Bab 2035
Teguh menyerang dengan tombaknya, serta melancarkan gelombang serangan bertubi-tubi dengan telapak tangannya. Dia berjuang sekuat tenaga untuk menghalau serangan anggota Keluarga Zhafiro sementara waktu.
"Hah ..."
"Kamu sudah terjebak, tapi masih saja nggak mau menyerah!"
Setelah Ferdi kembali pulih, dia mendengus dingin dan berkata, "Aku mau lihat, apa kamu masih bisa menahannya saat Dewa Surgawi Adiluhung datang nanti!"
"Semuanya!"
"Pergilah, suruh utusan Dewa Surga Adiluhung ke sini. Bilang kalau orang yang mau dia bunuh ada di rumah Keluarga Zhafiro."
"Baik!"
Segera, seorang murid elite terbaik pergi untuk melaksanakannya.
Teguh tiba-tiba merasakan kegelisahan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.
Dewa Surgawi Adiluhung ...
Dirinya telah merusak hubungan di antara mereka. Pertikaian ini telah terjadi sejak lama.
Karena dia justru mengirim para master untuk mengejar dan membunuhnya, itu artinya dia belum tentu mampu mengalahkan Teguh dengan mudah.
"Siapa itu?"
Tiba-tiba Ferdi pun berteriak dengan keras saat melihat ke sisi ruang.
"Wus, wus, wus ..."
Dalam sekejap, ada banyak obor yang menyala dan menerangi tempat itu.
Yuni pun ketahuan saat sedang bersembunyi. Menurut rencana awal, Teguh akan menyerang Ferdi dari dekat, sedangkan Yuni akan menyerang dari kejauhan.
Hanya saja ...
Jantung Ferdi rupanya berada di sebelah kanan. Alhasil, upaya pembunuhan Teguh gagal. Hal itu membuat Yuni terjebak dalam kesulitan, dan membuatnya tegang tak karuhan.
"Oke, ternyata temannya juga masih ada ..."
Ferdi tertawa jahat, kemudian berteriak, "Tangkap dia juga!"
seketika, ada banyak master yang berlari menuju Yuni.
Yuni tidak punya pilihan lain kecuali mundur dan bergabung dengan Teguh.
"Bagaimana ini?"
Yuni begitu panik sehingga Teguhlah yang harus membuat keputusan.
Teguh berkata dengan tegas, "Sekarang, satu-satunya cara adalah memasang sayap Siluman Burung Langit itu di tubuh kita, lalu bergegas pergi."
"Ini adalah satu-satunya kesempatan kita agar selamat."
"Kalau nggak ..."
"Setelah utusan Dewa Surgawi Adiluhung itu datang, kita nggak akan punya kesempatan untuk hidup lagi."
Yuni jelas-jelas setuju dengan pendapat Teguh.
Dia pun menjawab, "Kalau begitu, cepat pakai. Aku akan membantumu menahan orang-orang ini sebentar."
"Oke!"
Teguh mengeluarkan suara desisan yang aneh. Setelah itu, tiba-tiba muncul banyak serangga berwarna merah di sekitarnya. Semua itu adalah serangga beracun yang telah dia latih setelah menjadi Batara.
Setelah segerombolan serangga beracun itu muncul, para master dari Keluarga Zhafiro menjadi ragu.
Teguh kemudian memanfaatkan waktu tersebut untuk membentuk formasi perlindungan dengan banyaknya serangga beracun, agar dirinya dan Yuni terjaga dengan kuat di dalamnya.
Pada saat yang sama.
Dia juga bergegas memakai sepasang sayap itu di punggungnya.
"Pfft ..."
Terdengar sebuah suara yang lirih, menandakan bahwa akar sayap Siluman Burung Langit mulai menyerap esensi darah Teguh.
Rasa sakit yang luar biasa itu membuat wajah Teguh memucat. Namun, dia tetap tegar dan mulai menyuntikkan kekuatan abadi ke dalamnya.
"Bagaimana?"
Yuni yang berusaha menghalau serangan dari banyak master bertanya dengan gelisah.
"Hahaha ..."
Ferdi tertawa dingin, "Sayap Siluman Burung Langit memang kuat, tapi untuk menyatukan itu, butuh waktu beberapa saat."
"Dengan jumlah waktu yang dibutuhkan, aku mampu mendatangkan utusan dewa secepatnya."
"Meskipun kalian memiliki sayap itu, tetap saja nggak mungkin bisa kabur."
Raut wajah Yuni seketika berubah saat mendengarnya.
Teguh pun tak ingin banyak bicara, dia tengah berusaha semaksimal mungkin untuk menyempurnakan penggabungan sayap Silumat Langit.
Namun ...
Hanya dalam waktu sekitar tiga menit, terdengar teriakan yang arogan dari langit.
"Hahaha ..."
"Ini adalah hadiah untuk Dewa Surga Adiluhung!"
Suara itu tiba-tiba terdengar dekat.
Pada awalnya, sosok itu terasa masih di langit, tetapi begitu suaranya terhenti, sosoknya sudah berada di depan mata.
Beberapa saat kemudian.
Semilir angin dingin terasa menyapu wajah, kemudian muncul seorang pria berhidung bengkok di halaman keluarga Zhafiro. Pria itu terlihat membawa pedang yang panjang di punggungnya. Sosoknya pun terlihat sangat berwibawa.
Pria itu tak lain adalah seseorang yang diutus menuju Kota Daunara oleh Dewa Surgawi Adiluhung, sang Pria Berpedang!
"Teguh, apa menurutmu kita masih punya kesempatan?"
"Dua menit lagi!"
"Beri aku waktu dua menit lagi, kita masih punya harapan."
"Oke!"
Yuni mengatakannya dengan gigi terkatup, "Aku akan berusaha sebaik mungkin."