NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Legenda Raja SerigalaLegenda Raja Serigala
Oleh: NovelRead

Bab 2048

Sementara di sisi lain. Setelah berhasil menumbangkan Serigala Pelayan Abadi, Teguh beralih menggeledah seluruh Cincin Penyimpan Barang milik sang serigala dan mencoba menghapus simbol kuno yang tertanam dalam tubuhnya. Namun, usahanya itu berakhir sia-sia. Simbol kuno itu masih tertanam dalam Titik Dantian-nya, layaknya sebuah akar yang tumbuh dan menancap erat pada pohonnya. Teguh tak punya pilihan lain selain menyerah. Setelah itu, Teguh segera berlari secepat kilat menuju ke sebuah penginapan yang berada di luar daerah Kota Tirtayana. Keadaan di sekitar penginapan berlangsung tenang. Setelah berpakaian seperti Yuni, Teguh menyembunyikan wujud wajahnya di balik topi jerami. "Keluarlah, aku sudah di luar penginapan." Sembari berdiri di luar penginapan, Teguh mengirimkan pesan kepada Yuni. Yuni yang terkejut selama beberapa saat, wanita itu pun segera keluar dari penginapan dan bertemu dengan Teguh di sebuah hutan kecil. "Sudah kubilang 'kan ..." Yuni tampak kesal. "Kamu mau ke mana sih? Mau tinggalin aku sendirian?" Teguh memutar bola matanya dengan malas. "Kalau aku mau tinggalin kamu, memangnya aku bakal balik mencarimu?" "Barusan itu seorang master bawahannya Dewa Surgawi Adiluhung mengejarku. Makanya aku harus mengalihkan perhatiannya." "Apa katamu?" Yuni sangat terkejut mendengarnya. "Kita 'kan sudah kabur jauh sekali dari mereka, kok masih bisa tertangkap?" "Katanya di dalam tubuhku ini ada simbol kuno yang ditanamkan Dewa Surgawi Adiluhung. Kayaknya ditanam pas aku baru sampai di Dunia Atas, deh," tukas Teguh dengan suara seraknya. Namun, semua kejadian yang terjadi sepanjang perjalanan pulangnya ini memang sedari awal sudah diperkirakan oleh Teguh. "Simbol kuno ya ..." Raut wajah Yuni tampak kusut. "Pantas bisa begitu." Merasa penasaran, Teguh pun bertanya, "Kamu pernah mendengar soal simbol kuno sejenis ini?" "Apa kamu tahu cara menghilangkannya?" Teguh sangat tidak sabaran. Apalagi wujud akan dirinya yang selama ini melarikan diri tanpa tahu-menahu akan simbol kuno yang tertanam dalam tubuhnya saja sudah terlihat sangat konyol. Karena, mau sejauh apa pun dirinya kabur dari pandangan Dewa Surgawi Adiluhung, Sang Dewa itu tetap akan bisa mengejarnya. Otomatis, semua usahanya itu hanya berakhir sia-sia. Hal terutama yang harus dilakukan saat ini ialah menghapus jejak simbol kuno ini. "Aku punya satu cara yang bisa dicoba. Mungkin bisa menutupi jejak simbol kuno yang terpancar itu untuk beberapa saat, jadi kamu nggak akan lagi diburu sama orang-orang Dewa Surgawi Adiluhung." Raut wajah Teguh seketika berubah cerah, dan segera bertanya, "Bagaimana caranya?" "Hmm, mengenai cara penggunaannya ..." Seketika, Yuni tersenyum licik, wanita itu berkata, "Kamu harus setuju dengan syaratku dulu, baru aku beritahukan apa caranya." Teguh makin penasaran. "Apa syaratnya?" "Gampang kok!" "Antarkan aku ke Kota Pamarang, bersumpahlah dengan kesadaran spiritualmu bahwa kamu pasti akan mengantarkanku ke sana, sudah itu saja." Teguh benar-benar bingung dengan persyaratan yang disebutkan Yuni. Sejak awal mengenal Yuni, wanita itu selalu mengatakan bahwa untuk mencapai kekayaan atau kesuksesan besar, seseorang harus berani mengambil risiko. Apalagi saat ini, kaki Yuni sedang berpijak di Alam Nirwana, yang di mana dunia itu merupakan mimpi yang diidamkan banyak orang. Siapa pun yang berada di Alam Nirwana, selama mereka giat berkultivasi, kelak mereka pasti akan mencapai prestasi yang gemilang. Walau memang ... Keduanya saat ini sedang berada dalam keadaan yang terbilang cukup berbahaya, tetapi selama mereka mampu melepas diri dari genggaman Dewa Surgawi Adiluhung, bukankah mereka akan berakhir bebas dan tak lagi akan terikat dalam marabahaya? 'Lalu kenapa dia melakukannya?' Teguh pun menyuarakan keraguannya, "Nona Yuni, kamu sendiri berkekuatan Tahap Mahayana, dan energi rohmu akan jauh lebih kuat di Alam Nirwana daripada di Dunia Kultivasi." "Selama kamu dengan sabar dan tekun berlatih kultivasi. Aku yakin dalam waktu 10 sampai 100 tahun ini, kekuatanmu pasti bisa memasuki Tahap Dewa." "Saat hari itu tiba ..." "Kamu bahkan bisa menetap di sini untuk waktu yang lama. kenapa kamu malah mau kembali ke alam di bawahnya lagi?" Raut wajah Yuni berubah suram. "Nenekku masih berada di alam bawah sana, dia sudah membesarkanku dari kecil, nggak mungkin aku membiarkannya sendiri." Mendengar itu, Teguh hanya terdiam. Keluarga ... Memang selalu sulit untuk dilepaskan. Paling tidak, seorang gadis seperti Yuni, belum bisa mengabaikan perasaan dan keinginan duniawi semata-mata demi keberhasilan kultivasi, seperti yang dilakukan oleh para tetua ambisius yang penuh akan keserakahan itu.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.