang Teguh. Sungguh tidak perlu dikatakan lagi. Sekitar belasan orang menyerang dengan penuh semangat. Tentu saja. Pertarungan Teguh di dunia dewa, siluman, dan iblis tidak sebanding dengan pertempuran di tempat lain. Karena itu, Teguh terlihat sangat tenang. "Paman, berhati-hatilah ..." Gadis itu ketakutan setengah mati dan berulang kali mengingatkan Teguh. "Tenang saja." Teguh melambaikan tangannya, menunjukkan bahwa dia tiak peduli dengan para kalama kecil itu. "Matilah … !" Tak lama kemudian, sekelompok orang sudah berada di hadapan Teguh. Bahkan, kilat dingin sudah tampak dari senjata itu, membuat gadis itu tegang tanpa sebab. Tepat pada saat itu. Teguh melirik ke arah sana dengan ekor matanya. Ngungg … Keteguhan hati yang dahsyat merasuki jiwa. Pada momen itu, di dunia para ahli bela diri, hanya mata Teguh yang tersisa. Seolah roh dewa di atas sana sedang mengawasi mereka dari langit. Menunjukkan sifat angkuh yang tertanam sejak lahir. Menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Menghukum mereka yang berani menentang kehendak dewa! Pufft! Pufft … Pufft … Pufft … Tak satu pun ahli bela diri yang selamat. Mereka semua memuntahkan darah dan tergeletak tak bernyawa di tempat. Situasi ini membuat gadis itu terdiam tak percaya. Siapa sebenarnya pria tua yang dia temui secara kebetulan itu? Bagaimana mungkin dia bisa menghabisi begitu banyak master tahap alam bela diri ... Dia benar-benar kuat! Dia menatap Teguh dengan tajam dan bertanya, "Paman, seberapa kuat kamu sebenarnya? Apakah kamu sudah mencapai tahap Alam Bela Diri Suci?" Tahap Alam Bela Diri Suci ... Teguh terdiam dan tertawa, lalu berkata, "Kamu boleh memanggapnya seperti itu." "Syukurlah kalau begitu!" Gadis itu segera berlutut di hadapan Teguh dan memohon, "Paman, aku mohon, tolong selamatkan Serenara!" Selamatkan Serenara? Teguh menyeritkan alisnya, lalu membantu gadis kecil itu berdiri dan berkata, "Serenara adalah kampung halamanku, aku nggak akan tinggal diam saat terjadi kekacauan di sana. Jadi, bisakah kamu ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" Gadis kecil itu pun menjelaskan, "Negara Sakura di seberang laut mendapatkan warisan misterius, jumlah master Alam Bela Diri mereka meningkat pesat, dan membuat mereka berambisi untuk menguasai lebih banyak wilayah." "Sekarang, mereka bersekutu dengan banyak negara tetangga dan melancarkan perang, buat menghancurkan Serenara." "Ayah sudah terluka parah, saat ini dia memimpin semua master Alam Bela Diri untuk mempertahankan jalur naga langit. Situasinya benar-benar mengerikan." Negara Sakura ... Menghancurkan Serenara! Seberkas cahaya dingin melintas di depan mata Teguh. Duarr! Seolah-olah menggemakan tekad Teguh, petir menyambar di langit dengan tiba-tiba. Dewa dan alam semesta bisa merasakannya! Inilah kekuatan Teguh saat turun ke alam manusia. Teguh menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Baiklah, kamu tunjukkan jalannya." "Terima kasih, Paman!" Gadis itu kegirangan dan mengantar Teguh melintasi wilayah Serenara. Di tengah perjalanan, Teguh mengetahui nama gadis itu, Sulina Gulita. Dia heran, kenapa Bayangan memberinya nama seperti itu. Ketika melewati Kota Senggigi, Teguh teringat akan masa lalunya dan tiba-tiba ingin pergi ke suatu tempat. Dia berkata, "Sulina, bagaimana kalau kita pergi ke rumah keluarga Yulianto?" Saat Teguh terakhir kali pulang ke kampung halamannya, Keluarga Yulianto sudah pindah ke ibu kota dan menjadi salah satu keluarga paling terhormat di Serenara. Sekarang, bekas kediaman keluarga Yulianto bahkan dilindungi. "Oke." Sulina tidak mengerti mengapa Teguh ingin pergi ke sana, tetapi dia tetap menemaninya. Tidak lama kemudian, mereka berdua tiba di depan bekas kediaman keluarga Yulianto. Akibat perang, tempat ini menjadi jauh lebih lengang daripada biasanya. Ketika Teguh melihat perkebunan keluarga Yulianto yang sudah lapuk dan pohon pagoda besar yang masih berdiri kokoh, serta meja batu di bawahnya, perasaannya seakan campur aduk. Menelusuri jejak langkah lama, diiringi angin yang sama seperti dulu. Ada perasan ganjil yang muncul di dalam hatinya. Meskipun dia tidak mengerti alasannya, dia tetap saja gelisah. Mungkinkah ...

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.