NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta Ditukar DustaCinta Ditukar Dusta
Oleh: NovelRead

Bab 9

"Sita, mereka tadi cuma bercanda denganmu." Sebastian mengulurkan tangan, ingin membantu menghapus kotoran di wajah Sita, tetapi dia menghindar. Sita tersenyum sinis. "Bercanda? Menekan kepalaku ke dalam kue yang masih menancap lilin menyala itu? Atau menyiramku dengan kecap sampai basah kuyup?" Ekspresi sedingin es di wajah Sita membuat Sebastian tiba-tiba panik, seolah-olah ada sesuatu yang sangat penting akan meninggalkannya. Dia menekan rasa tidak nyaman di hatinya, tetapi suara yang biasanya tenang itu tetap bergetar. "Sita, asal kamu nggak marah, nggak melapor polisi, apa pun yang kamu inginkan, akan kuberikan." Sita menatapnya lama, baru setelah itu berkata, "Aku ingin jam tangan yang dulu kuberikan padamu." Sebastian refleks memegang pergelangan tangan kirinya, entah kenapa dia ingin menolak. Namun saat itu, suara panik orang-orang di belakang terdengar. "Gawat, Cynthia pingsan!" Sebastian tidak sempat memikirkan apa pun. Dia cepat-cepat melepas jam itu dan menaruhnya di telapak tangan Sita, lalu langsung berbalik pergi. Menatap jam tangan yang masih terawat baik itu, Sita akhirnya tersenyum. Itu adalah hadiah pernikahan yang dulu ingin dia berikan pada Christian. Sayangnya, sebelum sempat diberikan, pemuda itu sudah kecelakaan. Belakangan, Sita memberikan jam itu kepada Sebastian, sebagai pemenuhan keinginannya. Sekarang barang itu kembali ke pemilik aslinya, tidak ada satu pun barang yang dimiliki Sebastian yang berkaitan dengan Sita. Dalam beberapa hari ke depan, semua dokumen yang dibutuhkan Sita sudah beres. Mulai sekarang, dia bukan lagi putri Keluarga Ismawan, bukan tunangan Sebastian, dia hanya dirinya sendiri. H-1 menuju hari keberangkatan, Sita membeli beberapa tiket pesawat dengan transit. Baru selesai membeli, Sebastian datang dengan wajah kejam. Dia mencengkeram Sita, begitu keras sampai seperti ingin menghancurkan tulang pergelangan tangannya. "Cynthia cuma bercanda denganmu, dan kamu malah membocorkan keberadaannya, biar Ivan menculiknya? "Kamu jelas tahu Ivan dendam padaku, kenapa kamu mengirim Cynthia kepada maut?!" Sita menahan sakit dan melepaskan diri. "Sebastian, kamu gila? Mana mungkin aku membunuh orang hanya karena hal seperti itu?" "Hah, kata-kata itu simpan saja buat dia!" Sebastian mendorongnya masuk mobil, melaju ke pinggiran kota. Kecepatan mobilnya makin tinggi, menerobos lampu merah berkali-kali. Di kepala Sita cuma satu hal, yaitu Sebastian sudah gila! Dia berusaha tetap tenang, dan menghubungi tim yang sudah disiapkan untuk rencana kematiannya. Baru mengirim lokasi, Sebastian sudah menariknya keluar dengan kasar dan melemparkannya ke tanah. Ponselnya terguling beberapa kali, layarnya pecah. Hati Sita tenggelam. Ketika mengangkat kepala, tepat di depannya adalah tebing yang dalam, membuat jantungnya berdebar dan seluruh tubuhnya gemetar hebat. "Orangnya sudah kubawa." Suara Sebastian terdengar dingin mengerikan. Di seberang, putra tidak sah Keluarga Hutomo, Ivan Hutomo, menarik Cynthia yang diikat dengan erat, sambil tersenyum menghina. "Demi wanita yang kamu sukai, Pak Sebastian sampai mengabaikan tunangan yang besok mau dinikahi." Sekejap, Sita memahami semuanya. Dia menatap Sebastian dengan tidak percaya. "Sebastian, kamu mau menukarku untuk mendapatkan Cynthia kembali? Kamu tahu Ivan membenciku, bagaimana bisa kamu ... " "Sita." Tatapan Sebastian sedingin batu. "Kalau bukan karena kamu membocorkan posisi Cynthia, dia nggak akan mengalami ini. Kamu harus menebusnya." Tanpa ampun, dia mendorong Sita ke depan. Lalu, dengan lembut dia menyambut Cynthia yang didorong Ivan, lalu membantu melepaskan ikatannya. Cynthia langsung memeluk leher Sebastian, dan menangis tersedu. "Sebastian, aku kira aku nggak akan bertemu lagi denganmu." Sebastian menyelimuti Cynthia dengan jasnya, menyeka air matanya dengan penuh kasih. "Maaf, aku datang terlambat." Dia mengangkat Cynthia dan pergi tanpa menoleh. Ivan menendang Sita keras-keras. "Sita, saat kamu menyusun rencana dan menyuruh Keluarga Ismawan menyingkirkan seluruh bisnis milikku demi Sebastian, pernah nggak kamu memikirkan akan ada hari seperti ini?" Ivan tertawa keras. "Untuk 'membalas'-mu, aku sudah menyiapkan hadiah besar." Selesai bicara, dia mendorong Sita hingga terjatuh. Dua puluh lebih pria berotot yang berjaga di sekeliling maju dengan pentungan, menghantamkan semuanya ke arahnya. "Ah!" Sita mendengar dengan jelas suara tulang kakinya patah. Sebastian sempat berhenti karena suara itu. Dia baru ingin menoleh, tetapi Cynthia meringis. "Sebastian, pergelangan tanganku sakit banget!" Pria itu pun melupakan segalanya. Dia menenangkan Cynthia, lalu pergi dengan mobil. Sita menatap mobil yang menghilang itu dengan putus asa, lalu memejamkan mata yang basah dengan air mata. Pukulan demi pukulan menghantam tubuhnya. Rasa sakit membuat kesadarannya kabur, dan darah segar terus keluar dari mulutnya. Di telinganya, suara Ivan terdengar penuh kebencian. "Setelah puas menghajar, foto hasilnya, dan kirim ke Sebastian sebagai hadiah pernikahan." Mendengar itu, Sita terbelalak dengan putus asa. Saat para pemukul lengah, dia mengerahkan seluruh tenaganya, dan berlari ke tepi tebing. Dia menatap Ivan dengan tatapan tajam penuh tekad. "Ivan, meski mati pun, aku nggak akan membiarkan kamu menang!" Selesai berkata begitu, Sita membiarkan tubuhnya jatuh ke belakang, terjun dari tebing ke sungai di bawah.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.