NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta yang TerlambatCinta yang Terlambat
Oleh: NovelRead

Bab 17

Tiara tahu yang Zavier maksud adalah Thalia, jadi Tiara menjawab, "Ada keadaan darurat di kamar rawat. Thalia sedang sibuk di sana dan memintaku yang menggantikannya di sini." Zavier terdiam sejenak, lalu menurunkan pandangannya dan tidak berkata apa-apa. Mereka masih dalam tahap persiapan dan pasien belum datang. Tiara berpikir sejenak, lalu memanggil dengan ragu-ragu, "Dokter Zavier." Zavier menundukkan kepalanya dan mulai bersiap. "Apa?" Tiara dan Thalia masuk ke rumah sakit pada waktu yang sama, mereka juga selalu akrab. Saat teringat akan ekspresi sedih Thalia siang tadi, Tiara jadi ingin membela Thalia. Thalia pun menatap Zavier. "Dokter Zavier, kamu pasti ingat kalau Thalia alergi mangga, 'kan? Tentu saja aku tahu kalau kamu biasanya sangat sibuk dan terkadang mungkin lupa .... Tapi, masa kamu memesankan kue mangga untuk kue ulang tahun Thalia?" "Itu bukan sesuatu yang pantas, 'kan?" bisik Tiara lagi. Sebenarnya, Tiara merasa sedikit bersalah ketika mengatakan ini. Bagaimanapun juga, ini urusan Thalia sendiri dan tidak ada hubungannya dengannya. Namun .... Kue mangga siang itu akhirnya dibagikan kepada orang lain di pos perawat. Setelah mengetahui bahwa itu adalah kue ulang tahun yang dipesan Zavier untuk Thalia, meskipun tidak ada yang mengatakannya secara langsung, tetap saja ada beberapa orang yang diam-diam masih membahasnya. Tiara tidak berani mengatakan kata-kata itu pada Thalia, tetapi dia tetap merasa kasihan pada Thalia. Zavier pun terdiam sejenak, sorot tatapannya tampak meredup. Bibirnya yang tipis sedikit terkatup rapat seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. Pantas saja tadi siang Thalia bertanya padanya apakah dia yang membeli kue itu. Zavier menurunkan pandangannya dan menjawab dengan nada datar, "Aku lagi berdiskusi dengan Dokter Hanisha tadi siang, jadi Cyrus yang pesan kue itu. Cyrus nggak tahu kalau dia alergi mangga." Tiara terdiam dan tidak tahu harus berkata apa. Pengangkatan hematoma bukanlah operasi besar dan selesai dengan cepat. Tidak lama setelah Thalia menenangkan pasien di kasur nomor 4 dan menyiapkan obat, Tiara pun kembali. Zavier juga kembali bersama Tiara. Karena Zavier baru saja selesai operasi, wajahnya tampak sedikit lelah. Namun, kelelahan itu tidak begitu jelas terlihat karena jas dokter Zavier yang rapi. Pembawaan pria itu justru lebih terkesan tenang. Zavier menatap Thalia, tetapi Thalia menghindari tatapannya. Thalia justru menundukkan kepalanya dan lanjut dengan rusannya sendiri. Sikap Thalia ini tidak seperti sebelumnya. Dulu setiap kali melihat Zavier datang, Thalia akan bertanya dengan penuh perhatian apa ada sesuatu yang Zavier butuhkan. Namun, Zavier tetap berkata, "Ayo nanti pulang denganku." Thalia tertegun sejenak dan tidak bereaksi, sedangkan Zavier sudah berjalan pergi. Tiara baru bisa beristirahat selepas membantu di ruang operasi. Dia sedang asyik melihat-lihat ponselnya ketika tiba-tiba bertanya dengan heran, "Ya ampun! Kamu tahu nggak siapa pasien di kasur nomor 5?" Perawat lain langsung menjawab, "Kamu baru saja keluar dari ruang operasi, tapi kami sudah lihat beritanya dari tadi. Bukankah pasien di kasur nomor 5 itu pengusaha wanita yang terkenal?" "Sebelum ini, Kepala Perawat-lah yang bertanggung jawab atas pasien di kasur nomor 5. Kepala Perawat pandai sekali menyimpan rahasia. Tapi, entah siapa yang membocorkannya, yang jelas beritanya jadi heboh. Sekarang, segala macam informasi tentang pasien itu, bahkan penyakitnya, telah bocor. Katanya saham perusahaannya anjlok." Tiara sedang mengobrol dengan para perawat lain, tetapi Thalia tidak memperhatikan. Rumah sakit memiliki peraturan bahwa privasi pasien tidak boleh sampai diungkapkan. Setelah semuanya selesai, Thalia pun mengeluarkan ponselnya. Awalnya dia ingin mengirim pesan kepada Nila dan mengajaknya makan, tetapi Andre ternyata mengiriminya pesan. [Nanti malam pulang.] Pesan itu hanya berisi tiga kata yang pendek. Sebagian besar obrolan antara Thalia dan Andre hanya berupa kalimat yang singkat, pendek dan jelas seperti sedang memberikan titah. Thalia mengatupkan bibirnya. Pantas saja Zavier mengajaknya pulang bersama malam ini. Sepulang kerja, Thalia menunggu Zavier di luar ruang praktik dokter. Zavier dan Hanisha keluar bersama. Zavier melirik Thalia, lalu berkata dengan wajahnya yang tampan itu, "Ayo pergi." Zavier pun melangkah pergi dengan Hanisha di sampingnya. Thalia terdiam sesaat, lalu berjalan mengikuti dari belakang. Thalia memperhatikan Zavier dan Hanisha yang mengobrol dengan gembira. Dia mendengarkan mereka mendiskusikan keberhasilan operasi terbaru. Thalia tertegun sejenak, tetapi dia harus mengakui bahwa Zavier dan Hanisha tampak sangat serasi saat berdiri bersama. Setibanya di tempat parkir, Hanisha langsung membuka pintu penumpang di samping pengemudi dan masuk. Sementara itu, Thalia membuka pintu belakang. Dia melihat ada setumpuk dokumen dan buku di atas kursi belakang. Selain itu, ada pula jaket wanita anti angin di sana. Thalia melihat Hanisha mengenakan jaket anti angin ini kemarin. Hanisha yang duduk di kursi samping pengemudi pun menoleh dan berkata dengan nada santai, "Saat kamu masuk ke mobil, jangan sampai buku dan dokumen itu berserakan. Aku sudah bekerja keras untuk menyusunnya dan aku harus membawanya pulang nanti." Hanisha terdiam sejenak, lalu menambahkan, "Dan jangan mengotori bajuku."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.