NovelRead
Open the NovelRead App to read more wonderful content

Bab 2263

Bulan pun memberikan sisik itu kepada Teguh."Saudara Teguh, ini adalah sisik terkuat dari Klan Naga Petir Kosmik, kekuatannya tak tertandingi, bahkan jauh lebih kuat dibandingkan dengan senjata surgawi." "Selain kekuatannya yang hebat, juga terdapat jejak darah naga yang tertanam di dalamnya, jejak itu bisa menekan jejak darah phoenix, mungkin aja saat kamu dalam keadaan kritis, dia akan memberikan efek yang nggak terduga" "Ambillah." Tak berniat menolak, Teguh pun mengambil sisik tersebut. "Ratu Naga, aku sangat berterimakasih padamu." "Setelah aku keluar dari sini, panggil aku kapan pun kamu membutuhkan bantuanku." Bulan menganggukkan kepalanya. "Ya, semoga beruntung ya." Selesai mengatakan itu. Untuk terakhir kalinya, Bulan kembali menatap Teguh sesaat, lalu berbalik dan dengan cepat menuju ke arah luar. Seketika, wujud Bulan pun menghilang sepenuhnya dari pandangan Teguh. Selanjutnya, perjalanan menjelajahi wilayah leluhur ini harus dipikul sendirian oleh Teguh. Syut! Teguh bukanlah orang yang suka menunda-nunda. Sehingga, Teguh segera melanjutkan perjalanannya dengan melaju lebih cepat daripada sebelumnya. Segera setelah Teguh mendekati pusat wilayah inti, dia merasakan suhu di sekitarnya mulai meningkat. Perubahan suhu yang kian meningkat ini merupakan efek samping dari api sang Phoenix, fakta ini sudah jelas bukan suatu rahasia umum. Ngungg, ngungg! Bahkan sesaat setelahnya, saat Teguh melintasi daerah itu, dia dapat melihat lidah-lidah api yang tak hentinya menyembur dan menyambar dari arah mesin perangkap buatan. Nyala api yang begitu membara hingga terasa membakar langit dan bumi, terlihat jauh lebih mengerikan sepuluh kali lipat, bahkan seratus kali lipat, dibandingkan dengan api apa pun yang pernah Teguh lihat sebelumnya. Semua ini karena! Nyala api yang terkandung di area ini bahkan tak sebanding dengan kategori nyala api pada umumnya. Nyala api ini merupakan api ilahi yang benar-benar mengandung rahasia keabadian Phoenix Surgawi! Bahkan kualitas nyala api yang dimilik Teguh sendiri masih tiga kali lipat lebih rendah daripada ini. Ngungg, ngungg! Makin ke dalam, pancaran nyala api kian terasa mengerikan. Sehingga, kekuatan abadi yang mengepul di permukaan tubuh Teguh itu seketika menguap dan hilang tak berjejak, setelah hanya bersentuhan sedikit dengan nyala api tersebut. Alhasil, hawa panas itu langsung menyerbu dan menjadikan seluruh tubuh Teguh terasa terbakar. Teguh mengutuk keras, sembari bersiap membakar darah serigala untuk melawan rasa sakit yang dideritanya. Tepat di detik berikutnya! Sebuah pancaran kehangatan seakan melesat keluar dari Manik Cobaan Ilahi dan mengusir nyala-nyala api tersebut. Teguh baru sadar. Ternyata, di dalam Manik Cobaan Ilahi juga terdapat biji api ilahi berwarna hitam yang tak kalah kuatnya dengan Api Phoenix Sejati, sehingga mampu mengusir nyala api yang mengerikan itu. Teguh pun kembali melanjutkan perjalanannya. Namun, tak berselang lama, biji api ilahi hitam itu tak lagi sanggup menekan pancaran Api Phoenix Sejati yang tak hentinya memancarkan serangan. Tak punya pilihan lain, Teguh mau tak mau harus membakar darah serigalanya sebagai perlawanan. Untungnya, efek pembakaran darah serigala masih cukup membantu. Dengan begitu. Sembari bergantung pada pembakaran darah serigala untuk menekan serangan Api Phoenix Sejati, Teguh juga bergantung pada fisik tubuhnya yang kuat untuk memasuki kabut tersebut. Tak lama kemudian, di tengah kabut yang menghalangi pemandangan, Teguh berakhir menemukan suatu tempat. Tempat itu merupakan sebuah makam kuno. Namun, makam kuno tersebut tak lagi memiliki batu nisan yang tertancap. Bahkan, struktur utama makam itu seakan berusia puluhan ribu tahun. Sehingga, bentuknya tak lagi utuh dan hampir tak dikenali. Tak diragukan lagi! Mayat yang terkubur di dalam makam kuno ini pasti adalah leluhur Klan Siluman Burung Langit, yakni burung phoenix purba yang amat melegenda itu! Akhirnya sampai juga! Teguh menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah masuk ke dalamnya. Duarr! Detik berikutnya, sebuah nyala api yang bercahaya terang seperti matahari meledak menyemburkan pancaran api, sehingga Teguh yang berada tepat di hadapannya langgsung ikut terperangkap. Apalagi, jenis nyala api ini berbeda dari yang biasanya. Tanpa butuh waktu lama, seluruh pancaran api yang menyembur itu seketika melebur memasuki organ tubuh Teguh dan berhasil menguasi jantungnya. Nguung! Seketika, Teguh bisa merasakan sensasi panas yang begitu membara dan menyakitkan pada tubuhnya. Dalam sekejap, seluruh tubuhnya berubah merah menyala. Napas yang dikeluarkan dari mulut dan hidungnya bahkan sepenuhnya berubah menjadi nyala api, dan matanya juga ikut memerah. Seketika sosok bayangan burung phoenix muncul ke permukaan. Seolah mengabaikan Teguh yang kesakitan, sosok tersebut berkata, "Ayo, bergabunglah menjadi budak burung phoenix yang mulia."

© NovelRead, All rights reserved

Booksource Technology Limited.