NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta Ditukar DustaCinta Ditukar Dusta
Oleh: NovelRead

Bab 8

Sesampainya di tempat pesta, untuk pertama kalinya Sebastian berjalan di belakang, memberi isyarat agar Sita membuka pintu. Dengan bingung, Sita mendorong pintu. Suara ledakan kembang api terdengar, membuat Sita terkejut dan menutup mata. Saat membuka mata lagi, yang terlihat adalah ruang pesta dengan dekorasi indah. Di dinding tergantung sebuah spanduk bertuliskan "Selamat ulang tahun ke-28, Sita". Hatinya bergetar halus, tetapi matanya dipenuhi kebingungan. "Sita, selamat ulang tahun." Suara Sebastian lembut sambil menyerahkan seikat bunga violet yang segar dan memikat. Itu adalah bunga favorit Sita. Dulu saat Christian menyatakan cinta, dia menyiapkan 999 tangkai bunga violet untuknya. Mengingat ekspresi malu-malu Christian waktu itu, Sita tidak dapat menahan senyum. Mata Sebastian sempat tampak terpesona sekejap, tetapi akhirnya kembali tenang. Dia memberi isyarat, dan Cynthia mendorong sebuah kue besar ke hadapan mereka. Wanita itu tersenyum penuh rasa bersalah. "Maaf Nona Sita, karena aku kamu terluka. Kue ini sebagai permintaan maafku padamu." Sita malas menanggapinya, dan hanya mengangguk ringan. Baru setelah itu Sebastian memberi tanda untuk mematikan lampu dan menyalakan lilin, menyuruh Sita membuat permohonan. Dia membuat tiga permohonan. Setiap permohonan berkaitan dengan Christian. Dia ingin menemukan Christian, menemukan pemuda itu dalam keadaan sehat tanpa kekurangan, dan menghabiskan hidup bersamanya sampai tua. Ketika hampir selesai mengucapkan permohonan ketiga, ponsel Sebastian tiba-tiba berdering. Pria itu melangkah ke luar untuk mengangkat telepon, sementara Sita membuka mata dan bersiap meniup lilin. Namun, tiba-tiba seseorang menekan kepalanya ke bawah! Api lilin hampir membakar wajah, Sita spontan mundur. Belum sempat berdiri tegak, satu ember kecap jatuh dari atas, disusul bantal bulu yang menghantam kepalanya. Begitu bantal meledak, bulu-bulunya menempel di seluruh tubuh Sita. Di tengah gelak tawa, suara jepretan kamera, dan kilatan lampu, Sita membuka mata dan melihat senyum mengejek Cynthia. Tatapannya penuh kebencian, bibirnya bergerak membentuk kata "mampus". Sita akhirnya tidak bisa menahan diri, meraih segenggam kue dan menamparkannya ke wajah Cynthia, lalu menamparnya beberapa kali lagi. Mendadak sebuah dorongan kuat menerjang, Sita terdorong ke samping, pergelangan tangannya terbentur lemari dan terdengar suara "krek". Sita meringis menahan sakit, mengangkat kepala dan melihat Sebastian memeluk Cynthia, dengan cemas memeriksa luka-lukanya. "Sita! Cynthia bermaksud baik mengadakan pesta ulang tahunmu, bagaimana bisa kamu ... " Suara marah Sebastian seketika terhenti begitu melihat keadaan Sita. Dalam cahaya lilin yang redup, gaun putih Sita kotor oleh kecap, tubuhnya ditutupi bulu-bulu. Pemandangannya terlihat lucu. Namun, wajahnya yang pucat berlebihan, tatapan bencinya, dan air mata yang terus menetes, seolah-olah menendang keras dada Sebastian, sangat menyakitkan. Sita gemetar karena marah. "Sebastian, ini kejutan ulang tahun yang kalian siapkan untukku?" Sebastian terdiam. "Maaf, aku nggak tahu ... " "Nggak perlu bicara lagi. Hal ini nggak akan aku biarkan." Sita melangkah dengan cepat keluar, menekan nomor kantor polisi: "Halo, selamat ... " Belum selesai bicara, ponselnya direbut oleh Sebastian yang mengejarnya, lalu telepon langsung diputus.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.