NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2039 Kuil

"Mungkinkah ibumu juga telah berubah menjadi zombie seperti yang lainnya?" Jika Lydia juga telah diubah menjadi zombie, mungkin ingatannya akan hilang dan berperilaku sama seperti zombie lainnya. Mengapa dia terlihat seperti orang normal dengan kesadaran penuh? Sejauh ini, Lydia terlihat seperti orang normal jika dilihat dari caranya menangani dirinya sendiri. Pikiran Tyr terdampar dalam sebuah kekacauan Sebelum mereka memiliki informasi yang cukup, spekulasi apa pun yang mereka miliki saat ini tidak akan ada gunanya. "Kami tidak mengetahui ke mana para zombie-zombie itu melarikan diri dengan pendeta wanita. Mengapa kita tidak segera kembali ke Kota Eimross? Kita perlu mendiskusikan hal ini dan mulai merencanakan apa yang harus kita lakukan dalam jangka panjang, hal semacam ini sebaiknya tidak perlu diputuskan secara terburu-buru.” Tyr mengangguk, dia melirik ke depan dengan tatapan yang enggan sebelum akhirnya dia pergi bersama Magus. *** Pada saat yang sama, sekitar lima kilometer jauhnya dari Kuil, empat orang zombie tampak membawa kursi tandu berwarna putih sambil berlari di daratan. Mereka didukung oleh pusaran energi vitalitas di bawah kaki mereka. Bahkan jika mereka berlari melewati sungai, mereka dapat dengan mudah melompat lebih dari itu. Pendeta duduk di dalam kursi tandu, dia tidak merasakan benturan sedikitpun saat dia duduk di dalam karena para zombie itu telah menopangnya dengan sangat baik. Jejak kebingungan melintas di matanya yang jernih dan cerah. Bayangan Tyr terus-menerus melintas di dalam benaknya. Dia tampak mengingat sesuatu, tetapi pada saat yang sama, dia merasa gagal untuk mengembalikan ingatan masa lalunya. Ekspresi pendeta itu berangsur-angsur berubah, menyiratkan bahwa saat ini dia sedang berjuang di dalam benaknya. Dia merasakan kepalanya berdengung. Di dalam bayangannya, banyak sekali serpihan ingatan yang kembali muncul. Tidak peduli seberapa keras dia mencobanya, namun dia selalu gagal untuk menyatukan kepingan gambar-gambar ini. Untuk membentuk adegan yang lengkap. Ughhhhh! Pendeta itu akhirnya mengeluarkan jeritan yang tajam dari dalam kursi tandu setelah beberapa saat. Mereka berangkat dengan membawa tandu untuk waktu yang tidak ditentukan. Mereka telah melewati banyak gunung dan sungai sejak matahari menggantung tinggi di langit hingga terbenam di barat. Mereka berempat akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak di atas kaki gunung sebelum membawa tandu dan mulai kembali mendaki. Mereka terus mendaki jalan pegunungan yang terjal dengan kemudahan yang sama seperti saat mereka berjalan di medan yang datar. Setelah matahari sepenuhnya terbenam di ufuk barat, akhirnya keempat Zombie itu membawa kursi tandu ke atas puncak gunung, keempatnya berhenti bergerak sementara pendeta itu memutuskan untuk turun dari kursi tandu. Sebuah istana yang Indah tampak berada di garis pandang mereka. Meskipun istana itu tidak terlalu megah, namun caranya tertutup kabut menciptakan kesan bahwa Istana Surgawi lah yang muncul saat ini. Jejak kesucian melintas di wajah pendeta itu, dia melangkah maju sementara zombie-zombie itu mengikuti di belakangnya dan turut melangkah masuk kedalam istana. "Kuil!" Di depan gerbang istana ada sebuah tanda yang diukir dengan kata "Kuil". Di sana terdapat sekumpulan orang yang menggunakan kostum berwarna cerah yang ditempatkan setiap sepuluh meter saat mereka memasuki struktur bangunan ini saat mereka berjalan dari pintu gerbang. Mereka meletakkan tangan mereka di depan dada mereka dan memberikan hormat kepada pendeta ketika mereka melihat dia berjalan diikuti dengan zombie-zombie itu. Pendeta itu berjalan terus hingga ke kedalam istana, pada akhirnya, dia dan para zombie itu menghentikan jejak mereka di depan gerbang istana, dia juga meletakkan tangannya di dadanya dan membungkuk ke arah istana di hadapan bangunan yang suci. Gerbang istana itu terbuka dengan bunyi suara pintu yang berderit. Seorang lelaki tua renta dengan mengenakan jubah hitam muncul dari dalam bangunan, wajahnya ditutupi banyak banyak benjolan kista, dan mengenakan selembar kain hitam yang dililit diatas kepalanya. "Pendeta, kau telah kembali." Pria berjubah hitam berjalan ke arah pendeta dan sedikit mengangguk padanya. Pendeta membalas anggukan dengan sopan dan memanggil pria itu sebagai Gargamel. "Apakah tuanmu sudah meninggalkan pengasingannya?" tanya pendeta itu sambil melirik ke dalam bangunan istana. "Belum. Tuan telah mendeteksi bahwa lima buku sihir itu akan berkumpul di ruang ini," jawab Gargamel. "Namun, masa-masa sulit masih belum tampak. Butuh beberapa waktu sebelum kitab itu muncul. Untuk berjaga-jaga, dia akan tetap berada dalam pengasingannya sampai kelima buku sihir itu muncul.” Wajah sang pendeta tampak terlihat suram. Dia berkata, "Seharusnya aku adalah pihak yang patut untuk disalahkan atas ketidakmampuanku. Aku telah gagal membawa kekacauan ke dunia ini." "Hah?" Gargamel sedikit mengernyit dan bertanya, "Ada apa?" "Pada awalnya semua berjalan lancar," pendeta itu kembali menjelaskan. "Sayangnya, beberapa hari yang lalu, tiba-tiba sekelompok orang prajurit kuat muncul. Mereka menghancurkan pasukan zombie yang telah aku tarik dari tanah terkutuk hari ini. Empat orang Jenderal di bawah komando ku bukanlah tandingan yang sepadan bagi mereka. Pada akhirnya, aku harus pergi untuk menghentikan mereka menghancurkan Empat orang Jenderal ini.” Gargamel langsung bergegas mendekati Dark Shura dan juga yang lainnya. Mereka masih memiliki jejak berbagai tanda di baju perang mereka masing-masing. Setelah terdiam cukup lama, Gargamel berseru, "Demigod!" "Demigod?" "Ya, mereka pasti para Demigod yang perkasa!" Gargamel bergumam. Sepertinya dia tengah memikirkan sesuatu. Dalam rentang waktu beberapa detik, ekspresinya tampak berubah hingga berkali-kali. "Pendeta, tunggu aku di sini." Gargamel berjalan dengan cepat menuju istana, di mana sebuah altar yang cukup besar berada disana. Dasar altar menyerupai bagian bawah kompas ajaib memiliki luas yang cukup besar. Pilar marmer besar yang berdiri tegak tampak berdiri di tengah kompas ajaib. Lonceng hitam dikeluarkan dari dalam saku baju Gargamel, dia mengguncangkan lonceng tersebut, dan terdengar suara tajam yang terdengar keras dari telinga. Kemudian dengan cepat dia berjalan mengitari altar sambil mengguncang lonceng yang ada di tangannya.Tidak jelas berapa kali dia berputar di sekitar altar, tetapi pada akhirnya keringatnya mulai mengucur dengan deras. Tepat pada saat itu, sebuah kompas ajaib yang berada di dasar altar benar-benar mulai berputar. Sejumlah besar simbol yang diproyeksikan dari kompas ajaib dapat mengelilingi pilar marmer sebelum dia terbang berputar-putar di atas udara. Altar itu tampak bersinar dengan warnanya yang cemerlang. Ada cahaya berwarna keputihan yang yang melesat ke dalam ruang kehampaan dan membentuk pusaran besar. Gargamel hanya berdiri di depan altar, merentangkan tangannya, dan menatap ke atas langit. Sepertinya dia pernah merasakan sesuatu. Lambat laun, ekspresi wajahnya mulai berubah, pada awalnya tampak serius, kini telah berubah menjadi gembira, dan kemudian menjadi semakin gembira dan bahagia.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.