NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Legenda Raja SerigalaLegenda Raja Serigala
Oleh: NovelRead

Bab 195

"Pak Teguh." Keduanya bergegas menuju sebuah rumah di hutan. Sarah membawa sebotol anggur sambil berjalan dan memperingatkan, "Guru saya mudah diajak bicara, hanya saja ... cara pandangnya agak tinggi." "Selama Anda tidak membuatnya marah, semuanya akan baik-baik saja." "Aku mengerti," jawab Teguh. "Guru saya bernama Walawi, Anda bisa memanggil dia Kakek Walawi, eh ... " Sarah berhenti sejenak untuk berpikir. Dia hendak meminta Teguh memanggil gurunya 'Kakek Walawi', tapi dia merasa hal itu akan memunculkan kecurigaan bahwa dia sedang mengambil kesempatan untuk memanfaatkan Teguh. Sarah sendiri memanggil gurunya dengan sebutan 'Guru', sedangkan Teguh memanggil gurunya 'Kakek'. Kalau begitu ... bukankah berarti dia satu generasi di atas Teguh? Sarah menjadi bimbang. Teguh berkata dengan datar, "Aku akan memanggilnya 'Pak Walawi' saja." "Baik!" Tidak lama kemudian, mereka berdua sudah sampai di lantai bawah. "Guru!" "Murid Guru datang menemui Guru," kata Sarah mengetuk pintu kamar. "Hehe ... " Terdengar suara tawa yang aneh, lalu pintu terbuka dan seorang kakek yang lincah muncul di depan mereka berdua. "Aku mencium aroma anggur yang enak." Sambil berkata, dia menutup matanya dan terus mencium baunya. "Jangan mengendus lagi!" Sarah langsung menyodorkan minuman anggur yang disembunyikan Sarah di balik punggungnya kepada pria tua itu. "Ini, Guru, tenang saja!" "Haha, Sarah, kamu benar-benar murid yang baik terhadap gurumu!" Pria tua itu menerima anggur tersebut dengan puas, kemudian menghirup napas dalam-dalam lagi, wajahnya penuh dengan ekspresi kenikmatan. Tiba-tiba dia melihat Teguh di sebelahnya dan bertanya. "Sarah, ini bocah yang kamu ceritakan itu? Yang akan bersembunyi dulu di sini selama beberapa waktu?" "Ya." Sarah mengangguk dan berkata, "Guru, dia adalah suami dari majikan saya, Teguh Laksmana. Selama beberapa waktu ke depan akan merepotkan Guru untuk tinggal di sini." "Suami majikan?" Guru Sarah berpikir dulu sejenak, kemudian berkata dengan santai kepada Teguh, "Nak, carilah kamar sendiri dan tinggallah di dalam kamar, jangan sembarangan keluar." "Di sini ... " "Selama aku masih bernapas, tidak akan ada yang bisa menyentuhmu." Orang tua ini dengan sombong dan angkuh terus-menerus memperlakukannya seperti anak kecil. Dia jelas-jelas tidak peduli dengan Teguh. Teguh juga tidak mau repot-repot berdebat dengannya. Dia masuk ke dalam rumah, mencari sebuah kamar dan berbaring, bersandar dengan kaki terlipat dan bermain ponsel dengan santai. Di kediaman Keluarga Winoto. Baskara Winoto dan Kelly Winoto sedang menunggu balasan dari Daus. Kedua orang ini juga merasa cemas. Bagaimanapun, pihak seberang adalah Keluarga Yulianto dari ibu kota provinsi. Sulit sekali menebak apakah Keluarga Yulianto akan peduli pada keluarga mereka atau tidak ... "Prang!" Tepat pada saat itu, sesuatu menabrak pintu besar kediaman Keluarga Winoto dan jatuh di depan kedua orang tersebut. Mereka segera memusatkan pandangan ke arah tersebut dan menyadari bahwa benda tersebut ternyata adalah mayat Daus yang sudah mengering. Ekspresi keduanya langsung berubah drastis. Sebelum Baskara sempat mengeluarkan raungan marah, seorang pria yang tidak dikenal masuk ke dalam ruangan. Seluruh tubuh dan wajahnya ditutupi oleh rambut. Tepatnya dia adalah Samang Yulianto. Dia melirik sekeliling ruangan, lalu langsung berlari ke arah Baskara. "Swuuush!" Khoir berdiri di depan Samang. "Ingin melukai Pak Baskara, langkahi dulu mayatku!" Selama bertahun-tahun di militer, Khoir juga pernah melihat banyak makhluk jahat dan setan. Namun, dia tetap merinding melihat Samang. Tapi sekarang dia hanya bisa memberanikan diri untuk maju. "Cari mati!" Samang mendengus dingin, lalu melompat ke depan. Belum sempat bergerak, Khoir sudah langsung terjatuh ke lantai setelah terkena pukulan dan tidak bisa bangkit lagi. "Baskara Winoto ... " Kedua mata Samang yang semerah darah menatap Baskara. Dia membuka mulutnya dan memamerkan jejak darah Daus yang masih menempel di giginya. Pemandangan itu membuat semua orang merinding. "Jika kamu ingin membela Teguh Laksmana, kamu harus menerima hukuman dari Keluarga Yulianto!" Begitu selesai berbicara, dia menampar telapak tangannya di dada Baskara, dan hentakan yang sangat kuat itu menguncang sampai ke bagian dalam tubuh Baskara, membuatnya langsung jatuh ke lantai dan muntah darah tanpa henti. "Kakek ... " Kelly berteriak kaget, tapi sebelum dia tiba di samping Baskara, dia sudah diculik oleh Samang yang tersenyum mengerikan. "Cepat ... " "Telepon Pak Teguh ... " Belum selesai bicara, Baskara sudah pingsan.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.