NovelRead
Open the NovelRead App to read more wonderful content

Bab 290

"Yah, aku setuju dengan syarat yang kamu sebutkan tadi malam." Saat kata-kata itu terucap, Kalajengking Beracun terkekeh, tampaknya dia dalam suasana hati yang gembira. "Kamu memang nggak mengecewakanku." Ekspresi Serina dingin dan dia menekankan kata demi kata, "Kalau terjadi sesuatu pada orang-orang di sekitarku, aku akan bunuh kamu bahkan kalau aku harus mengejarmu sampai ke ujung dunia." "Jangan khawatir, karena kamu menyetujui persyaratanku, tentu saja aku nggak akan menyentuh orang-orang di sekitarmu. Aku akan hubungi kamu lagi dalam tiga bulan." Setelah menutup panggilan telepon, Serina menarik napas dalam-dalam, lalu meletakkan ponselnya dan mulai bekerja. Di Hotel Hyatt terbesar di Kota Darley. Saat Merina terbangun, seluruh tubuhnya terasa lemas dan tidak bertenaga sama sekali. Dia perlahan duduk dan menyadari bahwa dia berada di sebuah hotel, wajahnya tiba-tiba menjadi sangat muram. Saat menundukkan kepala dan melihat bahwa dia masih mengenakan pakaian dari tadi malam dan tidak merasakan ketidaknyamanan apa pun, dia akhirnya menghela napas lega. Ingatan tentang tadi malam kembali terlintas di benaknya, dia teringat saat dia dan Andrian pergi menemui klien. Setelah meminum anggur yang diserahkan oleh klien, dia langsung merasa tidak enak badan, kemudian dia tidak tahu apa-apa lagi. Namun, samar-samar dia ingat pernah melihat Aldi. Memikirkan hal tersebut, Merina langsung menelepon Andrian. "Pak Andrian, apa aku dibius tadi malam?!" Andrian menceritakan apa yang terjadi tadi malam. Mengetahui bahwa Andrian yang mengantarnya ke hotel, Merina merasa kecewa, tapi dia masih berkata dengan ragu-ragu, "Sepertinya aku melihat Kak Aldi tadi malam, apa dia datang?" Terjadi keheningan di panggilan telepon selama beberapa detik sebelum suara Andrian terdengar. "Nggak ada, Nona Merina, kamu mungkin salah lihat." Merina tidak bertanya lagi, lalu menutup panggilan telepon dan bangun untuk mandi dan bersiap untuk pergi. Ketika dia sedang check out di bawah, beberapa memori terlintas di benak Merina, dia tiba-tiba berkata, "Siapa yang membuka kamarku?" "Tunggu, aku akan periksa." Tak lama kemudian, resepsionis tersenyum dan berkata, "Bu Merina, Pak Aldi yang buka kamar untuk kamu." Merina menunduk dan tersenyum penuh arti. Dia tahu Aldi tidak akan mengabaikannya. Namun, tanpa sadar dia mengerutkan kening saat teringat Andrian yang berbohong padanya di telepon. Sepertinya dia harus mencari kesempatan biar Aldi memecatnya, sekretaris seperti ini yang berbohong atas inisiatif sendiri akan mendatangkan bencana! Dia kembali ke Keluarga Drajat dengan suasana hati yang gembira, begitu masuk ke dalam vila, dia melihat Alex duduk di ruang tamu dengan wajah muram. Merina sedikit terkejut, Alex biasanya tidak akan berada di rumah pada jam ini. "Ayah, kenapa kamu nggak pergi bekerja?" Alex menatapnya dengan mata marah dan berkata dengan tidak senang, "Merina, kamu tahu Serina adalah Direktur Madelinne, kenapa kamu nggak memberitahuku?" Melihat kekesalan di mata Alex, Merina terdiam, lalu menunduk dan berkata dengan sedih, "Ayah, kamu tahu aku baru saja mengambil alih Jinne, aku sangat sibuk, jadi aku lupa." Yang terpenting dia tidak ingin Keluarga Drajat mengetahui hal ini, kalau tidak, sikap mereka terhadap Serina mungkin akan berubah. Alex mengerutkan kening dan berkata dengan dingin, "Lain kali hal seperti ini terjadi, segera beri tahu aku!" "Oke." Tak lama kemudian rumah tua Keluarga Drajat pun mengetahui bahwa Serina adalah Direktur Madelinne, Mary segera menelepon Alex. "Kamu dan Melisa jangan terlalu pilih kasih pada Merina. Kalau ada waktu, kamu panggil Serina pulang untuk makan atau apalah." Alex mengangguk, "Aku tahu." Mary melanjutkan, "Aku tahu kamu dan Melisa lebih menyukai Merina, tapi Serina sekarang adalah Direktur Madelinne, mungkin dia bisa membantu Keluarga Drajat di masa depan." "Bu, jangan khawatir tentang ini. Aku tahu apa yang harus kulakukan."

© NovelRead, All rights reserved

Booksource Technology Limited.