NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta yang TerlambatCinta yang Terlambat
Oleh: NovelRead

Bab 16

Zavier berhenti melangkah dan kembali menatap Thalia. Pupil mata Zavier yang gelap tampak datar. Namun, saat bertemu pandang dengan Thalia, entah kenapa jantung Zavier seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik. Namun, sesaat kemudian, Zavier kembali tenang dan menjawab dengan nada datar, "Nggak. Cyrus yang pilih." Suasana mendadak menjadi hening, Thalia tidak tahu harus bagaimana bereaksi. Haruskah dia merasa senang karena bukan Zavier yang memberikan kue mangga itu kepadanya atau haruskah dia merasa sedih mengetahui betapa acuh tidak acuhnya Zavier terhadapnya? Thalia merasa bingung, jadi dia mengepalkan tangannya dan merilekskannya kembali dengan pasrah. Zavier menatap Thalia. "Kenapa? Ada yang salah dengan kuenya?" Thalia membuka mulutnya, tetapi dia bingung harus berkata apa. Hanisha juga sudah menyusul, lalu berhenti di samping Zavier dan berkata sambil sedikit mengernyit, "Cuma kue, bakal ada masalah apa?" Hanisha pun menundukkan kepalanya dan melirik Thalia, lalu berkata dengan santai, "Aku tadi melihat Cyrus waktu memilih kue. Itu kue yang paling banyak mendapat ulasan positif di toko. Apa ada yang kurang memuaskan dari kue itu? Atau kamu ada permintaan lain?" Zavier tidak berkata apa-apa, ekspresinya juga terlihat biasa saja. Dia melihat ponselnya dan berkata, "Masih ada satu menit lagi sampai kerja dimulai. Kalau ada yang mau kamu sampaikan, langsung kabari aku saja." Thalia menggigit sudut bibirnya dan tiba-tiba tidak bisa berkata apa-apa. Zavier telah memesankannya kue, jadi apa lagi yang membuatnya tidak puas? Setidaknya, kali ini Zavier mengingatnya dan tidak mengabaikannya. Sekalipun Thalia juga tidak bisa memakan kue itu. Namun, tetap saja Zavier yang memesannya. Itu sudah cukup. Lagi pula, Thalia cukup mengenal Zavier. Bagi Zavier, ini hanyalah kue ulang tahun. Tidak jadi masalah siapa yang membelinya atau seperti apa rasanya. Jadi, sekalipun Thalia menanyakan soal ini, paling Zavier hanya akan menyuruh Thalia untuk membeli yang baru apabila Thalia memang merasa tidak puas. Namun, Thalia tidak menginginkannya lagi. Jika dia meminta lebih, dia akan terlihat seperti sedang bersikap tidak masuk akal. Thalia pun memaksakan seulas senyuman, lalu berkata, "Nggak ada masalah kok, aku hanya ... hanya ingin mengucapkan terima kasih padamu." Zavier mengangguk sebagai jawaban. Thalia menatap Zavier, hatinya terasa begitu pedih. Thalia tumbuh di lingkungan yang membuatnya terbiasa mengalah dan menyembunyikan perasaannya. Sekalipun ada yang tidak Thalia sukai, dia tidak dapat mengungkapkannya karena itu adalah kebaikan orang lain kepadanya. Jika Thalia menolak, itu berarti dia tidak tahu berterima kasih. Namun, ketika teringat ekspresi simpati dan terkejut Tiara saat melihat kue mangga itu, Thalia tetap memberanikan diri. Dia ingin memberi tahu Zavier lagi bahwa dia alergi terhadap mangga. Namun, dia tidak bisa mengatakannya. Karena dia tidak tahu apakah Zavier masih akan mengingat ulang tahunnya tahun depan atau tidak. Hanisha menatap Thalia dengan ekspresi datar, lalu tiba-tiba berkata, "Karena kuenya nggak bermasalah, apa kamu bisa pergi? Masih ada pekerjaan yang harus kubahas dengan Dokter Zavier." Thalia hendak mengatakan sesuatu, tetapi setelah mendengar apa yang dikatakan Hanisha, dia langsung menelan kata-katanya kembali. ... Operasi Zavier akan dilaksanakan pukul tiga dan Kepala Perawat mengatakan Hanisha juga akan ada di sana. Namun, pada pukul 14.10, pasien lanjut usia di kasur nomor 4 tiba-tiba mengalami kejang. Jarum infusnya pun tertancap jauh di dalam pembuluh darahnya sehingga darahnya menyebar ke mana-mana. Thalia dipanggil untuk menangani situasi tersebut, tetapi lelaki tua itu kembali keras kepala. Setelah kejang-kejangnya berhasil ditenangkan, dia tetap tidak ingin siapa pun mengobati lukanya. Tiara mendorong Thalia dan berkata, "Thalia, pergilah dan bujuk lelaki tua itu. Dia paling nurut denganmu." Thalia melihat jam. Waktu sudah menunjukkan pukul 14.45. Dia menatap pria tua di tempat tidur yang tampak keras kepala dengan darah di sekujur wajahnya itu, lalu berkata kepada Tiara, "Dokter Zavier akan melakukan operasi pengangkatan hematoma jam 3. Kamu ikut dengannya, biar aku yang urus di sini." Operasi pengangkatan hematoma tidak sulit, jadi Tiara tidak menolak. Tiara pun pergi ke ruang operasi. Zavier sedang berkomunikasi dengan dokter bius. Ketika melihat Tiara, Zavier terdiam sesaat. Lalu, Zavier bertanya, "Di mana dia? Kenapa dia nggak datang?"

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.