NovelRead
Open the NovelRead App to read more wonderful content

Bab 289

"Nggak juga. Selama kamu melakukan satu hal untukku, aku bisa melepaskanmu." Satu jam kemudian, Serina keluar dari Lose Demon, kata-kata terakhir yang diucapkan Kalajengking Beracun kepadanya masih terngiang-ngiang di telinganya. Dia meminta Serina untuk berpikir hati-hati, tapi dia jelas tidak memberi Serina kesempatan untuk memilih. Serina berjalan ke mobil dengan penuh kekhawatiran dan hendak masuk ke dalam mobil dan pergi ketika suara dingin tiba-tiba terdengar di telinganya. "Serina, bukankah kamu seharusnya tidur di vila saat ini? Kenapa kamu ada di sini?!" Serina menoleh dan melihat Aldi berdiri tidak jauh di belakangnya dengan ekspresi dingin, keterkejutan terpancar di matanya. Tadi dia terlalu fokus berpikir hingga tak menyadari Aldi sudah muncul di belakangnya. Setelah hening beberapa saat, Serina berkata, "Apa kamu keluar khusus untuk mencariku?" "Bagaimana menurutmu?" Aldi menghampirinya, menatapnya dan berkata, "Kamu belum menjawab pertanyaanku." Serina mengatupkan bibir dan berbisik, "Pak Aldi, ini urusan pribadiku. Aku nggak mau membicarakannya, oke?" Saat kata-kata itu keluar, suasana di antara keduanya membeku sesaat. Setelah beberapa detik terdiam, Aldi berbisik, "Baiklah, ayo pulang." Dalam perjalanan kembali ke vila, keduanya terdiam. Serina terus memandang ke luar jendela, entah apa yang dipikirkannya. Ekspresi Aldi juga terlihat dingin dan urat di tangannya yang memegang kemudi menonjol, dia menahan amarahnya. Kembali ke vila, Serina mengucapkan selamat malam kepada Aldi dan masuk ke kamar tidur. Aldi menatap pintu kamar kedua dengan amarah yang tertahan di matanya. Biarpun keduanya memulai dari awal lagi, dia merasa semakin tidak memahami Serina. Keesokan paginya, begitu Aldi tiba di Grup Barata, Andrian pergi ke kantornya untuk melaporkan perkembangan penyelidikan. "Pak Aldi, kami baru tahu tadi malam kalau Nona Serina pergi ke ruangan paling mewah di Lose Demon, tapi kami nggak tahu siapa yang dia temui atau apa yang terjadi." Mata Aldi dingin, "Lanjut selidiki, cari tahu siapa yang dia temui!" Andrian berkata dengan sungguh-sungguh, "Pak Aldi, sepertinya itu nggak bisa diselidiki. Kamera pengawasan ruangan itu sudah dihancurkan. Kecuali Nona Serina bersedia bilang, atau nggak akan ada hasil." Begitu dia selesai berbicara, suhu di seluruh kantor tiba-tiba turun hingga mencapai titik beku, Andrian tidak berani menatap wajah dingin Aldi, dia menundukkan kepala. Suara Aldi terdengar sesaat kemudian, "Kamu keluar." Setelah Andrian pergi, Aldi memandangi berkas dengan lama, lalu mengeluarkan ponselnya dan menelepon. "Periksa seseorang untukku." .... Madelinne. Selama rapat pagi, Sandara memperhatikan bahwa Serina melamun beberapa kali jadi dia segera menemui Serina setelah rapat. "Apa kamu bertengkar dengan Aldi? Kenapa pagi-pagi kamu sudah gelisah? Kamu belum pernah seperti ini sebelumnya." Serina menggeleng, "Nggak ada apa-apa, mungkin akhir-akhir ini aku agak lelah." "Kalau kamu benar-benar lelah, istirahat saja beberapa hari. Lagi pula, Madelinne masih membutuhkan kepemimpinanmu." "Yah, aku tahu. Omong-omong, mengenai ayahmu, kalau kamu mau dia diberi hukuman yang lebih ringan, aku bisa ...." Sebelum selesai berbicara, dia disela oleh Sandara. "Nggak perlu, kamu nggak perlu mengeluarkan surat memaklumi, tangani saja sewajarnya." "Oke, kamu pergi kerja." Setelah Sandara pergi, Serina berpikir lama dan akhirnya memutuskan untuk menelepon Kalajengking Beracun. Begitu panggilan tersambung, suara Kalajengking Beracun terdengar dari sana. "Iris, kamu meneleponku pagi-pagi begini, sudahkah kamu putuskan?"

© NovelRead, All rights reserved

Booksource Technology Limited.