Bab 4
Cynthia menurunkan jendela, senyumnya manis dan menggoda: "Nona Sita, teman-temanku lagi sibuk, jadi hari ini aku hanya bisa keluar bersama kalian."
Sita tidak menanggapi, dan duduk di kursi belakang.
Setibanya di butik gaun pengantin, Cynthia langsung menarik Sebastian masuk.
Sita melihat sudut bibir pria itu melengkung, sebuah senyuman bahagia yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Manajer butik itu menyambut mereka dan memberi salam hormat kepada keduanya. "Pak Sebastian, Bu Sita, gaun pengantinnya sudah siap."
Sebastian baru menyadari ada yang tidak beres, dan agak mengernyit. "Tunanganku ada di belakang."
Ekspresi manajer butik itu menjadi canggung, wajah Cynthia juga sempat membeku.
Namun, Sebastian sudah menoleh pada Sita. "Pilih saja. Yang kamu suka, beli semuanya."
Sita datang hari ini hanya untuk formalitas. Mendengar itu, dia mengangguk dan langsung masuk.
Sebastian adalah orang yang serba sempurna. Meski tidak menyukai Sita, dia tetap menyediakan puluhan gaun untuk dipilih.
Sayangnya, Sita tidak berminat. Dia asal memilih satu dan masuk untuk mencobanya.
Saat keluar, dia melihat Sebastian yang sudah rapi, menemani Cynthia yang mengenakan gaun pengantin untuk berfoto.
Melihatnya datang, muncul rasa bersalah di mata Sebastian. Dia pun menjelaskan, "Dulu waktu menikah, Cynthia nggak sempat berfoto dengan gaun, katanya masih ada penyesalan. Kebetulan sekarang ada kesempatan, aku temani dia ambil dua foto."
Cynthia menyandarkan diri pada lengannya, dan tersenyum manis. "Nona Sita, ini hanya keinginanku yang kecil saja, nggak akan lama kok."
Sita mengabaikan provokasinya.
Lalu, dia pun mengangguk. "Oke, panggil aku kalau sudah selesai."
Meski sikap Sita sama seperti dulu, tetapi Sebastian merasa dia seolah-olah berubah, menjadi lebih tidak peduli padanya ...
Namun, Cynthia menariknya pergi, dan pria itu pun membuang rasa aneh itu dari pikirannya.
Lalu, sesi foto itu berlangsung seharian penuh.
Selain gaun yang dipakai Sita, Cynthia mencoba dan memotret semua gaun lainnya.
Dan Sebastian, yang biasanya tidak sabaran terhadap Sita, hari ini justru dengan sabar meladeni Cynthia dari awal hingga akhir.
Ketika Cynthia tidak puas, Sebastian menyuruh fotografer mengganti 99 pose pemotretan.
Ketika Cynthia mengeluh gaunnya tidak nyaman, Sebastian memanggil perancang pakaian untuk memperbaikinya saat itu juga;
Ketika Cynthia mengatakan kakinya sakit, Sebastian segera pergi membeli sepatu baru, berlutut membantu memakaikannya, bahkan memijat lembut pergelangan kakinya.
Sita teringat masa lalu, saat dia menemani Sebastian membahas kerja sama, seharian dia berjalan beberapa kilometer hingga kakinya bengkak.
Dia ingin meminta asisten membelikan sepatu datar dan kantong es.
Namun, Sebastian tidak mengizinkan. "Manja banget. Lain kali nggak usah ikut."
Karena takut pria itu kesal, Sita menahan rasa sakit itu.
Saat pekerjaan selesai, sepatu Sita sudah berdarah, dan bengkak di pergelangan kakinya meninggalkan cedera yang lama sembuhnya.
Sekarang dipikir-pikir, waktu itu dirinya benar-benar bodoh.
Setengah jam kemudian, langit di luar sudah gelap, barulah Cynthia akhirnya selesai berfoto.
Sebastian baru memperhatikan Sita yang menunggu begitu lama. Di matanya muncul sedikit rasa bersalah yang jarang terlihat.
Dia menarik tangan Sita, wajahnya agak melembut. "Hari ini kamu menunggu lama. Besok aku ajak kamu mengurus surat nikah."
Mendengar nada seolah-olah memberi amal itu, Sita hanya ingin tertawa.
Dia sendiri hanya perlu memotret beberapa lembar secara acak dan selesai.
Saat hendak berganti baju, Cynthia mengikuti masuk ke ruang ganti.
Berbeda dengan kelembutannya tadi, suara wanita itu kini tajam. "Sita, jangan kira hanya karena kamu bisa menikah dengan Sebastian, berarti kamu benar-benar Nyonya Hutomo. Orang yang dia cintai itu aku!"
Di luar dugaan, Sita, yang menurut rumor sangat mencintai Sebastian, kini hanya menatapnya dengan tenang.
"Lalu? Sekarang kenapa kamu nggak punya kemampuan untuk membuatnya membatalkan pernikahan? Nggak mau atau nggak bisa?"
Suara Sita sangat tenang.
Wajah Cynthia langsung berubah jelek dan terdistorsi.
Keluarga Hutomo adalah keluarga terkaya, sedangkan Cynthia menikah dua kali dan membawa satu anak. Ingin masuk ke Keluarga Hutomo hanyalah mimpi di siang bolong.
Dia hanya bisa mengandalkan kasih sayang Sebastian untuk mengucapkan dua kalimat tajam di depan Sita.
"Dasar perempuan murahan!"
Cynthia mengangkat tangan, ingin menampar Sita, tetapi karena memakai gaun pengantin, langkahnya goyah, membuat keduanya menabrak rak besi.
Rak yang menjulang hingga langit-langit itu langsung ambruk, menimpa mereka berdua dengan keras.