NovelRead
Open the NovelRead App to read more wonderful content

Bab 305

"Nggak usah, aku bisa tangani pekerjaanku di ruang kerja." Melihat tekad dia, Serina tidak berkata apa-apa lagi, hanya mengangguk dan masuk kamar. Dia berbaring di ranjang untuk beristirahat dan segera tertidur. Dalam keadaan linglung, sepertinya Aldi masuk ke kamar tidurnya dan keluar lagi tidak lama kemudian. Ketika dia bangun, sudah hampir malam. Serina duduk perlahan, begitu dia menyalakan lampu, dia melihat segelas susu hangat di meja samping ranjang. Dia bangun dan mandi, berencana pergi ke ruang tamu untuk duduk sebentar. Begitu membuka pintu kamar, dia mencium aroma makanan. Kejutan melintas di matanya. Dia berjalan menuju pintu dapur dan tertegun sejenak ketika melihat sesosok yang memakai celemek sedang sibuk di depan kompor. Saat dia bengong, Aldi berbalik dan melihat dia berdiri di depan pintu lalu berkata, "Kamu nonton TV dulu. Makan malam akan segera siap." "Oke." Sepuluh menit kemudian, Aldi meletakkan sup di atas meja dan berteriak pada Serina yang sedang menonton TV di ruang tamu. "Ayo makan." Serina berdiri dan berjalan menuju meja makan. Ada tiga lauk dan satu sup di atas meja, yang terlihat menarik, enak dan wangi, bahkan pecinta makanan pedas seperti dia pun tergoda. Aldi keluar dengan membawa nasi dan menyerahkan salah satu mangkuk padanya. "Apa kamu jago memasak?" "Aku masak sesuai resep, belum tentu enak." Serina mengambil sayur dan tanpa sadar tersenyum setelah mencicipi, "Enak sekali." "Kalau begitu makan lebih banyak." Ekspresi Aldi terlihat cuek, tapi matanya seakan tersenyum. Terbukti bahwa perkataan Serina membuat dia senang. Usai makan malam, Serina hendak mencuci piring, tapi dihentikan oleh Aldi. "Pergi istirahat di sofa, aku saja." "Aku sudah mendingan." "Tetap saja nggak usah." Karena ketegasan Aldi, Serina tak punya pilihan selain mengangguk dan berjalan menuju sofa. Begitu dia duduk di sofa, bel pintu berbunyi. Orang yang datang adalah Maria. Ketika dia melihat Aldi membereskan piring dan mangkuk, ekspresinya berubah lalu dia berkata, "Aldi, letakkan mangkuknya. Kamu adalah Direktur Grup Barata. Bagaimana kamu bisa membuang-buang waktumu untuk melakukan hal seperti itu!" Saat berbicara, Maria memandang Serina dengan agak kesal. Mengerjakan pekerjaan rumah seharusnya adalah tugas seorang wanita, tapi Serina malah duduk di sofa sambil menonton TV dan membiarkan putranya yang melakukannya! Aldi sama sekali tidak berhenti, dia berkata dengan tenang, "Bu, ada perlu apa Ibu datang ke sini?" Melihat Aldi tidak mendengarkan perkataannya, Maria melangkah maju untuk membantu, tapi Aldi menolak. Setelah meletakkan piring di mesin pencuci piring dan mencuci tangan, Aldi pun keluar dari dapur dan memandang Maria yang sedikit melamun sambil berkata, "Bicarakan di ruang kerja saja." Keduanya memasuki ruang kerja, tak lama kemudian Maria keluar. Sebelum pergi, dia memandang Serina dan berkata, "Serina, pekerjaan rumah adalah urusan wanita. Aldi sangat sibuk. Jangan biarkan dia membuang waktu melakukan hal semacam ini lagi." Serina dan dia hanya menjaga keharmonisan palsu, setelah mendengar ini, Serina langsung berkata, "Kalau Bu Maria nggak suka, bisa atur pembantu untuk Pak Aldi." "Kamu!" Maria memandang dia dengan marah dan berkata dengan dingin, "Kalau itu Merina, dia pasti nggak akan membiarkan Aldi melakukan hal seperti itu!" Serina merasa agak geli, dia memandang Maria dan berkata, "Kalau begitu tanyakan pada Merina berapa biaya untuk mempekerjakan dia sebagai pembantu selama sebulan. Kurasa Pak Aldi seharusnya mampu bayar dia." "Jangan nggak tahu diri kamu!" Serina mengernyit dan hendak berbicara ketika suara dingin Aldi terdengar. "Bu, ini urusan aku dan Serina. Kalau Ibu nggak suka, jangan datang ke sini lagi." Maria menatap Aldi dengan heran. "Aldi, ini demi kebaikanmu, tapi kamu malah membela Serina dan membantahku?!"

© NovelRead, All rights reserved

Booksource Technology Limited.