NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Legenda Raja SerigalaLegenda Raja Serigala
Oleh: NovelRead

Bab 2233

Menurutnya, seorang kultivator membutuhkan waktu lama, ratusan atau bahkan ribuan tahun untuk bisa mencapai tingkat seperti Teguh. Saat itu, hampir semua orang yang disayanginya telah tiada. Jarang sekali ada orang yang bisa menyamai kecepatan perkembangan Teguh. Di samping itu, ucapannya justru membuat Bulan semakin kagum kepada Teguh. Seorang kultivator yang tidak pernah goyah pada pendiriannya layak untuk dipercaya. "Silakan ikuti aku." Tak lama kemudian, Bulan, Yean, dan Teguh kembali ke Alam Rahasia Kosmik. Bulan menyerahkan liontin giok kepadanya, "Ini adalah token khusus dari Klan Naga Petir Kosmik. Di mana pun kamu berada, entah di dunia dewa, siluman, dan iblis, atau dunia bawah, cukup hancurkan giok itu, maka kamu akan kembali ke titik telepotasi." "Tiga hari lagi kita akan bertarung melawan Tiga Raja Naga, pastikan kamu kembali tepat waktu." Teguh berjanji, "Tenang saja, Kaisar Naga. Itu sudah pasti." Bulan mengangguk dan mulai menggunakan teknik rahasianya. Dalam sekejap, titik teleportasi memancarkan cahaya tipis yang misterius dan tak terduga. Teguh benar-benar ingin pulang, dan tanpa ragu dia melangkah ke atasnya. Ngungg ... Roda waktu terus berputar, mengatarkan perubahan kepada seluruh alam semesta. Dalam sekejap, pandangan Teguh terasa kabur, dan dia menemukan dirinya berada di tempat yang begitu asing. Dia segera mengamati sekelilingnya. Ini adalah medan perang, di mana-mana terlihat kobaran api dan asap yang membubung tinggi. Wushh ... Di saat yang sama, seorang gadis kecil berlari kencang ke arah Teguh. "Tolong!" "Paman, tolong aku! Aku adalah putri Raja Serigala Bayangan Gulita." "Asalkan kamu bisa menyelamatkanku, ayahku pasti akan memberimu imbalan yang setimpal!" Meskipun nada bicaranya terdengar kekanak-kanakan, tetapi rasa takut dan cemas karena diburu terdengar jauh lebih jelas. Awalnya, Teguh tidak terlalu peduli. Ketika mendengar identitas gadis itu yang merupakan putri dari Bayangan, tubuhnya langsung gemetar hebat. Bayangan, rupanya dia sudah punya anak perempuan? Teguh mengamatinya lebih seksama. Benar saja, dia menemukan kemiripan yang cukup mencolok antara gadis itu dan bayangan, terutama di alis dan mata mereka. Tidak perlu diragukan lagi. Seketika itu, Teguh diliputi berbagai perasaan yang bercampur aduk di dalam benaknya. Banyak orang mengatakan bahwa waktu di gunung tidak berjalan layaknya di dunia, dan di dunia sudah seribu tahun berlalu. Dia menghabiskan waktunya di dunia dewa, siluman, dan iblis, siapa sangka bila dunia sudah berkembang begitu pesat. Sungguh membuatnya sedih dan terharu. Setelah dia tersadar, Teguh berkata dengan nada lembut, "Bersembunyilah di belakangku, aku akan melindungimu." "Terima kasih, Paman!" Tanpa pikir panjang, gadis kecil itu bersembunyi di belakang Teguh. Tak usah dikatakan lagi. Panggilan "Paman" yang dilontarkan gadis kecil itu berulang lagi, membuat Teguh merasa terharu. "Nak, apa hubunganmu dengannya?" "Jangan ikut campur! Cepat serahkan dia, atau kami akan bertindak kasar padamu!" "Cepat pergi dari sini ..." Waktu pun berlalu. Para pemburu dengan cepat menyerang dan membuatnya terkepung. Mereka berteriak dengan begitu arogan. Jarang sekali Teguh bisa pulang, dia tidak ingin membunuh orang, jadi dia berteriak keras, "Cepat pergi dari sini, atau kalian akan mati!" "Sombong sekali kamu!" "Dasar tidak tahu diri!" "Nak, hari ini biar kutunjukkan padamu, siapa yang sebenarnya berkuasa di sini!" Tak berselang lama. Sekelompok orang itu tampak sangat marah. Salah satu dari mereka bahkan mengerahkan seluruh kekuatannya dan menyerang dengan ganas. "Hati-hati, paman!" Gadis itu dengan cemas mengingatkan, "Orang ini berada di tahap Alam Bela Diri Raja tingkat akhir, dan hampir mencapai ambang batas tahap Alam Kaisar Kultivasi." Alam Bela Diri Raja, Alam Kaisar Kultivasi ... Teguh seolah melihat dirinya sendiri di masa lalu. Namun, mengingat statusnya yang sekarang sebagai mahaguru dan telah memberi mereka kesempatan, dan sayangnya mereka justru mengabaikannya. Maka, itu bukan salahnya jika mereka harus menanggung akibatnya. "Kalian semuanya." Teguh menyapu pandangannya dengan acuh tak acuh lalu berkata, "Serang aku bersamaan saja, jangan buang-buang waktuku lagi."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.