NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta Ditukar DustaCinta Ditukar Dusta
Oleh: NovelRead

Bab 3

Ucapan ini membuat ekspresi Sebastian makin dingin. Tatapan menyelidik di matanya membawa kerumitan yang tidak dapat dipahami oleh Sita. Bagaimanapun, Sita menghabiskan waktu lima tahun penuh untuk pindah dari kamar tamu ke kamar utama. Bahkan baru sebulan lalu, Sebastian bersedia berbagi ranjang dengannya. Namun sekarang, Sita justru mengusulkan menyerahkan kamar utama itu, sesuatu yang benar-benar di luar dugaan Sebastian. Sita tidak ingin banyak bicara. Dia berbalik dan naik ke lantai atas untuk mengambil barang-barangnya. Namun, dia diadang oleh Cynthia. "Nona Sita, aku baru bercerai dan nggak merasa aman. Sedikit saja ada gangguan aku akan ketakutan, dan aku nggak bisa tinggal berdekatan dengan orang asing." "Jadi ... bisa nggak Nona Sita pindah ke kamar di lantai tiga atau yang di bawah?" Begitu kata-kata itu jatuh, vila itu langsung tenggelam dalam keheningan. Di sudut, beberapa pelayan berbisik. "Tapi, selain lantai tiga, di vila ini sudah nggak ada kamar lain. Satu-satunya yang tersisa hanya kamar yang dulu untuk memelihara anjing ... " "Omong-omong, anjing itu kan hadiah Nona Cynthia untuk Pak Sebastian. Dia sendiri yang merawatnya cukup lama." Anjing itu sudah mati sebelum Sita pindah ke vila itu, dan selama lima tahun penuh, tidak ada yang masuk ke kamar itu. Sita memandangi Sebastian yang tengah tenggelam dalam pikirannya. Dia ingin mendengar jawaban pria itu. Namun, Cynthia lebih dulu berkata, "Sudahlah, aku pakai penutup telinga dan obat tidur saja. Sebastian sudah bersedia menampungku saja, aku sudah berterima kasih. Aku nggak boleh terlalu menuntut." Mendengar itu, Sebastian berhenti ragu. "Sita, kondisi tubuh Cynthia lemah, makan obat nggak baik buat dia. Kamu saja yang pindah ke sana." Di dalam hati, Sita mengejek. Setelah Christian mengalami musibah, Sita menderita insomnia parah, bahkan pernah dilarikan untuk diselamatkan karena kelebihan dosis obat tidur. Setelah Sebastian mengetahui hal itu, dia mengaturkan janji dengan dokter terkenal untuk Sita. Bahkan di depan media, pria itu sempat menunjukkan perhatian. Namun di balik itu, Sebastian tidak pernah sekalipun menanyakan keadaannya. Sekarang Cynthia baru sekadar menyebutkan, pria itu sudah panik seolah-olah ingin menanggung semuanya untuknya. Dia bahkan buru-buru memerintahkan pelayan mengganti tirai penghalang cahaya dan menyesuaikan jadwal kerja mereka sesuai kebiasaan Cynthia. Perbedaan antara mencintai dan tidak mencintai memang terlalu besar. Setelah menatap Sebastian ... Sita berbalik membawa barang-barangnya menuju kamar itu. Begitu pintu dibuka, bau apak menusuk hidung langsung menerpa. Bertahun-tahun tidak digunakan, kamar itu telah berubah menjadi gudang penuh debu. Sebastian tidak menyukai Sita, dan para pelayan Keluarga Hutomo pun ikut bersikap buruk padanya. Saat ini, semua pelayan mencari alasan untuk pergi. Sita memakai masker dan sarung tangan, dan membereskan kamar itu sampai bersih seorang diri. Saat Christian masih ada, dia tidak pernah membiarkan Sita melakukan pekerjaan rumah. Setelah pernikahan politik ini, demi menyenangkan Sebastian, Sita belajar melakukan segalanya. Dulu, ketika masih punya sandaran, Sita tidak merasa hal itu berat, tetapi sekarang dia merasa sangat tertekan. Namun, tinggal tiga belas hari lagi, dia akan benar-benar bebas. Ketika kamar itu akhirnya bisa ditinggali, langit di luar pun sudah terang. Sangat lelah, Sita langsung terlelap. Namun, tidak lama dia terbangun oleh ketukan pintu. Saat membuka pintu, Sebastian yang sudah rapi berdiri di luar. Sita mengernyit. "Ada apa?" "Bersiaplah, hari ini kita pergi mencoba gaun pengantin." Ekspresi Sebastian datar, tanpa sedikit pun kegembiraan, seolah-olah dia sedang menyelesaikan tugas. "Aku nggak mau ... " "Sita, aku nggak sedang berdiskusi denganmu." Suara Sebastian rendah. "Cemburu dan ngambek pun ada batasnya." Ternyata dia mengira sikap dingin Sita hanyalah karena cemburu padanya dan Cynthia. Sita terpaksa menelan kata-kata yang belum selesai itu. "Baik, aku ganti baju dulu." Ketika dia hendak membuka pintu kursi penumpang depan, Sebastian menahannya. "Sita, Cynthia sudah lama nggak pulang dan ingin jalan-jalan bersama kita. Dia mudah mabuk kendaraan dan harus duduk di depan."

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.