NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta di Ujung SenjaCinta di Ujung Senja
Oleh: NovelRead

Bab 8

Orang-orang langsung heboh membahasnya. Pelatih yang mendengar hal itu juga langsung maju. Jodi mengusap wajah, lalu menatap Rani dengan ekspresi rumit. Sebaliknya, Wina berdiri di depan Jodi sambil menatap tajam Rani. "Apa hakmu berani menampar Jodi!" Rani sudah menggerakkan tangannya. Dia masih sakit hati karena ulah dua orang ini. Raut wajahnya sama sekali tidak berubah. "Ini mobil balapku. Dari mulai merakit sampai menyetelnya, semua kulakukan sendiri. Bahkan namaku terukir di setirnya. Kalian berdua berani mengklaimnya jadi milik kalian?" Tatapan Wina terlihat begitu tajam seolah bisa memercikkan api. Dia tidak tahan lagi melihat Jodi yang kembali terhasut Rani. Dia pun maju dan mau menampar Rani. Dengan marah dia berteriak. "Jangan kira aku nggak tahu! Jodi kan sudah memberimu 100 miliar! Mobil balapmu ini sudah dibeli!" Rani tidak tinggal diam. Dia meraih pergelangan tangan Wina yang mau menamparnya. Lalu tersenyum meremehkan usai mendengar ucapan barusan. "100 miliar itu cuma untuk mobil yang sudah kamu rusak. Sedangkan mobil ini, nggak bisa dibeli pakai uang segitu!" Wina hanya seorang pemula yang tidak tahu harga mobil balap yang sudah dimodifikasi. Makanya dia tidak peduli dan terus marah-marah. Melihat pertengkaran makin memanas, pelatih berdiri di tengah dan mencoba melerai. Rani adalah bintang di klub balap ini. Dia harapan mereka untuk memenangkan kejuaraan. Sementara Jodi adalah pemilik klub ini. Keluarga Sardi sudah banyak berinvestasi untuk klub ini. Dua orang itu jelas tidak boleh sampai tersinggung. Padahal hubungan Rani dan Jodi sebelumnya sudah lumayan akur. Tapi sekarang malah ribut begini gara-gara Wina. Pelatih yang paling menderita kalau begini. Rani sudah lama berada di klub balap ini. Rekan-rekan yang tahu awal perkaranya pun memihaknya. Mereka langsung menatap Wina dengan tatapan menyalahkan. Wina jelas tidak terima diperlakukan begini. Dia meraih tangan Jodi sambil memasang wajah sedih. "Jodi, katamu kamu rela memberiku semua yang aku mau. Hari ini kamu menyatakan cintamu padaku. Mobil itu jelas sangat berarti buatku. Aku benar-benar menginginkannya." Jodi mengelus lembut kepala wanita itu. "Tenang, aku akan menuruti semua maumu." Rani mengepalkan kedua tangannya tanpa sadar saat melihat adegan barusan. Hatinya sudah hancur sampai mati rasa. Tapi melihat adegan barusan tetap terasa perih baginya. Rani berusaha menelan pil pahit ini dan tetap terlihat tenang. Dia mau bertanding sebentar lagi, dan mobil itu tidak boleh jadi milik orang lain. Kedua matanya bertemu pandang dengan Jodi. Ucapan pria itu bagaikan pisau yang mengiris hati Rani. "Katakan apa syaratnya? Apa 160 miliar cukup? Jangan pakai cara begini lagi buat cari perhatianku." Rani mendengus. Dia tidak menyangka Jodi sepercaya diri ini. Dia menatap Jodi sambil menjawab tegas. "Jodi, jangan sombong. Kamu pikir kamu siapa? Buat apa aku cari-cari perhatianmu? Sebanyak apa pun uangmu, aku nggak akan menjual mobilku." Suasana jadi makin tegang. Jodi merasa kalau Rani yang ada di depannya benar-benar berubah. Dulu, saat wanita ini menatapnya, masih ada kelembutan di tatapan itu. Tapi kini tatapan Rani padanya benar-benar dingin. Jodi tiba-tiba panik tanpa sebab. Dia menyukai Wina, tapi malah punya perasaan aneh begini pada Rani. Jodi meraih tangan Rani, berusaha menenangkannya. Wina adalah orang paling penting bagi Jodi. Dia akan memberikan apa pun yang wanita itu mau. Melihat Rani di depannya, Jodi pun yakin dengan keputusannya. "Kalau kamu nggak mau menyerahkan mobil itu hari ini, silakan keluar dari klub. Jangan lupa, klub ini milik Keluarga Sardi sekarang." Usai kalimat barusan terlontar, orang-orang di sekitar sontak berteriak kaget. Mobil balap itu sangat berarti bagi Rani. Tidak ada yang lebih tahu soal itu selain Jodi. Kini pria itu terlihat memasang senyum puas. Dia kira Rani akan setuju karena ancaman barusan. Apalagi, klub ini adalah klub dengan teknologi serta sirkuit terbaik di negara ini. Tapi jawaban Rani malah membuatnya terdiam mematung. "Baiklah, aku keluar. Tapi mobil balapku dan semua barangku, akan ikut kubawa pergi." Orang-orang berteriak kaget. Mereka langsung menyarankan Rani untuk mempertimbangkan keputusannya lagi. Tapi nyatanya Rani sudah dari jauh mempertimbangkan hal ini. Klub balap saat ini sudah berubah. Sejak Jodi memasukkan Wina lewat jalur orang dalam, Rani sudah ingin keluar dari klub. Keluar sekarang adalah pilihan terbaik. Pelatih tadinya masih mau menasihati. Tapi dia kemudian melihat ekspresi Wina yang tampak agresif. Pelatih pun menghela napas. "Aku juga sudah tua. Kalau Rani keluar, aku juga nggak punya alasan untuk tetap tinggal. Aku ikut keluar."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.