Bab 288
Serina menghampirinya dan meluruskan dasinya, lalu berkata sambil tersenyum, "Sudah, dasinya tertarik aku tadi."
Begitu dia selesai berbicara, tiba-tiba Aldi memeluk pinggangnya dan berbisik, "Tunggu aku pulang."
"Oke."
Setelah keluar dari vila, Aldi langsung pergi.
Sesampainya di klub, Merina sudah kehilangan kesadaran dan meringkuk di pelukan Andrian.
Andrian mengeluh dalam hati, seandainya dia tahu akan menghadapi kejadian memalukan seperti itu, seharusnya dia menolak saat Aldi memintanya membantu Merina mengelola Jinne.
Saat melihat Aldi muncul di depan ruangan, Andrian segera berkata, "Pak Aldi, aku nggak tahan lagi."
Aldi tampak cuek dan berkata, "Aku sudah panggil dokter, mohon bersabar sebentar."
Andrian, "...."
Untung dia tidak punya pacar, adegan seperti ini tidak bisa dijelaskan.
"Apa yang terjadi malam ini?"
"Aku mengajak Nona Merina untuk membicarakan bisnis dengan seorang klien, tapi dia menaruh obat di cangkir Nona Merina. Saat aku tahu, itu sudah terlambat."
Wajah Aldi berubah dingin, "Aku nggak mau melihat nama klien itu lagi di Kota Darley dan blokir semua berita. Aku nggak mau kejadian malam ini tersebar. Selain itu, lain kali langsung panggil dokter untuk hal semacam ini. Aku nggak akan urus lagi."
Kalau saja Andrian tidak mengatakan bahwa Merina dibius di Keraton dan langsung menutup panggilan telepon, lalu setelah dia mencoba menelepon balik tapi tidak tersambung, Aldi tidak akan datang malam ini.
Satu jam kemudian dokter datang untuk memeriksa dan memberi obat pada Merina.
"Pak Aldi, seharusnya kesehatan Nona Merina baik-baik saja. Dia akan baik-baik saja setelah tidur sebentar."
Setelah dokter pergi, Aldi menatap Andrian dengan ekspresi cuek.
"Cari hotel dan bukan kamar untuk dia."
Andrian mengangkat ponsel dengan layar hitam di lantai, lalu berkata dengan sedih, "Pak Aldi, ketika aku menelepon kamu, Nona Merina merebut ponselku, ponselku terjatuh dan rusak ...."
Wajah Aldi tiba-tiba jadi muram, butuh beberapa menit sebelum dia berkata, "Gunakan ponselku untuk buka kamar."
Setelah memesan kamar dan mengantar Merina masuk ke kamar, Andrian langsung pergi.
Sedangkan Aldi pergi dengan wajah cemberut setelah memesan kamar.
Kembali ke vila, Aldi berjalan menuju pintu kamar Serina dan mengetuknya, tapi tidak ada respons dari dalam.
Dia mengerutkan kening dan menemukan bahwa pintunya tidak terkunci. Ketika dia membuka pintu, dia menemukan bahwa Serina tidak ada di dalam.
Ada rasa dingin di matanya, dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Serina, tapi ternyata ponsel Serina dimatikan!
Sudah larut malam, ke mana dia pergi? Ponsel bahkan dimatikan!
Dia segera menghubungi nomor Andrian dan berkata dengan dingin, "Pergi cari tahu di mana Serina sekarang!"
Di sisi lain, tak lama setelah Aldi pergi, Serina menerima panggilan telepon dan juga meninggalkan vila.
Dia naik taksi menuju Lose Demon dan langsung menuju ruangan terbesar di dalamnya.
Saat pintu dibuka, suara berisik di ruangan tiba-tiba menjadi sunyi.
Pria yang duduk di tengah mengenakan topeng setan tersenyum dan sepertinya sedang dalam suasana hati yang baik.
"Iris, bagaimana dengan hadiah yang kuberikan terakhir kali? Apa kamu suka?"
Ada dua baris pengawal terlatih berdiri di ruangan sehingga penuh penindasan, tapi tidak seseram aura yang mengelilingi pria yang duduk di tengah sofa itu.
Serina berjalan untuk duduk di hadapannya tanpa mengubah ekspresinya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Kalajengking Beracun, itu hanya kebetulan ketika aku menerima misi untuk membunuhmu. Aku juga dijebak orang. Bagaimana caranya agar kamu bersedia melepaskanku?"
Satu jam yang lalu, Dame meneleponnya dan memberitahunya bahwa Kalajengking Beracun sekarang berada di Lose Demon. Dia segera ke sana, dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah sebelumnya dengan Kalajengking Beracun.
Kalajengking Beracun menyesap anggur dan berkata sambil tersenyum, "Kamu bunuh begitu banyak saudaraku, menurutmu bagaimana menyelesaikan masalah ini?"
Mata Serina jadi dingin, "Kamu seharusnya tahu aturan Lunar. Bahkan kalau kamu ingin balas dendam, kamu seharusnya mencari orang yang memberikan misi untuk membunuhmu itu."
Kalajengking Beracun tersenyum, tapi matanya dingin.
"Apa kamu lupa kalau aku sudah keluar dari Lunar, jadi aku nggak perlu mematuhi aturan Lunar."
Serina mengerutkan kening dan berkata dengan dingin, "Jadi maksudmu hanya salah satu dari kita yang bisa bertahan hidup?"