Bab 11
Nada bicara Zavier begitu rendah. Jika bukan karena pria itu mengernyit, pasti tidak akan ketahuan pria itu sedang bertanya.
Thalia mundur selangkah dan segera menundukkan pandangannya sambil berusaha menyembunyikan penampilannya saat ini, lalu menjelaskan dengan suara pelan, "Nggak kok, tadi hanya ada serangga yang terbang ke mataku."
Kernyitan Zavier pun mengendur dan dia berhenti memikirkan soal ini. Dia hanya bertanya, "Alat bantu dengarmu kenapa?"
Thalia tidak langsung menanggapi, tetapi akhirnya berkata, "Sudah beres."
Namun, suara Thalia terdengar begitu pelan dan agak serak. Sudah pasti ada yang salah.
Thalia pun mengangkat pandangannya lagi dan menatap Zavier dengan waspada. Dia perlahan memegang ponselnya dengan lebih erat, lalu memberanikan diri untuk bertanya, "Apa kamu ke sini untuk mencariku?"
Zavier tidak menyangkalnya. "Wisnu memintaku untuk datang mencarimu. Dia bilang kamu lagi nggak senang. Kenapa kamu nggak senang?"
Bulu mata Thalia bergetar dan dia terdiam, tidak tahu harus bagaimana menjawab.
Haruskah dia memberi tahu Zavier bahwa hari ini juga hari ulang tahunnya?
Masalahnya, Thalia tidak berani mengutarakannya.
Zavier menyadari layar ponsel di tangan Thalia yang masih berkedip, jadi dia berujar mengingatkan, "Angkat dulu teleponnya."
Thalia menjawab telepon seperti boneka yang mengikuti instruksi Zavier.
Detik berikutnya, suara Nila yang riang pun langsung terdengar dari ujung telepon sana. "Thalia! Kejutan! Selamat ulang tahun!"
"Coba tebak aku lagi sama siapa? Aku ketemu Jackry dan dia bilang hari ini ulang tahunmu, jadi aku baru ingat. Maaf sekali, Sayang, aku terlalu sibuk. Nanti aku ganti rugi begitu wawancara ini selesai dan aku sudah pulang, oke?
Suara Nila terdengar begitu jelas dan lantang. Thalia selalu menyetel volume ponselnya cukup tinggi karena masalah pendengarannya.
Jantung Thalia seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik. Dia mengangkat pandangannya dan bertemu dengan tatapan Zavier yang tampak mendalam.
Thalia mencengkeram ponselnya erat-erat, lalu berujar dengan suara pelan kepada Nila, "Nanti kita bicarakan soal ini setelah kamu pulang. Aku masih di rumah sakit, nanti kutelepon lagi setelah aku pulang."
Setelah itu, Thalia menutup telepon.
Suasana di antara Zavier dan Thalia pun menjadi hening hingga akhirnya Zavier berbicara lebih dulu dengan bertanya, "Hari ini ulang tahunmu?"
Jantung Thalia yang tadinya berdebar dengan kencang pun terasa langsung hancur. Dia hanya balas mengangguk dengan termangu. "... Ya."
Zavier adalah orang yang sangat cerdas dan merupakan seorang genius yang terkenal. Pria itu juga memiliki ingatan yang luar biasa dan mampu mengingat apa pun yang dia lihat.
Jelas-jelas Zavier sudah berulang kali merayakan ulang tahun Thalia sebelumnya, jadi bagaimana mungkin Zavier tidak ingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Thalia?
Thalia mengatupkan bibirnya dan meralat pikirannya. Zavier bukannya tidak ingat ini hari apa, pria itu hanya tidak mau mengingatnya.
Zavier pun terdiam sejenak sebelum bertanya lagi pada Thalia, "Kok tadi kamu diam saja?"
"Aku ... lupa," jawab Thalia dengan suara pelan.
Zavier menatap Thalia tanpa berkata apa-apa, hanya ada sedikit perasaan yang berkecamuk di wajah Zavier yang putih dan mulus itu.
Zavier sedikit mengernyit seolah sedang memikirkan sesuatu.
Beberapa saat kemudian, Zavier berkata dengan suara tenang, "Karena hari ini ulang tahunmu, nanti pas pulang akan kupesankan kue. Tapi, untuk sekarang jangan usik ulang tahun Hanisha."
"Kalau kamu bersikap begitu, nanti dia berpikir yang macam-macam."
Ini adalah pertama kalinya Thalia mendengar Zavier mengungkapkan rasa khawatirnya walaupun bukan dia yang pria itu khawatirkan.
Kepribadian Zavier memang berbeda dari orang lain sejak kecil. Zavier selalu tenang dan mampu mengendalikan diri. Pembawaannya seolah-olah tidak ada yang bisa memengaruhinya.
Thalia menatap Zavier dan menelan rasa pahit dalam hatinya, lalu bertanya dengan suara pelan, "Kamu takut Hanisha merasa nggak senang?"
Zavier balas menatap Thalia dan berkata, "Aku hanya lagi mengingatkanmu untuk jangan melakukan apa pun yang bisa merusak kesenangan orang lain."
...
Thalia akhirnya mengikuti Zavier kembali ke kantin. Namun, Thalia hanya duduk diam di sudut dan tidak berniat ikut bersenang-senang.
Tiara menghampirinya dan bertanya, "Apa alat bantu dengarmu baik-baik saja?"
"Ya."
Tiara menatap Thalia, lalu mengedipkan matanya dan berkata sambil tersenyum, "Tadi Dokter Zavier memarahi Cyrus karenamu."
Cyrus adalah dokter yang mengatakan betapa disayangkan bahwa Thalia tuli.
"Masa?" tanya Thalia dengan suara pelan.
"Ya. Dokter Zavier bilang Cyrus nggak menghormati orang lain dan nggak pantas jadi dokter."
"Thalia, ternyata Dokter Zavier bisa membelamu juga, ya," kata Tiara.