NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta yang TerlambatCinta yang Terlambat
Oleh: NovelRead

Bab 15

Thalia terdiam sesaat, lalu Cyrus melanjutkan, "Tadi kami baru saja makan di lantai bawah. Dokter Zavier sengaja membeli kue ini buatmu. Dia bilang kemarin ulang tahunmu." Cyrus tampak agak sungkan, mungkin karena kemarin dia secara terang-terangan mengatakan bahwa Thalia tuli. Cyrus pun memperlambat ucapannya dan berujar dengan suara pelan, "Suster Thalia, ternyata kemarin juga ulang tahunmu? Kalau begitu, aku ucapkan selamat ulang tahun. Aku masih ada urusan, jadi aku kembali ke kantor dulu. Silakan kamu nikmati kuenya." Setelah itu, Cyrus buru-buru berbalik badan dan berjalan pergi seolah-olah dia takut Thalia akan memanggilnya. Tiara juga ada di pos perawat. Begitu Cyrus pergi, dia langsung menghampiri Thalia dan bertanya, "Thalia, kemarin juga ulang tahunmu?" Thalia mengangguk. Tiara bertanya lagi, "Terus, kenapa kemarin kamu nggak bilang ...." Tiara sontak menyadari sesuatu sebelum selesai berbicara, jadi perkataannya terhenti di tengah jalan. Kemarin semua orang merayakan ulang tahun Hanisha, jadi tidak ada yang memperhatikan Thalia. Tiara terlambat menyadarinya. Pantas saja suasana hati Thalia menjadi buruk kemarin. Bagaimanapun juga, tidak ada yang ingat hari ulang tahunnya, tetapi dia harus tetap tersenyum dan merayakannya untuk orang lain. Siapa pun orangnya, pasti mereka juga akan merasa sedih berada di posisi seperti itu. Namun, Tiara melihat kue di sebelah dan mengedipkan matanya. Dia pun bertanya dengan hati-hati, "Thalia, kok Dokter Zavier memesan kue untukmu hari ini?" Tidak masalah jika orang luar tidak tahu ulang tahun Thalia, tetapi Zavier adalah tunangan Thalia. Apa jangan-jangan pria itu lupa? Namun, Zavier ingat untuk memesan kue ulang tahun bagi Hanisha kemarin. Tatapan Tiara yang penuh tanya tampak terlalu kentara. Kelopak mata Thalia bergetar. Dia mengatupkan bibirnya, lalu menegakkan punggungnya sedikit dan terdiam sejenak sebelum berbicara perlahan. "Poli sangat sibuk kemarin, aku juga sudah membahas soal ini dengannya." Kata-kata ini jelas sekali terdengar hanyalah sebuah alasan, tetapi Thalia tidak bisa memikirkan jawaban lain. Untungnya, Tiara tidak bertanya lebih lanjut. Thalia ingin mengalihkan perhatian Tiara, jadi dia berkata, "Untung saja kamu ada di sini. Ayo kita bagi kuenya dan makan bersama." "Oke!" Tiara membuka kotak itu sambil tersenyum, tetapi sontak tertegun saat melihat kue di dalamnya. Zavier memesankan kue mangga untuk Thalia. Semua orang di pos perawat tahu bahwa Thalia alergi terhadap mangga. Pernah ada yang membawakan mangga. Thalia hanya makan sepotong kecil, tetapi sekujur tubuhnya langsung dipenuhi ruam. Thalia juga melihat mangga itu dan pupil matanya langsung bergetar. Tangannya yang tergantung di samping tubuhnya perlahan menegang. Tiba-tiba, rasanya seperti ada bagian hatinya yang mendadak menjadi hampa. Thalia alergi terhadap mangga sejak kecil dan telah menyebutkan hal ini berkali-kali di depan Zavier. Thalia tidak percaya Zavier tidak ingat. Tiara menatap kue itu dan tidak tahu harus berbuat apa, dia hanya bisa menatap Thalia dengan ragu. Hati Thalia merasa begitu sakit hingga dia bahkan tidak punya tenaga untuk mencari alasan. Setelah beberapa saat, Thalia akhirnya berbicara dengan suara serak, "Tiara, ambil saja kue ini dan berikan pada Kepala Perawat. Aku mau periksa apa cairan infus pasien di kasur nomor 4 masih sisa atau nggak." Benar-benar sebuah alasan yang buruk untuk melarikan diri, tetapi Thalia tidak peduli. Dia berbalik badan dan turun ke bawah. Thalia baru merasa bisa bernapas lagi setelah menjauh dari aroma disinfektan. Dia bahkan tidak bisa menggambarkan sensasi hampa dalam hatinya, yang jelas terasa begitu sakit dan pedih. Thalia tidak berani tetap di lantai bawah terlalu lama. Selang beberapa menit kemudian, Thalia pun kembali ke poli. Dia pergi menghampiri pasien di kasur nomor 4 untuk memeriksa infus yang terpasang, lalu keluar hanya setelah memastikan tidak ada masalah. Begitu keluar dari kamar rawat, dia bertemu Zavier dan Hanisha yang keluar dari lift bersama. Langit sedang cerah, sinar matahari bersinar melalui jendela besar yang terbentang dari langit-langit di koridor dan menyinari Zavier. Zavier tidak mengenakan jas dokternya dan hanya mengenakan kemeja putih sederhana. Zavier memiliki tubuh yang tinggi, ramping dan tegap. Lengan kemejanya digulung hingga siku, memperlihatkan lekuk lengan bawahnya yang indah dan kekar. Thalia terdiam sesaat. Dia ingin menghindar, tetapi Zavier sudah menyadarinya. Zavier pun mengangkat pandangannya dan menatap Thalia dengan pupil matanya yang hitam. "Thalia." Tubuh Thalia sedikit menegang dan dia tidak berani bergerak. Zavier sedikit mengernyit, lalu kakinya yang panjang segera melangkah menghampiri Thalia. Aroma segar dan bersih khas Zavier langsung tercium oleh hidung Thalia. Zavier menurunkan pandangannya dan berujar dengan nada yang tenang, "Cyrus sudah membawakan kuenya untukmu?" "Ya." Thalia hanya balas mengangguk dengan kaku. Zavier tampaknya tidak menyangka Thalia akan bereaksi seperti ini, dia terlihat sedikit terkejut. Dia menatap Thalia sejenak, lalu mengganti topik pembicaraan, "Ada operasi pukul tiga, jadi bersiaplah." Thalia akan mengikuti setiap operasi yang dilakukan oleh Zavier. Karena dialah orang yang paling bisa bekerja sama dengan Zavier. Thalia mengangguk. "Aku mengerti." Entah mengapa, Zavier merasa sedikit tidak nyaman dengan reaksi Thalia. Namun, Zavier juga tidak tahu pasti apa yang membuatnya tidak nyaman, jadi dia mengabaikannya. Thalia menatap Zavier yang bersiap pergi, napasnya tercekat dan tiba-tiba dia berkata, "Zavier." Zavier berhenti dan berbalik menatap Thalia. Jantung Thalia berdebar kencang dan tenggorokannya terasa kering, tetapi dia masih ingin bertanya, "Apa kamu sendiri yang memilih kue itu?" Tatapan Thalia tampak polos dan teguh saat menunggu jawaban Zavier.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.