NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta Ditukar DustaCinta Ditukar Dusta
Oleh: NovelRead

Bab 5

Sita merasakan sakit yang tajam di kepala, dan darah segera mengaburkan penglihatannya. Wajahnya seketika pucat. Suara panik Sebastian terdengar. "Cynthia, Sita, kalian nggak apa-apa?" Sita berusaha membuka mata, dan tepat beradu pandang dengan tatapan cemas Sebastian. Sebastian biasanya tenang. Bahkan saat ada orang menodongkan pistol ke kepalanya, ekspresinya tetap datar. Namun, ini pertama kalinya dia benar-benar panik. Sita mencoba bicara, tetapi begitu membuka mulut, yang keluar hanyalah batuk perih dan rasa darah yang naik ke tenggorokan. Saat rak besi diangkat dari tubuhnya, Sita mendengar suara teriakan kaget dari berbagai arah. "Astaga, darahnya banyak sekali." "Ada obeng yang menusuk perutnya. Dengan darah sebanyak ini ... apa mungkin sudah mengenai organ dalam?" Bahkan Sebastian, yang selalu memperhatikan Cynthia, kini berlutut memeriksa keadaannya. Suara pria itu bergetar. "Tahan sedikit, aku sudah suruh manajer memanggil ambulans." Begitu dia selesai bicara, manajer butik berjalan mendekat dengan wajah tegang: "Pak Sebastian, di depan terjadi kecelakaan beruntun, hanya ada satu ambulans yang bisa masuk. Siapa ... yang harus diselamatkan dulu?" Waktu seolah-olah berhenti, Sita mendengar detak jantungnya sendiri begitu jelas. Di tengah hiruk-pikuk itu, naluri bertahan hidup membuatnya menatap Sebastian dengan penuh harap. "Sebastian ... aku ... " Saat itu, suara batuk keras Cynthia terdengar, menelan suaranya. "Sebastian, dadaku sakit banget ... Apa aku akan mati?" Setelah berkata begitu, Cynthia langsung pingsan. Wajah Sebastian tidak lagi ragu. "Sita, Cynthia sangat takut melihat darah, ini bisa mengancam nyawanya." "Kamu bertahan sebentar, aku akan panggil dokter pribadi untuk menyelamatkan kamu." Selesai bicara, dia mengangkat Cynthia dan pergi dengan langkah cepat. Sita merasa darah di seluruh tubuhnya mengalir keluar makin cepat. Tubuhnya kedinginan, menggigil tak terkendali, lalu tenggelam dalam kegelapan. Saat dia membuka mata lagi, dia sudah berada di ruang perawatan. Seorang perawat sedang melakukan pemeriksaan pasca operasi. "Untung Pak Sebastian memanggil semua dokter bedah kemari. Kalau nggak, kamu pasti sudah meninggal karena lukanya terlalu parah." Setelah perawat itu pergi, Sebastian yang tampak lelah masuk ke kamar, melihat Sita sudah siuman. Suaranya jarang terdengar selembut itu. "Dokter bilang lukamu nggak ada komplikasi, hanya perlu istirahat beberapa waktu." Sita mengingat bagaimana dia ditinggalkan tadi, dan memejamkan matanya, tidak ingin menatap pria itu. "Kamu nggak seharusnya ada di sini. Kamu harusnya di sisi Cynthia." Langkah Sebastian terhenti. "Sita, jangan ngambek. Ini kecelakaan. Cynthia juga nggak bersalah." Sita tertawa sinis. "Dia yang mau memukulku, lalu menabrak rak! Itu sebabnya rak menimpaku, dan aku hampir mati. Ini semua ... dianggap selesai begitu saja?" Sebastian terdiam sejenak. "Dia nggak sengaja. Aku akan mengganti kerugianmu. Bukannya kamu ingin pergi ke Kota Fiora? Setelah pernikahan, aku akan ajak kamu ke sana." Soal pergi ke Kota Fiora, Sita sudah menyebutkannya berkali-kali, dan Sebastian selalu menolak. Terakhir kali, pria itu bahkan menatapnya dengan dingin. "Aku sibuk. Jangan buang waktuku untuk hal seperti itu lagi." Namun sekarang, demi menutup masalah Cynthia, pria itu sampai rela berkorban sebesar ini. Namun, alasan Sita ingin pergi ke Kota Fiora ... hanyalah karena Kota Fiora adalah tempat Christian menyatakan perasaannya. Sita terlalu merindukan pria itu, sehingga ingin kembali ke tempat itu bersama jantung milik Sebastian. Namun, karena Sebastian bukanlah orang yang dia cari, janji itu kini sudah tidak berarti. Saat Sebastian hendak bicara lagi, asistennya mengetuk dan masuk. "Pak Sebastian, Nona Cynthia bilang kakinya sangat sakit, dia ingin Anda memeriksanya." Sebastian berdiri, meninggalkan satu kalimat. "Cynthia cuma punya aku di negara ini. Nanti aku kembali menjengukmu," lalu pergi tanpa menoleh. Melihat punggungnya menghilang, Sita hanya bisa mengejek dalam hati. Sebastian hanya ingat bahwa Cynthia tidak punya siapa-siapa. Namun, dia lupa bahwa Sita datang sendirian ke kota asing sejauh ribuan kilometer dari rumah, berusaha keras menyesuaikan diri, tetapi dibenci semua orang. Pria itu tidak pernah menjadi tempat bersandar Sita, dan mulai sekarang tidak perlu lagi.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.