NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2038 Dia Adalah Ibuku

"Izinkan aku!" Tanpa melambatkan gerakannya, Magus kembali menyerang musuh dengan pedang kayu berwarna abu-abu di tangannya. Saat dia hendak mendekati mereka, pedangnya kembali memunculkan bola api dan mengenai tubuh Andraste. Tubuh Andraste segera dilalap dengan kobaran api yang disertai dengan bunyi suara yang teredam. Namun, kobaran api itu telah padam setelah beberapa saat. Andraste tidak terbakar menjadi abu seperti zombie lainnya karena hanya wajahnya yang tampak hangus. “Dia berhasil menahan serangan Sihir Aretuza-ku!” Magus masih terlihat shock, tapi zombie-zombie itu tampak berlari ke arahnya pada saat itu. Magus adalah seorang Demigod yang unggul dalam ilmu sihir. Akibatnya, dia merasa dirugikan ketika ketiganya kembali menyerangnya, karena Sihir Aretuza tidak lagi menjadi ancaman yang signifikan bagi para mayat hidup itu. Tyr berlari ke sana, mengangkat pedangnya, dan memberikan pukulan kuat yang menyebabkan para mahluk hidup itu mundur. Dia akan terjun ke dalam pertempuran sengit ketika terdengar lantunan suara yang tiba-tiba datang dari arah Kuil. "Saatnya kita pergi!" Suara itu terdengar lembut dan enak didengar, terdengar seperti untaian melodi yang datang dari dunia lain. Tyr membatu saat mendengar suara ini. Meskipun lebih dari dua dekade telah berlalu, namun dia tidak dapat melupakan suara ini. Itu adalah suara yang mengganggu mimpinya selama bertahun-tahun, dan satu-satunya yang terdengar saat dia berada dalam tidurnya. Semua kenangan itu adalah momen yang terbaik yang ada dalam ingatannya, yang tersimpan sejak dia kecil dulu. "Ibu!" Tyr tidak bisa lagi menahan luapan kegembiraan di dalam hatinya. Dia tidak lagi peduli dengan pertempuran melawan para zombie, sebaliknya dia bergegas menuju Kuil secepat mungkin. "Itu pasti dia! Suara ini pasti miliknya! Tidak mungkin aku salah mengira suara ini! Pendeta Kuil ini adalah ibuku!" Air mata telah menggenang di mata Tyr saat itu. pendeta itu adalah ibunya. Lydia telah muncul di sampingnya sewaktu dia berada di Gunung Teror. Dia memeluknya saat dia tertidur dengan damai dan tenang. Pada akhirnya, dia pergi bersama dengan orang-orang aneh yang mengenakan pakaian warna-warni itu. Ibunya pasti akan muncul di sini ketika orang-orang aneh ini muncul kembali. Zombie-zombie itu, yang tengah fokus pada Tyr dan Magus, berhenti menyerang setelah mendengar perintah dari sang pendeta, Mereka menurut dan melarikan diri masuk ke dalam Kuil dengan kecepatan yang super kilat. Banyak tirai yang terbuat dari satin putih yang berada di dalam Kuil tiba-tiba meledak dan melesat ke dalam ruang kehampaan. Sebuah kursi sedan berwarna putih tiba-tiba muncul di tengah-tengah tentunya di lapisi dengan sprei berwarna putih yang tampak menyatu di atas udara. Sosok putih tanpa berjalan anggun menginjak sprei satin dan berlari menuju ruang kehampaan. Kemudian, dia melompat ke arah kursi tandu. Setelah itu, dia berbalik dan menatap Tyr walau hanya sekilas. Tyr tercengang. Dia hanya menatap pendeta yang melayang diatas udara. Matanya sudah memerah saat itu, dan air mata mulai mengalir di pipinya. “Bu… Bu…” Tyr memanggil dengan keras. Wajahnya masih terlihat sama ketika dia meninggal dulu. Wanita ini adalah Lydia. Dia adalah ibu Tyr yang sudah wafat sekitar dua dekade lalu. Agak aneh. Mengapa Lydia masih terlihat dalam kondisi yang sama? Wajahnya masih muda dan secantik dulu! Tanpa berpikir panjang Tyr langsung bergerak. Dia bergegas menuju kearah Kuil secepat mungkin. Tidak peduli bagaimana caranya, dia akan mencegah ibunya untuk pergi hari ini. Dia ingin bertanya ke mana dia pergi dan apa yang telah dia lakukan selama ini. Mengapa dia meninggalkannya jika selama ini dia masih hidup? Saat ini, Tyr bukan lagi sosok Demigod yang luar biasa seperti yang dikenalnya. Dia hanyalah seorang anak kecil; seorang anak laki-laki yang telah ditinggalkan oleh ibunya. Ketika dia melihat sosok ibunya, hanya ada satu pikiran yang tertinggal di dalam benaknya. Dia harus segera menyusulnya. Ketika Tyr bergegas menuju ke dalam Kuil, dia menemukan bahwa keempat zombie itu telah melompat ke atas udara saat mereka melompati tirai satin putih. Lydia telah mengangkat tirai kursi dari bangku tandu keatas udara dan duduk diatas kursi. Sepertinya dia tidak mengenali sosok Tyr. Sebaliknya, tatapannya tampak aneh seolah-olah dia sedang menatap orang asing. Tyr terus saja menangis, tapi Lydia sepertinya tidak merasakan apa-apa tentangnya. Keempat zombie itu mulai mengangkat sudut kursi tandu putih saat mereka melompat ke atas udara dan melompat keluar dari Kuil. "Bu, jangan tinggalkan aku!" Teriak Tyr dengan keras. Dia terus menebas kain sutra putih yang ada di sekelilingnya dengan pedangnya saat dia mengejar para zombie yang membawa kursi tandu itu pergi. Dia menemukan bahwa dirinya telah kehilangan jejak ketika dia berlari keluar dari Kuil dan tiba di ujung sebuah bangunan lainnya. Sepertinya Tyr tersesat. Dia tidak bergerak dan terus menatap ke depan. Dia sangat ingin mengejar mereka, tetapi dia tidak tahu ke arah mana dia harus pergi. “Bu… Kenapa Ibu harus meninggalkanku di sini…?” Demigod yang perkasa itu kini telah berubah menjadi seorang anak yang tak berdaya yang ditinggalkan oleh ibunya.Tyr mengepalkan tinjunya erat-erat saat air mata terus mengalir dengan deras dari matanya. Kenangan masa lalu terus berputar di dalam kepalanya. Kematian akhirnya mulai mencabik-cabik keluarga bahagia yang terdiri dari tiga orang. Kehidupan, Tyr telah berubah secara drastis sejak kematian ibunya. Mungkin alam semesta telah merencanakan semua ini. Tidak apa-apa jika Lydia tidak lagi muncul dalam lintasan kehidupan Tyr. Tapi bagaimana mungkin Tyr bisa tenang ketika dia muncul kembali? Karena ibunya masih hidup, mengapa dia harus lari darinya? Mengapa dia menolak untuk melihatnya? Tubuh Tyr tampak gemetar hingga tak terkendali. Pada saat itu, Magus mendekatinya dengan sangat hati-hati. Sedikit kerutan memenuhi wajahnya saat dia melihat ke arah di mana para zombie dan kursi tandu putih itu menghilang. "Tyr, kau bilang tadi bahwa dia adalah ibumu?" "Ya!" Tyr mengangguk dengan tegas dan berkata, "Aku sudah memberitahumu sebelumnya bahwa aku bertemu dengannya di Gunung Teror. Aku meringkuk di dalam pelukannya dengan cara yang sama seperti aku meringkuk di dalam pelukan ibuku selama masa kecilku. Karena kultivasi aku masih belum berkembang, aku tidak bisa masuk kedalam ruang pesona. Sekarang saat aku di sini, akhirnya aku kembali menemukannya. Aku tidak bisa mengerti mengapa dia bersikeras meninggalkanku bahkan saat ini." Magus menopang dagunya dengan kedua tangannya dan merenung. Dia bertanya, "Karena tadi kau bilang bahwa dia adalah ibumu, lalu mengapa dia masih terlihat sangat muda?" “Aku tidak tahu,” Tyr sependapat, “Masuk akal kalau ibuku hampir berusia lima puluh tahun ini. "Mungkinkah kau telah mengenali orang yang salah?" "Itu tidak mungkin!" Tyr merasa sangat percaya diri. Pertama-tama, dia percaya bahwa tidak ada dua orang yang memiliki wajah yang sama di planet ini. Perasaan Tyr terhadap ibunya tidak akan pernah bisa mengecewakannya.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.