NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta di Ujung SenjaCinta di Ujung Senja
Oleh: NovelRead

Bab 7

Seminggu kemudian, Rani boleh pulang dari rumah sakit. Lukanya sudah sembuh, tapi dia masih belum boleh olahraga berat dalam waktu dekat. Setelah mengetahui profesi Rani, dokter menyarankannya agar tidak buru-buru ikut pertandingan dalam waktu dekat. Tapi pertandingan tingkat internasional ini sangat penting bagi Rani. Dia harus membangun namanya sendiri. Apalagi klub balap juga sudah dibeli oleh Keluarga Sardi. Dia merasa dirinya tidak akan bisa terus berlama-lama dalam klub tersebut. Untung saja pelatihnya sudah mendaftarkannya ke pertandingan. Sekarang pendaftaran sudah ditutup. Jadi, meski Jodi baru tahu sekarang, hal itu tidak akan berpengaruh. Baru saja sampai di depan pintu rumah sakit, ponsel Rani berdering. Saat melihat siapa nama penelepon, raut wajahnya sontak tegang. Orang tua yang sudah lama tidak menghubunginya, sekarang tiba-tiba meneleponnya. Firasat buruk seketika mencuat dalam hatinya. Benar saja. Setelah pulang ke rumah, dia melihat Jodi sudah di sana. Sementara wajah kedua orang tua Rani sendiri tampak penuh senyum demi menyenangkan Jodi. Melihat Rani datang, ayah wanita itu langsung berkata dengan dingin. "Tuan Jodi datang mau membatalkan pertunangan kalian. Anak durhaka, apa yang sudah kamu lakukan!" Ibu Rani juga ikut menambahkan. "Tuan Jodi datang sendiri ke sini mau membatalkan pertunangan kalian. Kalau kamu memang buat salah, cepat minta maaf padanya biar masalahnya selesai." Rani tersenyum mengejek usai mendengar betapa kompak kedua orang tuanya. Mereka sama sekali tidak menanyakan alasannya, dan langsung menuduh Rani yang sudah buat salah. Ini semua begitu ironis sekaligus menyakitkan bagi Rani. Dia sudah berhari-hari dirawat di rumah sakit, tapi kedua orang tuanya sama sekali tidak menjenguknya. Sebaliknya, mereka langsung panik saat Jodi datang mau membatalkan pertunangan. Dada Rani terasa sesak seolah ada yang mengganjal di dadanya. Dia mencoba untuk tetap tenang dan menatap lurus ke arah Jodi. "Katakan sendiri alasan kenapa kamu mau membatalkan pertunangan." Jodi mengerutkan kening dan merasa tidak nyaman. Tapi dia tetap menjelaskannya. "Aku menyukai orang lain. Aku nggak bisa menikahi Rani. Tapi karena aku yang mau membatalkan pertunangan, jadi Keluarga Sardi akan memberi kompensasi." Ayah dan ibu Rani membeku seketika. Mereka tidak menyangka semuanya jadi begini. Jodi mengeluarkan sebuah dokumen. Ayah Rani menatapnya dan langsung tersenyum senang. Ayah Rani segera menandatangani dokumen itu tanpa ragu sama sekali. Rani memeluk dirinya sendiri. Sekujur tubuhnya tiba-tiba terasa dingin. Pernikahannya sudah seperti transaksi. Bagi kedua orang tuanya, pernikahannya hanyalah alat yang bisa dipakai untuk mendapatkan keuntungan kapan pun. Rani tidak mau melihat hal ini lagi. Dia berbalik mau pergi. Tapi Jodi malah tiba-tiba memanggilnya. "Mulai hari ini, pertunangan kita batal. Kita sudah nggak punya hubungan apa-apa lagi. Aku harap kamu nggak melakukan tindakan ekstrem lain." Rani menoleh ke arahnya. Dengan wajah tanpa ekspresi dia membalas ucapan pria itu dengan dingin. "Aku bukan manusia rendahan. Ada banyak pria yang memujaku. Aku nggak akan memungut sampah yang sudah kubuang." Wajah Jodi sontak berubah drastis usai mendengarnya. Terasa ada yang menganjal dalam hatinya, membuatnya mau marah. Ayah dan ibu Rani langsung memarahi putri mereka. Tapi Rani yang mendengar suara mereka dari belakang, malah tersenyum sinis. Dia tidak akan kembali lagi ke rumah ini. Mulai hari ini, dia tidak punya hubungan apa pun dengan Jodi. Rani keluar dari rumah dan langsung naik taksi ke klub balap. Setelah seminggu terbaring di ranjang rumah sakit, dia ingin segera melihat mobil balapnya. Rani melihat mobil balap nomor 06 miliknya terbengkalai di gudang. Mobil itu sudah tidak bisa diperbaiki lagi dan jadi rongsokan. Rani menatapnya pilu. Dia sudah menganggap mobil balapnya seperti anak sendiri. Saat ingat siapa yang sudah merusak mobilnya, kebencian kembali memenuhi hati Rani. Rani menghabiskan waktunya di gudang untuk membersihkan dan memperbaiki mobil lainnya. Tapi tiba-tiba terdengar keributan di luar. Dia mengerutkan kening dan melihat orang-orang sudah berkumpul. Sirkuit balap sudah penuh dengan bunga-bunga. Ada satu mobil balap di tengah hamparan bunga itu. Rani menyipitkan mata melihat mobil tersebut. Itu merupakan mobil yang sempat dia pesan untuk dipakai ikut pertandingan internasional. Seharusnya mobil itu masih di pabrik, kenapa bisa ada di sini. Rani langsung merasakan firasat buruk. Suara sorakan orang-orang terdengar dari segala arah. Di antara kerumunan itu, Rani melihat dua orang yang dia kenal. Jodi sedang membawa buket bunga. Pria itu berlutut satu kaki sambil menatap Wina. "Wina, sejak kamu menyelamatkanku tujuh tahun lalu, aku sudah jatuh cinta padamu. Sejak itu aku bersumpah akan selalu menemanimu." "Kamu pasti sudah melihat ketulusanku selama bertahun-tahun ini. Aku rela melakukan apa pun demi kamu. Maukan kamu menikah denganku?" Orang-orang di sekitar sontak berteriak heboh. "Terima! Terima!" Wina merasa sedikit tidak enak mendengar ucapan Jodi barusan. Sebab bukan dia yang sudah menyelamatkan pria ini dulu. Namun, dia tiba-tiba melihat Rani di kerumunan. Raut wajah Wina sontak berubah dan langsung menatapnya dengan tatapan menantang. Kemudian, Wina tersenyum dan mengulurkan tangan untuk meraih tangan Jodi. "Ya, aku mau. Mobil di belakang ini, hadiah untukku?" Jodi tampak bersemangat. Dia langsung memeluk erat Wina di tengah sorakan orang-orang. "Mobil ini memang hadiah untukmu. Kamu sudah lama menginginkannya, 'kan?" Rani tidak tahan lagi mendengarnya. Dia mendorong orang-orang di depannya dan maju sampai ke tengah. Tanpa mengatakan apa-apa, dia tiba-tiba menampar Jodi. "Ini mobil balap pesananku, apa hakmu berani memberikannya buat dia!"

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.